Strategi WO PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN

56 membeli produk minyak akar wangi kualitas regular, namun beberapa negara lainnya lebih memilih minyak akar wangi dengan kualitas premium. Sejauh ini permintaan pembeli lebih cenderung untuk membeli minyak akar wangi dengan kualitas regular, walaupun sebenarnya kualitas premium lebih bagus, hal ini berkaitan dengan pertimbangan harga yang ditawarkan. Selain itu diversifikasi produk penting untuk dilakukan mengingat harga minyak akar wangi yang cenderung fluktuatif. Dengan adanya diversifikasi produk akar wangi, maka dapat meminimalisir kemungkinan kerugian akibat ketidakstabilan harga minyak akar wangi.

2. Strategi WO

Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Menurut Rangkuti 2008, pada kondisi ini perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak perusahaan menghadapi beberapa kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Berdasarkan analisis matriks SWOT pada UKM PWN, dihasilkan tiga alternatif strategi WO yaitu : 1 Meningkatkan kontinuitas produksi dengan menjalin kerjasama dengan penyuplai bahan bakar, memanfaatkan bantuan DAI dan bantuan pemerintah, 2 Peningkatan kualitas dengan cara melatih para pekerja dan perbaikan teknologi, dan 3 Memperbaiki sistem manajemen dan sistem informasi, terutama informasi pemasaran akses pasar. Alternatif yang pertama yaitu meningkatkan kontinuitas produksi dengan menjalin kerjasama dengan penyuplai bahan bakar, memanfaatkan bantuan DAI dan bantuan pemerintah. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat untuk menjalin suatu kerjasama yang kontinu dengan negara pengimpor atau dengan pelanggan, maka salah satu persyaratan utama yang diminta oleh pelanggan adalah kontinuitas produksi. Dengan memanfaatkan bantuan pemerintah dan DAI sebaik mungkin, UKM PWN berpeluang untuk meningkatkan kontinuitas produksinya. Sejauh ini kontinuitas produksi UKM PWN terkendala pada bahan baku dan bahan bakar. Bahan baku akar wangi selama ini diperoleh dari perkebunan sendiri dan dari petani-petani baik itu petani di daerah Samarang, maupun di luar daerah Samarang. Banyaknya IKM penyulingan akar wangi di daerah Garut, mengakibatkan para pelaku IKM tersebut berlomba-lomba untuk memperoleh bahan baku akar wangi dalam jumlah banyak, agar minyak yang dihasilkan relatif banyak dan bisa memenuhi permintaan pembeli. Sejauh ini UKM PWN sudah menjalin kerjasama dengan para petani akar wangi di Samarang dengan di tiga daerah penghasil akar wangi lainnya yaitu Cilawu, Leles, dan Bayongbong. Hal ini dilakukan untuk memperlancar pasokan bahan baku untuk pembuatan minyak akar wangi. Hal lain yang bisa dilakukan oleh UKM PWN yaitu dengan meminta bantuan pemerintah, terutama pemerintah daerah setempat untuk bisa mempertimbangkan kebijakan mengenai penetapan luas penanaman akar wangi, yaitu untuk meningkatkan areal penanaman perkebunan akar wangi. Hal ini mengingat masih sedikitnya market share Indonesia dalam memenuhi permintaan minyak akar wangi dunia yang salah satu penyebabnya adalah keterbatasan bahan baku untuk produksi. Selain keterbatasan bahan baku, hal lain yang menghambat kontinuitas produksi yaitu adanya kebijakan pemerintah terhadap penggunaan bahan bakar. Hal ini bisa diatasi dengan membuka jaringan dan menjalin kerjasama dengan para peyuplai bahan bakar dengan memanfaatkan bantuan DAI untuk kelancaran pasokan bahan bakarnya. Peningkatan kualitas dengan cara melatih para pekerja dan perbaikan teknologi sangat penting untuk dilakukan. Hal ini mengingat bahwa SDM UKM PWN masih belum cukup terlatih dalam melakukan proses produksi minyak akar wangi. Selain itu perlu juga dilakukan pelatihan terhadap pihak manajemen agar bisa mengambil keputusan scara bijak dan bisa mengambil langkah-langkah yang harus diambil oleh perusahaan secara cepat dan tepat. Pelatihan SDM ini bisa dilakukan dengan 57 meminta bantuan dari pihak pemerintah seperti Departemen Pertanian, Departemen Perkebunan, dan Departemen Perindustrian Perdagangan, juga bisa memanfaatkan bantuan dari DAI, dengan meminta diskusi dengan pakar-pakar minyak akar wangi yang ada di DAI. Dengan demikian, kemampuan para pekerja operasional maupun para manajer di perusahaan bisa lebih meningkat dan lebih berkualitas. Selain pelatihan SDM, perbaikan teknologi sangat penting untuk dilakukan, hal ini karena teknologi yang digunakan di UKM PWN masih bersifat semi tradisional sehingga rendemen dan kualitas minyak yang dihasilkan masih belum optimal. Hal ini tentunya akan sangat mempengaruhi terhadap permintaan negara importir. Negara importir sangat mementingkan kualitas minyak akar wangi yang dihasilkan dan kekontinuitasan prduksi minyak akar wangi. Jika UKM PWN ingin mendapatkan pelanggan yang tetap dan loyal, maka peningkatan kontinuitas produksi dan peningkatan kualitas sangat penting untuk diperhatikan. Untuk bisa melakukan hal tersebut tentu harus didukung oleh teknologi yang menunjang proses produksinya. Untuk bisa bersaing di pasaran internasional, maka salah satu hal yang penting untuk diperhatikan yaitu penguasaan terhadap informasi akses pasar. Selama ini UKM PWN hanya mendapatkan informasi dari pihak DAI itu pun masih terbatas dan dari media internet. Ketertutupan eksportir terhadap para UKM, terutama mengenai informasi harga, membuat pihak UKM tidak memiliki posisi tawar yang kuat dalam menentukan harga. Oleh karena itu strategi yang bisa dilakukan untuk meminimalisir hal seperti ini yaitu dengan memperbaiki sistem manajemen dan sistem informasi, terutama informasi pemasaran akses pasar. Untuk bisa mengetahui perkembangan pasar internasional, UKM PWN harus berani melakukan ekspor langsung dan menjalin kerjasama dengan importir, selain itu perlu dilakukan studi banding terhadap negara-negara produsen minyak akar wangi dunia. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan aktif mengikuti kegiatan pameran, baik nasional maupun internasional, memiliki kemampuan negosiasi yang baik dengan para anggota DAI dan pemerintah. Dalam pelaksanaannya tidak cukup sulit, hal ini dikarenakan Direktur Utama, H. Ede Kadarusman merupakan salahsatu anggota DAI Ketua Asosiasi Minyak Atsiri Jawa Barat yang sudah mengetahui seluk beluk dan prosedur yang harus dilakukan untuk bisa memperluas jaringan dan memperluas informasi akses pasarnya.

3. Strategi ST