Nilai kerugian tidak masuk kerja karena sakit Kerugian penurunan produksi pertanian karena sampah TPA Nilai kerugian akibat emisi gas metan Nilai kerugian dari dampak bau busuk dari TPA Sampah

54

3.3.6 Perumusan Kebijakan

Perumusan kebijakan dianalisis dengan Analytical Hierarchy Process AHP. AHP merupakan metoda analisis yang dapat digunakan secara luas yang memungkinkan pengambilan keputusan dengan mengkombinasikan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis sehingga dapat ditentukan skala prioritas dalam pengambilan keputusan. Beberapa tahapan yang harus dilakukan dengan pendekatan AHP yaitu : 1. Mendefinisikan masalah identifikasi sistem yaitu untuk mengindentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, SwastaInvestor, PakarAhli, NGO dan masyarakat. 2. Penyusunan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria, dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat diatasnya. Perbandingan berdasarkan “judgement” dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya. 55 Gambar 10. Hirarki pemiilihan alternatif pengolahan sampah dalam IPST

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Kondisi Geografis Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang

Luas wilayah Kecamatan Bantar Gebang Bekasi adalah 1.997,4 ha yang terdiri dari lahan perumahan dan permukiman 1.552,4 ha 77,72, lahan sawah seluas 197,6 ha 9,89, pertanian darat 13,9 ha 0,70, dan penggunaan lain- lain seluas 233,5 ha 11,69 . Karena adanya pemekaran wilayah, Kecamatan Bantar Gebang berubah dari 6 desa 1 Desa Ciketing Udik, 2 Desa Cikiwul, 3 Desa Sumsur Batu, 4 Desa Layung Sari, 5 Desa Padutenan, 6 Cimuning, menjadi 4 kelurahan yaitu Kelurahan 1 Ciketing Udik, 2 Kelurahan Cikiwul, 3 Kelurahan Sumur Batu, dan 4 Kelurahan Bantar Gebang. Dari empat kelurahan yang ada, tiga kelurahan diperuntukkan sebagai Lokasi Pembuangan Akhir Sampah seluas 108 ha, yaitu Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul, dan Kelurahan Sumur Batu. Berdasarkan fungsinya Kecamatan Bantar Gebang diperuntukkan bagi jalur industri ringan, Desa Pedurenan, Desa Mustika Jaya dan Desa Mustika Sari diperuntukkan sebagai jalur perumahan dan Desa Sumur Batu untuk area hortikultura. Penggunaaan lahan terbesar di Kecamatan Bantar Gebang adalah lahan pemukiman yang mencapai 77,72. Banyak lahan pertanian darat dan lahan sawah telah dijadikan lahan perumahan untuk menampung para pendatang karena Kota Bekasi merupakan daerah penyangga bagi provinsi DKI Jakarta. Pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan Bantar Gebang merupakan daya tarik tersendiri bagi penduduk daerah lain. Hal ini terutama disebabkan oleh banyaknya perusahaan-perusahaan yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Jumlah penduduk Kecamatan Bantar Gebang pada tahun 1997 adalah 68.255 jiwa dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 70.559 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak adalah desa Bantar Gebang, Mustika Jaya, dan Pedurenan. Sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 terjadi peningkatan urbanisasi yang signifikan dan ditandai dengan peningkatan jumlah pendatang yang mendirikan perumahan liar di sekitar TPA. Kondisi lingkungan yang buruk berpengaruh pada kesehatan penduduk khususnya anak-anak yang diperlihatkan dengan penampilan yang tidak sehat. Hal ini diperburuk lagi dengan keikutsertaan