Strategi Pengembangan SDM PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN

61 masih menjadi kendala dalam melakukan ekspor, hal ini berkaitan dengan kontinuitas produksi. Oleh karena itu, strategi ini menuntut perusahaan untuk siap baik itu dari segi teknologi yang digunakan, SDM nya, maupun informasi-informasi akses pasar yang perlu diketahui perusahaan dalam mengahadapi para pesaing terutama eksportir-eksportir besar di Indonesia.

4. Strategi Pengembangan SDM

Strategi pengembangan SDM dilakukan dengan melaksanakan pelatihan manajemen organisasi dan teknis operasional produksi yang rutin baik untuk pihak manajemen maupun pekerja teknisnya. Strategi ini merupakan strategi terakhir yang disarankan untuk UKM PWN. Strategi ini dilakukan ketika posisi UKM benar-benar dalam keadaan yang sulit memiliki kelemahan internal dan ancaman dari luar yang sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Sebagaimana diketahui bahwa UKM PWN ini berada pada posisi sedang menjaga dan mempertahankan. Pengembangan dan peningkatan kualitas SDM ini dilakukan mengingat para pekerja di UKM PWN masih cenderung mengikuti adat-istiadat dan aturan yang turun temurun mengenai budidaya dan produksi minyak akar wangi, sehingga ketika ada SOP, para pekerja enggan untuk menerapkan SOP tersebut. Selama ini sudah sering dilakukan pelatihan dan penyuluhan, namun hasilnya tetap sama, para petani dan penyuling akar wangi sulit untuk menerapkan Good Agricultural Practice GAP, Good Manfacturing Practice GMP, dan Standart Operational Procedure SOP yang ditetapkan, sehingga minyak akar wangi yang dihasilkan kualitasnya masih sangat jauh di bawah Haiti. 62

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Analisis lingkungan internal menghasilkan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kekuatan yang dimiliki perusahaan tersebut di antaranya: UKM PWN merupakan salah satu UKM yang sudah pernah melakukan ekspor secara langsung yang artinya UKM tersebut sudah mampu memenuhi persyaratan ekspor secara administratif, adanya diversifikasi produk, adanya fasilitas berupa laboratorium, dan memiliki lahan perkebunan sendiri. Selain kekuatan ada juga kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, di antaranya: produksi minyak akar wangi yang belum bisa kontinu, struktur organisasi yang masih tradisonal, SDM, dan skill pekerja belum cukup terlatih, keterbatasan modal atau financial, teknologi yang masih digunakan yang masih bersifat semi tradisional, dan keterbatasan informasi mengenai akses pasar. Evaluasi faktor internal menghasilkan kekuatan dan kelemahan utama perusahaan. Kekuatan utama perusahaan yaitu telah terpenuhinya persyaratan ekspor secara administratif dengan skor 0.436, dan untuk kelemahan utamanya yaitu hasil produksi yang belum bisa kontinu dengan skor 0.132. Analisis lingkungan eksternal diperoleh peluang dan ancaman yang dihadapai perusahaan. Peluang tersebut di antaranya: kebutuhan dunia terhadap minyak akar wangi, Indonesia yang sudah terkenal minyak akar wanginya dengan brand java vetiver oil, belum ditemukannya produk substitusi minyak akar wangi, adanya DAI sebagai fasilitator bagi para UKM, dan adanya dukungan pemerintah. Adapun beberapa ancaman yang dihadapi perusahaan di antaranya: kebijakan pemerintah dan lingkungan hidup terhadap penggunaan bahan bakar pada proses produksi minyak akar wangi, teknologi yang digunakan negara pesaing jauh lebih canggih, adanya persaingan bahan baku di dalam negeri, adanya isu lingkungan akibat penyulingan akar wangi, harga minyak akar wangi yang cenderung fluktuatif, dan adanya pertukaran atau kurs mata uang. Evaluasi faktor eksternal menghasilkan peluang dan ancaman utama perusahaan. Peluang utama perusahaan yaitu minyak akar wangi Indonesia yang terkenal di pasar dunia dengan brand Java Vetiver Oil, dengan skor 0.389, dan untuk ancaman utamanya yaitu teknologi yang digunakan negara pesaing yang jauh lebih canggih dengan skor 0.119. Berdasarkan hasil pengolahan dengan matriks IFE didapat skor total faktor internal sebesar 2.200. Total skor IFE mengindikasikan bahwa kemampuan UKM PWN dalam merespon lingkungan internalnya masih dibawah rata-rata dan mencirikan organisasi yang lemah secara internal. Pengolahan dengan matriks EFE menghasilkan total faktor eksternal dengan skor 2.589. Total skor EFE mengindikasikan bahwa kemampuan UKM PWN dalam merespon lingkungan eksternalnya diatas rata-rata, sehingga bisnis penyulingan ini dapat dikatakan cukup berhasil, mampu menarik keuntungan dari peluang eksternal dan menghindari ancaman yang menghadang perusahaan. Dari skor IFE dan EFE diatas, maka dapat diketahui bahwa posisi perusahaan pada matriks IE berada pada sel V yaitu pada kondisi hold and maintain yang artinya menjaga dan mempertahankan. Dari hasil pengolahan dengan matriks SWOT didapat sembilan alternatif strategi yang kemudian diklasifikasikan menjadi empat alternatif strategi terpilih. Alternatif pertama adalah strategi penetrasi pasar, alternatif kedua adalah strategi pengembangan produk, alternatif ketiga adalah strategi ekspor langsung, dan alternatif terakhir adalah strategi pengembangan sumberdaya manusia. Pengolahan dengan menggunakan matriks QSPM menghasilkan alternatif strategi pemasaran yang paling menarik dan tepat yang dapat diterapkan oleh perusahaan. Strategi yang paling menarik untuk diterapkan oleh perusahaan adalah strategi penetrasi pasar dengan skor 7.009. Strategi tersebut