Politik ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL

40 Tabel 7. Hasil rumusan kekuatan dan kelemahan UKM PWN Faktor Internal Kekuatan Kelemahan Manajemen  Struktur organisasi masih tradisonal, SDM, dan skill pekerja belum cukup terlatih Pemasaran  Telah memenuhi persyaratan ekspor secara administratif  Keterbatasan informasi akses pasar Keuangan  Keterbatasan modal atau finansial ProduksiOperasi  Memiliki lahan perkebunan sendiri untuk pasokan bahan bakunya  Kontinuitas produksi yang belum stabil  Teknologi yang digunakan masih bersifat semi tradisional Penelitian dan Pengembangan  Adanya diversifikasi produk  Tersedianya fasilitas berupa laboratorium Sistem Informasi Manajemen  Pembukuan dan pengumpulan informasi masih dilakukan secara sederhana

5.3 ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL

5.3.1 Analisis Lingkungan Jauh

1. Politik

Pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan pembuat regulasi, deregulasi, penyubsidi, pemberi kerja, dan konsumen utama organisasi. Faktor-faktor politik, pemerintahan, dan hukum, karenanya dapat merepresentasikan peluang atau ancaman utama baik bagi organisasi kecil maupun besar. Perubahan-perubahan dalam hukum paten, undang- undang antitrust undang-undang yang menentang penggabungan industri-industri, tarif pajak, dan aktivitas lobi dapat memberi pengaruh signifikan pada perusahaan David, 2009. Adanya badan khusus yang menangani minyak atsiri yaitu Dewan Atsiri Indonesia DAI telah mendorong pengembangan pengolahan minyak atsiri. Tujuan dari pembentukan Dewan ini adalah menjadi wadah koordinasi para stakeholder yang berkecimpung dalam perminyakatsirian, baik swasta maupun pemerintah. Selain adanya DAI sebagai fasilitator bagi para UKM, dukungan lain yaitu datang dari pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun daerah. Dukungan yang diberikan yaitu berupa bantuan baik itu dalam bentuk penyuluhan, lahan dan bangunan, serta peralatan dan laboratorium. 41 Kebijakan pemerintah pusat mengenai pajak yang diatur dalam PP No. 7 Tahun 2007 menyatakan bahwa barang hasil pertanian yang bersifat strategis termasuk di dalamnya adalah atsiri yang atas impor dan atau penyerahannya dibebaskan dari pajak pertambahan nilai. Hal ini tentunya sangat meringankan beban pengusaha minyak akar wangi dalam menjalankan bisnisnya. Disamping kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung usaha penyulingan minyak akar wangi bagi para UKM ini, ada juga kebijakan pemerintah yang sedikit menghambat UKM Penyulingan minyak akar wangi. Adanya kebijakan pemerintah pada akhir tahun 2005 tentang mengurangi subsidi bahan bakar minyak BBM dengan menaikkan harga BBM lebih dari 100 persen telah menempatkan para penyuling di ambang kehancuran. Biaya membeli minyak tanah sebagai bahan bakar utama penyulingan naik lebih dari dua kali lipat, sementara harga minyak akar wangi kerap tak menentu dan tidak mengalami kenaikan. Kondisi semakin sulit tatkala banyak penyuling yang ditangkap polisi gara-gara membeli minyak tanah dalam jumlah besar. Aturan pembatasan pembelian menjadi tembok penghalang bagi penyuling yang membutuhkan 350 liter minyak tanah untuk sekali menyuling selama lebih kurang 24 jam. Dampaknya kini dari 30 penyuling akar wangi di Garut, 20 di antaranya kolaps. Lahan akar wangi seluas 2.400 hektar yang tersebar di empat kecamatan pun menyusut menjadi sekitar 1.000 hektar. Mereka yang masih bertahan menyiasati persoalan bahan bakar ini dengan memakai solar atau oli bekas sebagai bahan bakar. Upaya efisiensi bahan bakar dengan menaikkan temperatur dan mempersingkat lama pembakaran membuat minyak akar wangi gosong karena disuling dengan tekanan 5-6 bar dalam waktu lebih singkat, hal ini mengakibatkan kualitas minyak akar wangi yang dihasilkan menjadi kurang bagus. Selain hal diatas, adanya Surat Keputusan SK Bupati Daerah Tingkat II Garut No. 520SK 196-HUK96 memutuskan bahwa areal penanaman akar wangi di Kabupaten Garut dibatasi yaitu seluas ± 2400 Ha yang meliputi wilayah Samarang 1200 Ha, Bayongbong 250 Ha, Cilawu 200 Ha, dan Leles 750 Ha. Hal ini tentu saja menyulitkan para pengusaha penyulingan minyak akar wangi, mengingat terbatasnya areal penanaman akar wangi yang ujunganya akan terjadi persaingan dalam memperoleh bahan baku. Perebutan bahan baku antar sesama penyuling mengakibatkan pasokan bahan baku untuk penyuling semakin berkurang dan berakibat pada tidak kontinunya produksi minyak akar wangi yang dihasilkan.

2. Ekonomi