45
penyuling dengan menggunakan boiler, namun untuk saat ini mesin tersebut tidak digunakan karena sedang mengalami kerusakan. Sistem penyulingan yang dilakukan di UKM PWN
yaitu sisetem penyulingan uap air atau sering dikenal dengan sebutan sistem kukus dengan menggunakan bahan bakar oli bekas.
Penyulingan dengan sistem uap air relatif lebih maju dibandingkan dengan sistem penyulingan air. Prinsip kerja yang dilakukan dimulai dengan pengisian air sampai batas
saringan terhadap ketel penyulingan. Bahan baku diletakkan diatas saringan sehingga tidak berhubungan langsung dengan air yang mendidih, tetapi akan berhubungan dengan uap air.
Penyulingan ini disebut penyulingan tidak langsung. Air yang menguap akan membawa partikel-pertikel minyak atsiri dan dialirkan melalui pipa ke alat pendingin sehingga terjadi
pengembunan dan uap air yang bercampur minyak atsiri tersebut akan mencair kembali. Selanjutnya dialirkan ke alat pemisah untuk memisahkan minyak astiri dari air. Kulitas yang
dihasilkan dari proses penyulingan sistem kukus ini lebih baik jika dibandingkan dengan penyulingan air. UKM PWN ini dalam melakukan proses penyulingannya belum
sepenuhnya mengaplikasikan SOP dan GMP. Hal ini dapat dilihat dari tekanan yang digunakan dalam proses penyulingan minyak di UKM PWN yaitu sebesar 4-5, walaupun ada
beberapa proses penyulingan minyak yang dilakukan dengan tekanan 2-3 bar. Hal ini sengaja dilakukan untuk membedakan kualitas minyak yang dihasilkan. Minyak yang dibuat dengan
tekanan 2-3 bar akan menghasilkan minyak dengan kualitas yang premium kualitas 1, sedangkan minyak dengan tekanan 4-5 bar menghasilkan minyak dengan kualitas regular
kualitas 2. Adapun peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses penyulingan minyak akar wangi di UKM PWN dapat dilihat pada Lampiran 5.
5.3.2 Analisis Lingkungan Industri
1. Ancaman Pendatang Baru
Dalam sebuah persaingan industri, tentu saja selalu ada kemungkinan masuknya pesaing atau pendatang baru, apalagi mengingat bisnis yang dijalankan masih memiliki
peluang dan pangsa pasar yang besar. Sebagaimana diketahui bahwa permintaan dunia terhadap minyak akar wangi sekarang ini berkisar antara 250-300 tontahun, akan tetapi
negara produsen minyak akar wangi dunia belum bisa mencukupi permintaan dunia tersebut. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 9 baru sekitar 150 tontahun negara produsen dunia
bisa mencukupi kebutuhan atau sekitar 50 permintaan dunia baru terpenuhi. Oleh karena itu, peluang tersebut bisa menarik para pebisnis baru untuk masuk ke bisnis minyak akar
wangi ini. Untuk di Garut sendiri, peluang munculnya pesaing baru sangat kecil, hal ini karena
berkaitan dengan kebijakan Pemerintah Daerah Garut yang telah menetapkan lahan areal penanaman akar wangi dan lokasi penyulingan minyak akar wangi. Dilihat sifat dan
kegunaan utama minyak akar wangi sebagai fixative, hanya industri-industri tertentu saja yang berpeluang muncul untuk menyaingi para pengusaha minyak akar wangi, diantaranya
yaitu industri minyak nilam, industri minyak cendana, ataupun industri fixative buatan. Hal ini karena karakter khas yang dimiliki minyak akar wangi yang memang sampai saat ini pun
belum ada produk substitusi alami ataupun sintetisnya.
46
2. Persaingan dalam Industri
Akar wangi di Indonesia dihasilkan di beberapa daerah, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur, namun kualitas akar wangi terbaik
dihasilkan dari Jawa Barat, khususnya daerah Garut. Sentra industri penyulingan minyak akar wangi sendiri di Indonesia hanya berada di Garut yang meliputi daerah Leles, Cilawu,
Bayongbong, dan Samarang. Persaingan yang terjadi di daerah Garut tidak terlalu mencolok, hal ini karena
kebanyakan di Garut industri-industri yang berkembang adalah industri kecil menengah. Daftar sentra IKM penyulingan minyak akar wangi di Garut menurut Departemen
Perindustrian Garut 2010 yaitu sebanyak 24 unit usaha, yang mana 24 unit usaha itu terdiri atas empat wilayah, yaitu: Leles memiliki empat unit usaha, Samarang memiliki sembilan
unit usaha, Cilawu memiliki lima unit usaha, dan Bayongbong memiliki enam unit usaha. Dari keempat wilayah diatas, maing-masing wilayah sudah memiliki alat penyulingan
bermesin. Untuk wilayah Leles memiliki 12 unit mesin penyulingan, wilayah Samarang memiliki 11 unit mesin, wilayah Cilawu memiliki dua buah unit mesin, dan wilayah
Bayongbong memiliki lima unit mesin penyulingan. Pada dasarnya alat penyuling yang digunakan di hampir setiap UKM sama, yaitu dengan menggunakan alat penyuling yang
masih bersifat tradisional. Hanya beberapa UKM saja yang menggunakan alat penyuling dengan teknologi boiler. Kualitas minyak ayang dihasilkan dari setiap UKM berbeda-beda
tergantung dari teknologi yang digunakan, dan perlakuan selama proses penyulingan. UKM Pulus Wangi Nusantara ini menghasilkan minyak dengan kualitas yang berbeda-beda
tergantung permintaan dari pembeli. Persaingan yang sering terjadi diantara sesama penyuling adalah dalam memperoleh bahan baku akar wangi, karena salahsatu masalah
utama dalam memproduksi minyak akar wangi adalah keterbatasan pasokan bahan baku. Oleh karena itu UKM PWN menjalin kerjasama dengan para kelompok tani, baik kelompok
tani daerah Samarang, Cilawu, Bayongbong, dan Leles untuk memperlancar pasokan bahan baku akar wanginya.
UKM PWN ini merupakan salahsatu usaha penyulingan minyak akar wangi yang cukup eksis dan dikenal oleh para eksportir. Bahkan UKM PWN sudah pernah melakukan
ekspor secara langsung, karena UKM ini sudah berbadan hukum. Jadi disamping sebagai UKM biasa, UKM PWN pun merupakan salahsatu eksportir minyak akar wangi. Oleh karena
itu, pesaing UKM ini juga mencakup para eksportir-eksportir minyak akar wangi yang berada di Jakarta yang juga merupakan perusahaan eksportir besar. Tentu saja jika
dibandingkan, maka para eksportir yang berada di Jakarta lah yang lebih kompeten, karena eksportir tersebut memiliki kelebihan seperti: informasi akses pasar yang memadai, modal
yang cukup besar, teknologi yang digunakan adanya alat penjernih minyak akar wangi yang tidak dimiliki para penyuling di Garut, dan para eksportir ini leluasa dalam melakukan
pengaturan harga minyak akar wangi di Garut, sehingga haraga minyak akar wangi yang diterima oleh para penyuling dan petani di Garut kurang begitu sesuai dengan yang
diharapkan. Untuk lingkup internasional, pesaing luar produsen minyak akar wangi Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 10.
47
Tabel 10. Negara pengekspor minyak akar wangi
No Negara
Produksi per tahun ton
Pemenuhan kebutuhan
1 Indonesia
24-51 9,6
– 17 2
Haiti 40
16 3
RRC 40
16 4
Angola 30-40
12 – 13,33
5 Pulau ReunionBourbon
30 12
6 India
10 4
7 Kongo
10 4
8 Republik Malagasi
10 4
9 Brazil
10 4
Total 150
60 Sumber : BPEN Jakarta
Dari beberapa negara diatas, yang sampai sekarang menjadi pesaing terbesar Indonesia yaitu negara Haiti dan Bourbon. Kualitas minyak akar wangi Haiti di pasaran internasional
sudah terkenal dengan kualitas yang sangat bagus dan belum ada minyak akar wangi dari negara manapun yang mengalahkan kualitas minyak akar wangi dari Haiti. Hal ini karena
teknologi yang digunakan oleh Haiti jauh lebih canggih dibandingkan dengan Indonesia, selain itu pada proses produksi minyak akar wangi di Haiti dilakuakn proses aging. Proses ini
merupakan proses penyimpanan minyak akar wangi yang telah disuling dalam jangka waktu yang cukup lama. Untuk menghasilkan kualitas minyak akar wangi yang bagus,
penyimpanan harus dilakukan selama kurang lebih selama setahun, baru minyak akar wangi siap untuk di pasarkan. Di Indonesia sendiri hal ini akan sangat sulit diterapkan mengingat
para pengusaha minyak akar wangi sebagian besar adalah para UKM yang berada di Garut dan sulit bagi para UKM untuk menyimpan minyak selama setahun, karena setelah proses
penyulingan para UKM ingin segera mendapatkan keuntungan dari minyak akar wangi yang dihasilkan.
3. Ancaman Produk Substitusi