MINYAK AKAR WANGI TINJAUAN PUSTAKA

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MINYAK ATSIRI Pada mulanya minyak atsiri atau minyak eteris adalah istilah yang digunakan untuk minyak mudah menguap dan diperoleh dari tanaman dengan cara penyulingan uap. Definisi ini dimaksudkan untuk membedakan minyak atau lemak dengan minyak atsiri yang berbeda tanaman penghasilnya. Minyak atsiri ini merupakan minyak yang bersifat mudah menguap, dengan komposisi dan titk didih yang berbeda-beda. Setiap substansi yang dapat menguap memiliki titik didih dan tekanan uap tertentu dan hal ini dipengaruhi oleh suhu. Pada umumnya tekanan uap ini sangat rendah untuk persenyawaan yang memiliki titik didih yang sangat tinggi, selanjutnya intensitas suatu bau harum yang dihasilkan, dengan beberapa kekecualian pada kondisi tertentu merupakan manifestasi dari sifat mudah menguap persenyawaan yang menghasilkan bau harum tersebut Ketaren, 1987. Guenther 1948 menyatakan bahwa minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan oleh tanaman, terdiri atas campuran zat yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda, mempunyai rasa getir berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Menurut Harris 1987, minyak atsiri dapat bersumber dari setiap bagian tanaman, yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, dan akar. Pengambilan atau ekstraksi minyak atsiri dari bagian tanaman tersebut dapat dilakukan dengan cara penyulingan, pengempaan, ekstraksi menggunakan pelarut, atau adsorbs dengan lemak tergantung dari jenis tanaman dan sifat fsiko kimia minyak atsiri di dalamnya. Minyak atsiri memiliki manfaat yang sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang diambil hasil sulingannya. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam perisa maupun pewangi flavour and fragrance ingredients. Industri kosmetik dan parfum menggunakan minyak atsiri sebagai bahan pewangi pembuatan sabun, pasta gigi, sampo, lotion dan parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri setelah mengalami pengolahan sebagai perisa atau menambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, dan pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai fragrance juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap bahan- bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan insektisida Gunawan, 2009.

2.2 MINYAK AKAR WANGI

Akar wangi Vetiveria zizanoides Stapt termasuk ke dalam famili Graminae atau rumput- rumputan. Akar wangi memiliki bau yang sangat wangi, tumbuh merumpun lebat, memiliki akar serabut, dan mempunyai cabang banyak berwarna merah tua. Akar wangi merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Tanaman ini menghasilkan vetiver oil yang banyak digunakan dalam pembuatan parfum, kosmetik, pewangi sabun, obat-obatan, serta pembasmi dan pencegah serangga. Minyak vetiver mempunyai aroma yang lembut dan halus karena ester dari asam vetinenat dan adanya senyawa vetivenol Departemen Pertanian 1989. Dibawah ini merupakan klasifikasi tanaman akar wangi. Akar wangi dapat dilihat pada Gambar 1. 5 Kingdom : Plantae Tumbuhan Subkingdom : Tracheobionta Tumbuhan berpembuluh Super Divisi : Spermatophyta Menghasilkan biji Divisi : Magnoliophyta Tumbuhan berbunga Kelas : Liliopsida berkeping satu monokotil Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Poales Famili : Poaceae suku rumput-rumputan Genus : Vetiveria Spesies : Vetiveria zizanioides L. Nash Gambar 1. Akar wangi Dewan Atsiri Indonesia, 2009 Tanaman akar wangi dapat tumbuh pada ketinggian 200-1000 m dpl, pada tanah yang berpasir atau memiliki abu vulkanik, pH optimal 6-7, kondisi curah hujan berkisar 200-3000 mmtahun. Tanaman ini dapat dijumpai di Garut daerah penghasil utama minyak akar wangi, Wonosobo, Pasuruan dan Lumajang. Proses produksi minyak akar wangi dilakukan dengan penyulingan uap pada tekanan bertingkat 1-3 atm selama 8 – 9 jam dengan laju destilasi 0,7 – 0,8 liter destilatkg akarjam. Rendemen rata-rata minyak akar wangi 1,5 – 2. Mutu minyak akar wangi tidak hanya tergantung pada umur akar, tetapi juga tergantung dari lamanya penyulingan. Bau gosong yang ditimbulkan karena penyulingan yang cepat akan menurunkan mutu dan harga minyak akar wangi yang diinginkan pembeli. Minyak akar wangi tersusun dari beberapa komponen, diantaranya yaitu: vetiveron, vetiverol, vetivenil, vetivenal, asam palmitat, asam benzoat, dan vetivena. Minyak akar wangi banyak digunakan sebagai bahan baku kosmetik, parfum, dan bahan pewangi sabun. Minyak akar wangi mempunyai bau yang menyenangkan, keras, tahan lama, dan disamping itu juga berfungsi sebagai pengikat bau fixative Dewan Atsiri Indonesia, 2009. Standar mutu minyak akar wangi dalam perdagangan internasional belum seragam, masing- masing negara penghasil dan pengimpor menentukan standar minyak akar wangi menurut kebutuhan sendiri. Jika dibandingkan, harga minyak akar wangi relatif lebih tinggi daripada minyak atsiri lainnya. Semakin tinggi kadar vetiverol dalam minyak akar wangi, maka harganya semakin mahal Guenther, 1987. Standar mutu minyak akar wangi Indonesia ditentukan menurut Standar Nasional Indonesia SNI yang dapat dilihat pada Tabel 1. 6 Tabel 1. Standar mutu minyak akar wangi Indonesia menurut SNI No Jenis Uji Persyaratan 1 Keadaan  Warna  Bau Kuning muda-coklat kemerahan Khas akar wangi 2 Bobot jenis 20 o C20 o C 0.980 - 1.003 3 Indeks bias 20 o C 1.520 - 1.530 4 Kelarutan dalam etanol 95 1 : 1 jernih, seterusnya jernih 5 Bilangan asam mgg 10 – 35 6 Bilangan ester mgg 5 – 26 7 Bilangan ester setelah asetilasi mgg 100 – 50 8 Vetiverol total Minimum 50 Sumber : Standar Nasional Indonesia 06-2386-2006 Di Indonesia tanaman akar wangi dibudidayakan kebanyakan untuk diambil minyaknya. Penyebarannya terbatas di daerah Jawa Barat Garut, Jawa Tengah Wonosobo dan Wonosari, dan DI Yogyakarta, namun hanya di Garut saja yang diusahakan secara komersial untuk diproduksi minyaknya. Minyak akar wangi Indonesia hampir seluruhnya diekspor, di pasaran dunia dikenal dengan Java vetiver oil. Indonesia pernah menjadi negara pengekspor terbesar kedua setelah Haiti, namun sekarang volume ekspor cenderung menurun, hal ini karena semakin berkurangnya areal pertanaman di daerah Garut sebagai sentra produksi akibat persaingan dengan tanaman sayuran dan meningkatnya biaya produksi seperti bahan bakar. Perkembangan ekspor impor minyak akar wangi secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1, untuk grafik perkembangan ekspor minyak atsiri akar wangi dapat dilihat pada Gambar 2. Perkembangan Ekspor Minyak Atsiri Akar Wangi Gambar 2. Grafik perkembangan ekspor minyak akar wangi BPS, 2009 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B er a t B er sih T o n Tahun 7

2.3 USAHA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH UIKM