PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN

10 dagangan, dan suku cadang. Jumlah pemasok untuk setiap perusahaan tentunya berbeda-beda. 2. Rantai 1-2 adalah pemasok manufaktur. Manufaktur yang melakukan pekerjaan, membuat, mempabrikasi, meng-assembling, merakit, mengkonversi, ataupun menyelesaikan barang. Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, inventori bahan baku, bahan setengah jadi, dan barang jadi yang berada di pihak pemasok, manufaktur, dan tempat transit merupakan target penghematan ini. Penghematan sebesar 40-60 bahkan lebih dapat diperoleh dengan menggunakan konsep supplier partnering. 3. Rantai 1-2-3 adalah pemasok – manufaktur – distributor. Barang yang sudah jadi dari manufaktur disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang kepada pelanggan, yang umum dilakukan adalah melalui distributor dan ini biasanya merupakan bagian dari rantai pasokan. Barang yang akan disalurkan biasanya ditempatkan pada gudang untuk dibawa ke gudang distributor atau pedagang besar dalam jumlah besar dan pada waktunya nanti pedagang besar nanti menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada pengecer. 4. Rantai 1-2-3-4 adalah pemasok – manufaktur – distributor – ritel. Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun produk sebelum disalurkan. Pada rantai ini bisadilakukan penghematan dalam bentuk inventori dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang 5. Rantai 1-2-3-4-5 adalah pemasok – manufaktur – distributor – ritel - konsumen. Pengecer menawarkan barangnya kepada pelanggan atau konsumen. Mata rantai pasok baru benar-benar berhenti ketika barang tiba pada pemakai langsung. Rantai pasokan harus saling mendukung diantara organisasi yang saling berhubungan agar kegiatan pengadaan dan penyaluran bahana baku dan produk akhir terintegrasi secara baik dan benar, sehingga mereka menjadi sama, yaitu “to gets the right goods or services to the right place, at the right time, and in the desired condition, while making the greatest contribution to the firm” Siagian 2007. Berdasarkan konsep rantai pasok, terdapat tiga tahapan dalam aliran material. Bahan mentah didistribusikan ke manufaktur membentuk suatu sistem physical supply, manufaktur mengolah bahan mentah, dan produk jadi didistribusikan kepada konsumen akhir membentuk sistem physical distribution. Bahan mentah didistribusikan oleh pemasokdan manufaktur melakukan pengolahan sehingga menjadi barang jadi dan siap didistribusikan kepada konsumen melalui distributor. Aliran produk terjadi mulai dari pemasok hingga ke konsumen, sedangkan arus balik aliran ini adalah aliran permintaan dan informasi. Dimana, permintaan dari konsumen, diterjemahkan oleh distributor, dan distributor menyampaikan pada manufaktur. Selanjutnya manufaktur menyalurkan informasi tersebut pada pemasok.

C. PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN

Salah satu aspek fundamental dalam SCM adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Untuk menciptakan kinerja yang efektif diperlukan sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja rantai pasok secara holistik. Menurut Pujawan 2005, sistem pengukuran kinerja dilakukan untuk : i melakukan monitoring dan pengendalian, ii 11 mengorganisasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasok, iii mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang ingin dicapai; dan vi menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing. Suatu sistem pengukuran kinerja biasanya memiliki beberapa tingkatan dengan cakupan yang berbeda-beda. Menurut Melynk et al. 2004, suatu sistem pengukuran kinerja biasanya mengandung : i metrik individual; ii serangkaian metrik kinerja dan iii sistem pengukuran kinerja yang menyeluruh. Metrik individual berada pada tingkat paling bawah dengan cakupan paling sempit. Metrik adalah ukuran yang dapat diverifikasi, diwujudkan dalam bentuk kuantitatif ataupun kualitatif, dan didefinisikan terhadap suatu titik acuan tertentu. Menurut Pujawan 2005, ada beberapa hal yg harus dipenuhi agar suatu metrik bisa efektif, yaitu : i mudah dimengerti, ii value-based, iii dapat menangkap karakteristik atau hasil dalam bentuk numerik maupun nominal, iv tidak menciptakan konflik antar fungsi pada suatu organisasi, dan v dapat melakukan distilasi data. Menurut Gunasekaran et al. 2001, 2004, pengukuran kinerja pada rantai pasok bertujuan untuk mendukung tujuan, evaluasi, kinerja, dan penentuan aksi di masa depan pada strategi, taktik, dan tingkatan operasional. Metrik pengukuran kinerja SCM perlu diklasifikasikan dalam level strategi, taktik, dan opersional manajemen. Jumlah metrik pada suatu sistem pengukuran kinerja bisa cukup banyak. Untuk menghindari kerancuan, tiap metrik harus didefinisikan dengan jelas. Menurut Melynk et al. 2004, metrik bisa diklarifikasikan berdasarkan fokus dan waktu. Metrik bisa berfokus pada kinerja operasional maupun finansial. Metrik operasional mengukur kinerja dalam satuan waktu, output, dan sebagainya. Banyak proses-proses dalam rantai pasok memang dimonitor dalam satuan non-finansial.

D. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN