41 dari total thrown silk yang dihasilkan, sisanya dibeli oleh para penenun di Jawa Barat
dan Jawa Tengah. Penenun hanya mengajukan order ketika mereka membutuhkan produk dan
biasanya dilakukan setiap awal semester. Pengiriman produk kepada konsumen penenun dilakukan melalui perusahaan jasa pengiriman. Sementara uang dari
konsumen dikirim melalui transfer antar bank.
3. Pola Aliran Rantai Pasokan
Struktur rantai pasokan sutera alam dibagi menjadi dua, yaitu rantai pasokan dengan perusahaan sebagai produsen murni produk dan rantai pasokan dengan
perusahaan dibantu petani sebagai produsen produk. Keseluruhan pola aliran rantai pasokan yang terjadi di Rumah Sutera Alam tersebut disajikan dalam Gambar 17.
Struktur rantai pasok 1
Struktur rantai pasok 3 Keterangan :
1. Pemasok bibit telur
5. Penenun konsumen 2.
Pemasok bahan pendukung 6. Aliran Produk
3. Perusahaan RSA
7. Aliran Informasi 4.
Plasma Gambar 17. Pola aliran barang dan informasi pada rantai pasokan yang melibatkan
Rumah Sutera Alam Pada struktur rantai 1, perusahaan dibantu oleh plasma berperan sebagai produsen
kokon. Kemudian produk olahannya, dijual kepada para penenun atau konsumen akhir. Pada struktur rantai 2, perusahaan berperan menjadi produsen murni dalam
menghasilkan produk mulai dari penetasan, pemeliharaan, sampai pengokonan. Namun, perbandingan jumlah ulat yang dipelihara sampai dilakukannya pengokonan oleh
perusahaan, tentu saja jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah ulat yang dipelihara oleh plasma.
42 Rantai pasokan pada komoditas ini melibatkan Perum Perhutani sebagai pemasok
telur ulat, petani ulat sebagai pemasok kokon, perusahaan sebagai pemelihara sekaligus prosesor, dan kelompok penenun serta konsumen akhir sebagai konsumen.
4. Sistem Transaksi
Sistem transaksi yang diterapkan di dalam rantai pasokan sutera alam cukup sederhana. Pada lingkungan galeri perusahaan, transaksi jual-beli antara produsen dan
konsumen berlangsung secara cash and carry, yaitu konsumen membayar langsung kepada karyawan perusahaan yang menjaga dan mendapatkan langsung produk yang
diinginkan. Sementara,
pada lingkungan
penenun, transaksi
penjualan umumnya
menggunakan invoice atau faktur penjualan. Pelunasan pembayaran dari faktur penjualan tersebut umumnya dibayar setelah rentang waktu maksimal tiga bulan.
Pembayaran seperti ini digunakan untuk sistem pembelian tetap yaitu penenun yang memesan benang, dan pasti akan membelinya setelah kokon dipanen dan diolah di
waktu kemudian. Sistem transaksi seperti ini dilakukan dengan kesepakatan antara pihak penenun dan perusahaan terlebih dahulu pada setiap awal semester. Pemesanan
biasanya dilakukan melalui telepon. Kesepakatan kedua belah pihak hanya disampaikan melalui media suara tanpa ada perjanjian tertulis, dan dalam pelaksanaannya tidak
pernah mengalami permasalahan. Setelah diproduksi, benang-benang tersebut kemudian dikirim kepada penenun kontrak melalui jasa pengiriman lain. Hanya sesekali saja pihak
perusahaan mengantar benang-benang tersebut, langsung ke daerah asal penenun, yaitu Sukabumi, Garut, dan Tasikmalaya.
Di samping itu, ada juga penenun yang membeli benang secara tidak menentu tidak tetap. Jika produksi benang melebihi pemesanan dari penenun kontrak, maka
perusahaan akan menjualnya kepada penenun lain dengan melakukan penawaran terlebih dahulu. Sama seperti penenun kontrak, perusahaan melakukan penawaran
kepada penenun tidak tetap hanya melalui telepon.
5. Kemitraan dalam Rantai Pasok