PEMASARAN EKSPOR TINJAUAN PUSTAKA

9

2.5 PEMASARAN EKSPOR

Ekspor adalah suatu kegiatan mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. SM 2004 merumuskan beberapa tujuan ekspor antara lain yaitu: 1 Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk memperoleh harga jual yang lebih baik optimalisasi laba 2 Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestik membuka pasar ekspor 3 Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang idle capacity 4 Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih dalam persaingan yang ketat dan terhindar dari sebutan jago kandang. Sebelum melangkah melalui pasar ekspor, maka perlu ditetapkan syarat perdagangan mana yang kita pilih sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan kita selaku eksportir dalam memenuhi kewajiban untuk masing-masing persyaratan itu. Ekspor hanya dapat dilakukan oleh eksportir yang mempunyai APE, APES, atau APET. Dengan adanya ketentuan mengenai jual beli devisa hasil ekspor kepada Pemerintah Bank Indonesia maka ekspor hanya dapat dilaksanakan melalui sistem perbankan. Pada umumnya ekspor dapat dilakukan atas dasar suatu bankers LC, dalam hal tertentu dapat pula dilakukan tanpa LC yaitu dengan penyerahan cash devisa atau izin khusus Departemen Perdagangan Walean, 1984. Amir 2004 mendefinisikan bahwa pemasaran ekspor adalah penjualan suatu komoditi ke Negara lain dengan kondisi yang sudah disesuaikan dengan keinginan dan selera pembeli di pasar sasaran ekspor. Komoditi yang biasa diekspor dengan kondisi semacam ini pada umumnya adalah komoditi yang memerlukan penyesuaian atau adaptasi sesuai dengan keadaan iklim, postur, tradisi, agama, serta selera dari calon pembeli. Pelaksanaan kegiatan ekspor ini dilakukan oleh eksportir, yang dimaksud dengan eksportir adalah perusahaan yang memperoleh izin dari Departemen Perdagangan untuk mengekspor, dengan memenuhi ketentuan-ketentuan serta perundang-undangan yang berlaku Walean, 1984. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh eksportir agar dapat melakukan kegiatan ekspor, baik perusahaan maupun perorangan harus memenuhi syarat sebagai beikut : 1 Memiliki SIUP yaitu surat izin usaha perdagangan 2 Memiliki izin usaha dari departemen teknis atau lembaga pemerintahan non departemen berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. 3 Bagi perusahaan harus memiliki TDP yaitu tanda daftar perusahaan Barang-barang ekspor berdasarkan pertimbangan-pertimbangan antara lain mencakup: perjanjian komoditi internasional, kebutuhan bahan baku bagi industri di dalam negeri, dan kelestarian sumber daya alam, maka dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok barang, yaitu kelompok barang yang diatur ekspornya, kelompok barang yang diawasi ekspornya, kelompok barang yang dilarang ekspornya, dan kelompok barang yang bebas ekspornya. Berdasarkan pengelompokan barangnya, minyak atsiri minyak akar wangi termasuk kedalam kelompok barang yang bebas ekspornya. Pada masa lalu sistem pembayaran ekspor dan impor Indonesia didasarkan atas suatu letter of credit LC yang dibuka oleh bank. Pembayaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara LC atau cara non LC, oleh karena itu untuk membedakan dalam teknik operasionalnya, maka dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Ekspor dengan LC Perbedaan dasar dari ekspor LC dan ekspor non LC yaitu pada ekspor non LC bisa dilakukan sendiri oleh eksportir tanpa melibatkan bank, sedangkan untuk kegiatan ekspor LC harus melalui bank. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh eksportir untuk dapat 10 melakukan kegiatan ekspor dengan LC melalui bank devisa menurut Warsidi 2003 adalah sebagai berikut: 1 Fotocopy SIUP 2 Fotocopy NPWP 3 Fotocopy TDP Tanda Daftar Perusahaan 4 Memiliki Rekening Giro 5 Menyerahkan contoh tanda tangan pejabat eksportir yang berhak menandatangani dokumen ekspor 6 Menyerahkan surat kuasa untuk mengambil dokumen, nota-nota, dll. 7 Menandatangani persyaratan negosiasi wesel ekspor 8 Memiliki lines fasilitas plafond negosiasi wesel ekspor Cara pembayaran dengan mengunakan LC merupakan cara yang paling aman bagi kelancaran transaksi perdagangan luar negeri. LC ini adalah suatu surat yang memberi hak kepada eksportir untuk menarik wesel atau draft atas nama importir untuk sejumlah uang seperti yang tertera dalam LC setelah pihak eksportir memenuhi syarat-syarat yang dicantunkan dalam LC tersebut. Dibawah ini merupakan bagan transaksi luar negeri dengan LC sebelum pengapalan barang dapat dilihat pada Gambar 3. Contract Aplikasi Pembukaan LC Advice LC Gambar 3. Bagan transaksi luar negeri dengan LC Walean, 1984 2. Ekspor Non LC Apabila ekspor dilakukan dengan non LC maka eksportir dapat melakukan kegiatannya sendiri tanpa melibatkan bank yaitu mulai dari pengiriman barang sampai pengiriman dokumen dan menagih pembayaran kepada importir, sehingga kegiatannya samasekali tidak melibatkan bank, hanya proses pembayarannya saja yang melalui bank, karena proses transfer secara internasional harus dilakukan melalui bank. Akan tetapi apabila eksportir minta tolong kepada bank yang disebut remitting bank untuk mengirimkan dokumen dan menagihkan kepada importir, maka kegiatan ini di bank disebut dengan documentary collection dan teknik operasionalnya memerlukan dokumen yang harus dipenuhi. Dalam rangka mempermudah transaksi ekspor, maka diadakan kemudahan dalam sistem pembayaran. Pada prinsipnya cara pembayaran ekspor dan impor dapat dilakukan dengan tunai atau dengan kredit. Dalam garis besarnya sistem pembayaran ekspor dapat dirinci sebagai berikut Amir, 2004: 1 Pembayaran Tunai Cash Payment Pada cash payment pembeli mengirimkan uang terlebih dahulu kepada eksportir sebelum barang dikirimkan. Cash payment ini sangat menguntungkan eksportir tetapi sebaliknya bisa merupakan risiko bagi pembeli. Uang sudah terlanjur dikirim, namun tidak ada jaminan bahwa barang akan dikirim oleh eksportir. PembeliBuyer Bank Pembuka LC Credit Opening Bank Bank Koresponden Advising Bank PenjualSeller 11 2 LC Opening atau Pembukaan LC LC Opening adalah pembeli menyediakan dana untuk eksportir dengan perantaraan banknya. Bank devisa yang membuka LC itu melalui korespondennya di negara eksportir menyimpan dana itu sampai tiba saatnya pembayaran harus dilakukan. Pembayaran hanya dapat dilakukan dengan penyerahan dokumen pengapalan yang membuktikan bahwa barang telah dikirimkan. Jadi pembayaran hanya dilakukan setelah barang dikirim oleh eksportir. Dengan demikian risiko pembayaran antara kedua belah pihak dapat ditekan serendah mungkin. Cara pembayaran dengan LC adalah sistem pembayaran yang paling aman bagi kedua belah pihak. 3 Deferred Payment Deferred Payment adalah bila eksportir memberikan keringanan kepada pembeli importir untuk menangguhkan pembayaran beberapa waktu setelah barang pesanan dikirimkan. Penangguhan itu misalnya untuk jangka waktu satu bulan, tiga bulan, bahkan ada yang sampai enam bulan. Penangguhan pembayaran ini dilakukan dengan apa yang lazim disebut penarikan wesel berjangka oleh eksportir kepada importir atas LC yang dibuka oleh importir. Wesel berjangka ini lazim juga disebut Long Bill of Exchange dan dapat dilunasi beberapa waktu kemudian. Wesel yang harus dibayar pada saat ditunjukkan oleh eksportir kepada importir disebut Sight Draft atau Sight Bill of Exchange atau sering disebut juga Demand Draft. Menurut Amir 2004, waktu pembayaran yang lazim sesuai dengan posisi komoditi yang diperdagangkan di pasar internasional adalah sebagai berikut : 1 Dibayar di muka sebelum pengapalan 2 Dibayar pada saat pengapalan 3 Dibayar pada waktu penyerahan barang 4 Dibayar beberapa waktu setelah penyerahan barang Untuk komoditi yang laris di pasar internasional, kita bisa menegosiasikan syarat pembayaran “Advance Payment”, namun bagi komoditi yang banyak saingan dan kurang laku, terpaksa kita menerima pembayaran beberapa waktu setelah pengapalan. Syarat terakhir ini jelas akan sangat mempengaruhi posisi likuiditas perusahaan dan risiko Non-Payment yang cukup tingi. Informasi perdagangan luar negeri yang menyangkut ekspor dan impor secara umum dapat diperoleh dari : - Kamar Dagang Chamber of Commerce masing-masing Negara - Kantor-Kantor Agen Perdagangan dari Luar Negeri - Biro Ekonomi dari Kedutaan Negara-Negara Asing - Dari Bank-Bank Devisa di Indonesia Menurut Walean 1984, minyak atsiri yang boleh diekspor adalah yang memenuhi standar mutu barang ekspor seperti yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan. Setiap ekspor minyak atsiri harus disertai dengan sertifikat mutu certificate of quality dan laporan surveyor surveyor report mengenai pengambilan contoh, penyegelan, penimbangan dan pemuatan yang dikeluarkan oleh badan atau perusahaan yang ditunjuk Dirjen Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan. Promosi yang biasa dilakukan dalam pemasaran ekspor selain dengan media cetak, radio dan media elektronika, maka promosi yang lazim dan sangat efektif adalah dengan mengikuti berbagai pameran dagang internasional trade fairs yang diadakan di dalam atau di luar negeri. Promosi juga dapat dilakukan melalui bantuan berbagai badan khusus seperti Badan Pengembangan Ekspor Nasional BPEN, Lembaga Penunjang Ekspor LPE, serta para atasan di Kedutaan Besar RI dan kedubes asing yang ada di Indonesia. 12 Menurut Amir 2004, kunci keberhasilan ekspor tergantung pada pemasaran. Produksi yang berlimpah tidak akan ada artinya kalau tidak ada pembeli, tetapi menemukan pembeli juga bukanlah hal yang mudah. Kita dihadapkan pada dua hal pokok yang harus dicarikan jalan keluarnya, yaitu: menentukan pasar menentukan calon pembeli, dan menentukan saluran pemasaran marketing channel. 1. Menentukan Pasar, cara yang lazim digunakan adalah sebagai berkut : a. Melakukan penelitian sederhana tentang : 1 Permintaan potensial terhadap komoditi, dengan meneliti : a Keadaan penduduk dari negara yang dituju mengenai jumlah, tingkat pendapatan, dan lain-lain b Budaya masyarakat, misalnya India yang menghormati sapi, Saudi Arabia yang anti babi, Inggris yang aristokrasi, dan lain-lain c Tradisi dari penduduk di negara yang dituju, misalnya Jepang yang suka merayakan Natal secara besar-besaran walau bukan oran Kristen d Keadaan iklim di negara yang dituju : spring, summer, autumn, winter, tropis, subtropis, dan lain-lain e Selera pembeli: berselera tinggi, puritanis, seragam, konservatif, modernis, dan lain-lain 2 Saingan potensial dari komoditi kita, dengan meneliti : a Negara-negara yang mempunyai komoditi sejenis b Merek-merek dagang yang menjadi saingan di pasar 3 Mutu komoditi b. Menentukan sistem promosi yang tepat, bisa dilakukan dengan cara : 1 Melalui media massa dengan perantaraan iklan di radio, TV, majalah, surat kabar, atau membuat brosur 2 Menyediakan benda-benda promosi seperti kalender, buku harian, gantungan kunci, dan lain-lain. c. Menentukan kebijakan harga, kebijakan harga ekspor dapat ditentukan dengan salah satu dari pilihan berikut : 1 Biaya produksi ditambah persentase keuntungan Cost Plus Mark-up 2 Disesuaikan dengan harga pasar yang berlaku di tempat tujuan di negara pembeli Current Market Price 3 Harga dumping 4 Harga subsidi dan fasilitas negara pembeli seperti GSP subsidized price Sebelum menjatuhkan pilihan tentang pasar ekspor, ada baiknya diteliti lebih dahulu situasi dan kondisi calon pembeli, antara lain mengenai : a. Bonafiditas dari calon pembeli dan negara pembeli b. Stabilitas sosial negara pembeli c. Situasi cadangan devisa dan kondisi umum perekonomian negara pembeli d. Kendala dan fasilitas yang diberikan negara pembeli, seperti ada tidaknya pembatasan impor, pengaturan impor, fasilitas impor, kondisi pelabuhan tujuan, dan sertifikasi dan dokumentasi yang diperlukan untuk pabean e. Sistem pembayaran internasional yang berlaku 2. Menentukan saluran pemasaran Pemasaran barang ke luar negeri dapat dilakukan sendiri, cara ini disebut pemasaran langsung, tetapi ekspor dapat pula dilakukan melalui perantara atau melalui perusahaan lain. 13

2.6 STRATEGI PEMASARAN