USAHA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH UIKM

7

2.3 USAHA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH UIKM

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang. Kriteria usaha kecil dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 terdapat dalam pasal 5 ayat 1 yang berbunyi : 1 Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200,000,000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2 Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1000,000,000 3 Milik Warga Negara Indonesia 4 Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar 5 Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 mendefinisikan bahwa industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang menglolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Menurut Mayer 1996 Industri Kecil dan Menengah IKM adalah suatu kegiatan usaha industri yang memiliki aset sampai dengan lima miliar rupiah diluar tanah dan bangunan serta beromzet sampai dengan 25 miliar rupiah per tahun, sedangkan menurut Deperindag bersama dengan Badan Pusat Statistik 2002, IKM adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan yang bertujuan untuk memproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial, dengan kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah dan mempunyai nilai penjualan per tahun sebesar kurang lebih satu miliar rupiah. IKM sangat berperan penting dalam struktur perekonomian suatu negara, termasuk Indonesia. Menurut Suwandi 1997 indikasi yang menunjukkan pentingnya peranan IKM dapat dilihat melalui kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto PDB, ekspor non migas, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang cukup berarti. Haeruman 2000 menyatakan bahwa tantangan bagi dunia usaha terutama pengembangan IKM mencakup aspek yang luas, antara lain : 1 Peningkatan kualitas SDM dalam kemampuan manajemen, organisasi, dan teknologi 2 Kompetensi kewirausahaan 3 Akses yang lebih luas terhadap permodalan 4 Informasi modal yang transparan, dan 5 Faktor input produksi lainnya. Untuk meningkatkan kemampuannya dalam bersaing, IKM memerlukan bantuan dan peran pemerintah, namun yang harus diperhatikan disini adalah bukan kemampuan bersaing dengan usaha industri besar, tetapi lebih pada kemampuan untuk memprediksi lingkungan usaha dan kemampuan untuk mengantisipasi kondisi lingkungan tersebut. Karakteristik khusus dari suatu produk yang cocok untuk industri kecil tidak akan mampu bertahan pada kelompok produk yang cocok untuk industri besar, sebaliknya industri besar tidak tertarik untuk masuk dan bersaing dengan dalam kelompok industri kecil, karena pertimbangan efisiensi skala usaha Suwandi, 1997. Adapun beberapa kendala yang dihadapi usaha kecil dan menegah menurut Rachmat 2005 diantaranya : 8 1 Kualitas SDM rendah 2 Tingkat produktivitas dan kualitas produk dan jasa rendah 3 Kurangnya teknologi dan informasi 4 Faktor produksi, sarana dan prasarana belum memadai 5 Aspek pendanaan dan pelayanan jasa pembiayaan 6 Iklim usaha yang belum mendukung peraturan perundangan persaingan sehat 7 Koordinasi pembinaan belum berjalan. Menurut Rachmat 2005, sampai saat ini usaha kecil dan menengah merupakan usaha yang masih dapat bertahan di tengah badai krisis moneter yang berkepanjangan, untuk itu pemerintah berupaya dengan keras untuk membina usaha kecil dan menengah guna menjadikan usaha ini penyumbang devisa bagi Negara.

2.4 PEMASARAN