Agroindustri Benang Sutera AGROINDUSTRI SUTERA ALAM

7 kemudahan filamen kokon terurai pada saat pemintalan menjadi kurang dan panjang filamen yang didapat akan berkurang Atmosoedarjo et al. 2000. Kualitas kokon dipengaruhi oleh keadaan suhu, kelembapan, aliran udara, dan intensitas cahaya dalam ruang pengokonan. Suhu ideal untuk pengokonan adalah 24 o C dengan kelembapan 60-90. Sirkulasi udara di dalam ruang pengokonan harus diatur dengan baik, oleh karena itu ruangan harus mempunyai jendela yang cukup. Kebutuhan cahaya untuk proses pengokonan antara 10-20 lux diibaratkan seperti keadaan cahaya dibawah meja. Cahaya harus merata, karena bila cahaya hanya datang dari salah satu arah, ulat akan mengokon di tempat yang lebih gelap dan mengumpul, sehingga akan banyak terjadi kerusakan kokon Departemen Kehutanan 2007. Menurut Ryu 2000, waktu yang diperlukan ulat dari mulai mengokon sampai menjadi pupa dipengaruhi oleh temperatur dan varietas ulat. Pada umumnya ulat selesai membuat kokon dalam dua hari dan dua hari kemudian digunakan untuk merubah diri menjadi pupa. Pupa yang mula-mula berwarna keputihan dan lunak dalam dua hari akan berubah menjadi berwarna cokelat tua dan mengeras. Kokon akan dipanen pada hari keenam dan ketujuh setelah mengokon. Standar mutu kokon kering dapat dilihat pada lampiran 4.

2. Agroindustri Benang Sutera

Proses produksi pada agroindustri benang sutera dibagi menjadi tiga, yaitu proses produksi pembuatan benang mentah, proses produksi pembuatan benang matang, dan pembuatan kain. Proses pembuatan benang sutera mentah secara singkat dijabarkan pada Gambar 1. Flossing adalah pembersihan kokon segar dari kapas-kapas yang melekat pada kulit kokon. Kapas-kapas tersebut dinamakan flossom Ryu 2000. Pengeringan drying kokon bertujuan untuk mencegah berkembangnya pupa menjadi kupu-kupu dan untuk mengurangi kandungan air di lapisan sutera dan pupa, sehingga dapat memungkinkan menyimpan kokon dalam jangka waktu yang lama. Pemasakan cooking merupakan tahapan yang bertujuan untuk menguraikan filamen kokon sehingga dapat dipintal Atmosoedarjo et al, 2000. Proses pemintalan benang reeling adalah proses penyatuan beberapa filamen untuk dipintal menjadi benang sutera. Jumlah filamen kokon yang disatukan untuk mendapatkan sehelai benang mentah berbeda-beda tergantung ukuran benang yang dikehendaki. Proses pemintalan ulang rereeling adalah proses pemindahan benang sutera yang sudah dipintal dari gulungan dengan keliling yang lebih kecil ke gulungan yang lebih besar keliling 1,5 meter Atmosoedarjo et al. 2000. Setelah melalui proses pemintalan ulang dan inspeksi akhir maka produk yang didapatkan dinamakan benang sutera mentah. Sebelum dapat dijadikan kain, benang sutera mentah terlebih dahulu diproses menjadi benang sutera. Proses perubahan benang sutera mentah menjadi benang sutera dijabarkan pada Gambar 2. 8 Gambar 1. Proses produksi benang sutera mentah Atmosoedarjo et al. 2000 Perendaman soaking adalah proses yang dilakukan untuk menghilangkan protein serisin dari filamen kokon. Menurut Jumaeri 1997 di dalam Purwaningrum 2007 protein serisin adalah protein yang tidak mengandung belerang, dan merupakan protein yang tidak larut dalam air dingin, tetapi lunak di dalam air panas, dan larut dalam alkali lemah atau sabun. Serisin menyebabkan benang sutera mentah, strukturnya menjadi kaku dan kasar, dan merupakan pelindung serat selama pengerjaan mekanik. Agar kain sutera menjadi lembut, berkilau dan dapat dicelup, protein serisin tersebut harus dihilangkan. Proses penghilangan protein serisin dilakukan dengan pemasakan di dalam larutan sabun. Dalam proses ini, lilin, dan garam-garam mineral ikut hilang. Winding adalah proses pemindahan benang dari bentuk gulungan besar skein ke dalam bobbin gulungan benang yang terbuat dari kayu dengan panjang benang yang diinginkan untuk dikerjakan lebih lanjut. Doubling atau penggandaan adalah proses membuat benang menjadi rangkap. Benang dapat dibuat menjadi rangkap 2, 3, 4, 6, atau sesuai kebutuhan Ryu 2000. Twisting merupakan proses penggintiran benang untuk mencegah pecahnya benang, member daya penutup covering capacity yang lebih besar. Pada proses twisting, gulungan benang dipindah dari bobbin ke silinder gulungan benang yang terbuat dari logam. Rewinding adalah proses menggulung kembali benang sutera dari gulungan benang berbentuk silinder menjadi bentuk gulungan besar Atmosoedarjo et al. 2000. 9 Gambar 2. Proses produksi pembuatan benang sutera Atmosoedarjo et al. 2000

B. MANAJEMEN RANTAI PASOKAN