58 Kisaran nilai untuk masing-masing metrik kinerja diperoleh dari pustaka
dan hasil wawancara. Pada metrik kesesuaian dengan standar mutu, ukuran nilai yang diberikan yaitu berasal dari bobot kokon kering sesuai dengan SNI dan
dalam satuan gram. Standar mutu kokon kering juga dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada metrik siklus pemenuhan pesanan, ukuran nilai yang diberikan berasal
dari lamanya proses budidaya ulat hingga panen kokon dilaksanakan, dengan satuan berupa hari. Nilai ini juga diambil berdasarkan pustaka dan hasil
wawancara dengan pakar. Sementara untuk metrik pemenuhan pesanan, ukuran nilai berasal dari pihak perusahaan sesuai dengan tanggung jawabnya dalam
memenuhi pesanan dari pihak penenun sebagai konsumen, dengan satuan berupa persentase. Kisaran nilai yang diberikan dalam sistem dapat dilihat lebih jelas
pada Tabel 7. Tabel 7. Kisaran nilai yang diberikan sistem pada tabel pengukuran kinerja
Bobot kokon Lama pemenuhan
Pemenuhan pesanan kering satuan g
pesanan satuan hari konsumen satuan
Baik 1.7-2
32-34 80-100
Cukup 1.4-1.6
35-37 60-79
Kurang 1-1.3
38-40 40-59
C. VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL
1. Verifikasi
Menurut Maarif 2006 dalam Sabar 2007 verifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu 1 melakukan tes data, yaitu mengevaluasi setiap kejadian yang mungkin,
mempersiapkan data masukan dengan khusus dan kemampuan program pada kondisi ekstrim; 2 Tulis dan debug program dalam modul-modul atau subprogram-subprogram; 3 Diuji oleh
banyak orang; 4 Run pada asumsi penyederhanaan dimana model simulasi dapat dihitung dengan mudah; 5 Lihat hasil simulasi. Program Letulet bersifat multiuser karena model dapat
digunakan oleh beberapa user dalam waktu yang bersamaan tanpa mengalami masalah atau konflik. Hal tersebut telah diuji dengan pengisian bobot yang berbeda dalam model 1, kemudian
dilakukan submit dalam waktu bersamaan dan hasil keluaran sistem tetap ada dengan nilai yang berbeda.
A. Model Pemilihan Produk Prospektif
Verifikasi ini dilakukan dengan masukan berupa data aktual yang diinputkan kedalam sistem dan diamati keluarannya. Model pemilihan produk prospektif dilakukan
melalui pendekatan MPE. Nilai yang dimasukkan oleh user dan hasil keluarannya dapat ditunjukkan pada Gambar 31.
59 Gambar 31. Nilai input dan hasil keluaran model pemilihan produk prospektif
Data yang digunakan untuk model pemilihan produk prospektif ini berasal dari tiga orang pakar yang mempunyai peranan penting dalam bidang agroindustri sutera alam.
Penggabungan data dari ketiga pakar dilakukan dengan metode pendapat gabungan. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2.
Hasil penilaian para pakar mengenai produk prospektif berdasarkan kriteria yang telah dipilih sebelumnya, maka alternatif komoditi produk olahan yang prospektif di
pasar domestik yaitu kain, benang sutera thrown silk, dan benang sutera mentah raw silk.
B. Model Pemilihan Pasar Potensial
Sama halnya dengan model sebelumnya, data yang digunakan untuk model pemilihan pasar potensial ini berasal dari tiga orang pakar yang mempunyai peranan
penting dalam bidang agroindustri sutera alam. Model pemilihan pasar potensial juga dilakukan melalui pendekatan MPE. Penggabungan data dari ketiga pakar juga dilakukan
dengan metode pendapat gabungan. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2. Nilai yang dimasukkan oleh user dan hasil keluarannya dapat ditunjukkan
pada Gambar 32. Hasil penilaian para pakar mengenai produk prospektif berdasarkan kriteria yang telah dipilih sebelumnya, alternatif pasar potensial produk olahan sutera
alam yaitu Garut, Tasikmalaya, dan Sukabumi.
60 Gambar 32. Nilai input dan hasil keluaran model pemilihan pasar potensial
C. Model Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Perusahaan
Data yang digunakan untuk model pengukuran kinerja perusahaan ini berasal dari data-data aktual perusahaan. Nilai yang diinput pengguna akan disesuaikan dengan
rentang nilai yang disediakan. Masing-masing poin penilaian akan menghasilkan parameter kualitas. Kesimpulan akhir diperoleh dengan menggabungkan parameter-
parameter dari ketiga poin tersebut. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2. Nilai yang dimasukkan oleh user dan hasil keluarannya dapat ditunjukkan
pada Gambar 33.
Gambar 33. Nilai input dan hasil keluaran model pengukuran kinerja perusahaan
61 Hasil keluaran berupa pengukuran kinerja perusahaan menunjukkan bahwa aspek
kesesuaian standar mutu mempunyai nilai cukup, aspek siklus pemenuhan pesanan memiliki nilai baik, dan aspek pemenuhan pesanan bernilai baik. Rekomendasi muncul
jika hanya salah satu aspek mempunyai nilai kurang atau cukup. Jika telah bernilai baik, sistem tidak akan mengeluarkan rekomendasi tersebut. Jika nilai input tidak berada
dalam range, maka sistem akan mengeluarkan notifikasi yang dapat dilihat pada Gambar 34.
Gambar 34. Notifikasi yang muncul jika nilai input berada diluar range
2. Validasi
Validasi berfungsi sebagai pembuktian bahwa aplikasi dari model terkomputerisasi, dalam penelitian ini adalah program Letulet, telah dapat merepresentasikan kondisi nyata dan
menjawab masalah sebenarnya dari pihak perusahaan RSA. Pada tahapan validasi ini diharapkan tahapan operasional dari program Letulet dapat menghasilkan keluaran yang
konsisten dan memuaskan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari perancangan model tersebut.
Teknik validasi yang digunakan terhadap program Letulet adalah teknik face validity. Menurut Sargent 2007, face validity merupakan teknik validasi yang dilakukan dengan
menanyakan kepada pakar orang yang berkompeten mengenai ketepatan model dan perilaku model yang dirancang. Pakar yang melakukan validasi akan mengecek ketepatan konsep
logika dari model yang dirancang serta hubungan yang tepat dan rasional antara input dan output yang digunakan pada model. Proses face validity dilakukan bersama dengan dua orang
pakar, yaitu : 1.
Drs. Wariso Pihak LitbangRehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Pakar ini melakukan validasi terhadap rancangan model pemilihan produk prospektif dan
model rekomendasi terhadap pengukuran kinerja oleh sistem. 2.
Rido Rachman Pihak perusahaan yang menangani pemasaran produk dan distribusi ulat. Pakar ini melakukan validasi terhadap rancangan model pemilihan pasar
potensial dan menilai model strategi pemilihan plasma unggul. Kedua pakar tersebut menilai bahwa model yang dikembangkan cukup dapat
merepresentasikan faktor-faktor serta tahapan-tahapan yang dipertimbangkan dalam proses pemilihan produk prospektif, pasar potensial, dan strategi pemilihan plasma unggul. Selain itu,
model yang dikembangkan juga sesuai dengan informasi-informasi serta arahan yang mereka berikan kepada peneliti.
D. IMPLIKASI MANAJERIAL
62 Sistem penunjang keputusan ini mempunyai implikasi yang sangat besar bagi pihak
perusahaan, karena model yang dibangun merupakan representasi dari permasalahan yang ada di perusahaan. Dengan adanya sistem ini, perusahaan mempunyai alat bantu pengambilan
kebijakan mengenai produk yang harus dikembangkan dan memaksimalkan pasar potensial yang merupakan tujuan penjualan produk berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan
oleh para pakar. Keluaran hasil produk dari sistem diharapkan dapat disesuaikan dengan kapasitas sarana produksi dan SDM sehingga dapat tercapai produktivitas optimal dan
keuntungan yang maksimal. Sementara pasar yang kurang potensial terhadap penjualan sutera alam sebaiknya ditindaklanjuti oleh Depatemen Perindustrian selaku pihak Pemerintah yang
menangani produk-produk olahan industri, dengan mengalokasikan SDM yang potensial ke tempat lain atau memberikan pelatihan keterampilan tambahan kepada SDM pasar tersebut. Hal
ini penting dilakukan agar industri pasar tersebut tidak kehilangan konsumen, tetap menjaga lapangan pekerjaan terbuka, dan perekonomian daerah tetap stabil.
Ketidakpuasan perusahaan terhadap plasma karena pasokan bahan baku berupa kokon, seringkali mempunyai kualitas yang tidak seperti apa yang diharapkan dan siklus
pemeliharaannya yang sedikit lebih cepat. Oleh karena itu, dengan adanya sistem penunjang keputusan LETULET diharapkan perusahaan dapat menentukan strategi untuk pemilihan
plasma yang akan dipercaya sebagai mitra perusahaan untuk pemelihara ulat. Plasma yang bermitra dengan perusahaan selama ini, hanya mengandalkan kesediaan atau kesanggupannya
saja untuk membesarkan ulat. Sebaiknya untuk perbaikan ke depan, perusahaan juga harus menilai kelompok plasma tersebut berdasarkan alternatif-alternatif yang dihasilkan dari sistem
penunjang keputusan ini. Perusahaan juga dapat memberikan kriteria-kriteria yang sebaiknya dimiliki oleh plasma berdasarkan alternatif yang dihasilkan sistem agar mereka menyadari
bahwa untuk mendapatkan produk berkualitas, diperlukan lebih dari sekedar kesediaan memelihara, tetapi juga harus ditunjang dengan lokasi pemeliharaan, sarana dan prasarana yang
memadai, jumlah anggota plasma, teknologi dan keuletan pemelihara dan kualitas kokon. Dalam sebulan, biasanya para plasma dikunjungi oleh orang lapang dari kabupaten
setempat, hanya untuk mengawasi pemeliharaan. Namun dengan aksi itu saja, dirasa belum cukup oleh para plasma, karena tidak ada ilmu yang diperoleh. Plasma yang belum mempunyai
kriteria cukup untuk dijadikan mitra perusahaan, sebaiknya diberikan penyuluhan. Penyuluhan atau pelatihan telah dilakukan sebenarnya, namun hanya diberikan sekali dalam setahun. Pihak
pemerintah yang bertanggung jawab mengenai agroindustri sutera alam, dalam hal ini diwakilkan oleh Badan Persuteraan Alam dari Departemen Kehutanan juga diharapkan dapat
memberikan penyuluhan-penyuluhan yang sifatnya lebih intensif. Implikasi lainnya yaitu perusahaan mampu mengukur kinerjanya selaku pemelihara dan
prosesor utama dalam agroindustri sutera alam ini. Dengan adanya model pengukuran kinerja, perusahaan dapat menilai sendiri dimana faktor-faktor yang menjadi kekurangan dan harus
diperbaiki serta mengetahui faktor-faktor yang menjadi kelebihan dan harus dipertahankan. Kinerja perusahaan yang baik dapat menjadi faktor kesuksesan dan kunci berkembangnya
perusahaan. Informasi rantai pasok sutera alam yang disajikan juga dapat menjadi informasi bagi Departemen Perindustrian dan Departemen Kehutanan.
63
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Salah satu solusi yang diharapkan dapat membantu perusahaan untuk menyelesaikan masalah- masalah yang ada pada agroindustri sutera alam yaitu dengan membuat suatu sistem penunjang
keputusan yang dapat membantu pengambil keputusan memilih berbagai alternatif keputusan berupa hasil pengolahan informasi-informasi yang diperoleh. Kebutuhan akan sistem penunjang keputusan
tersebut diimplementasikan dalam suatu program Letulet. Sistem ini dilengkapi dengan model-model pemilihan yang merupakan representasi dari permasalahan yang ada di perusahaan. Model-model
yang tersedia yaitu model pemilihan produk prospektif, model pemilihan pasar potensial, model pemilihan strategi plasma unggul, dan model pengukuran kinerja rantai pasok perusahaan.
Sistem ini juga membahas mengenai rantai pasokan pada produk sutera alam berupa aliran rantai pasok dan anggota rantai pasok. Anggota primer dari rantai pasokan ini terdiri atas pemasok,
perusahaan inti, petani ulat, konsumen galeri serta penenun yang berfungsi sebagai konsumen juga. Struktur rantai pasokan sutera alam dibagi menjadi dua, yaitu rantai pasokan dengan perusahaan
sebagai produsen murni produk pemasok-perusahaan inti-konsumen dan rantai pasokan dengan perusahaan dibantu petani sebagai produsen produk pemasok-perusahaan inti-mitra plasma-
perusahan inti-konsumen. Hasil keluaran dari model pemilihan produk prospektif menghasilkan bahwa produk terbaik
untuk diproduksi adalah kain sutera. Namun mengingat sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia yang menanganinya masih terbatas, maka diharapkan perusahaan mampu menyesuaikannya
sehingga dapat tercapai produktivitas optimal dan keuntungan yang maksimal. Sementara model pemilihan pasar potensial menyimpulkan bahwa pasar terbaik untuk memasarkan produk olahan
sutera alam adalah pasar Garut. Hasil keluaran dari kedua model tersebut didasarkan pada hasil perhitungan MPE Metode Perbandingan Eksponensial.
Model penentuan strategi pemilihan plasma unggul menghasilkan alternatif-alternatif yang dapat mewakili penilaian perusahaan inti terhadap plasma sebagai mitra perusahaan dalam
memelihara ulat dan menghasilkan kokon. Alternatif-altenatif tersebut diperoleh melalui pembobotan dengan pendekatan AHP Analytical Hierarchy Process berdasarkan faktor-faktor kunci yang
membuat suatu plasma unggul. Alternatif-alternatif tersebut jika diurutkan dari bobot yang paling besar yaitu memelihara ulat dan memproduksi kokon sesuai prosedur 0.350, memliki sarana dan
prasarana yang memadai 0.256, mengikuti pelatihan-pelatihan 0.168, mempunyai lokasi yang baik 0.152, dan mempunyai jumlah anggota plasma yang efisien 0.074.
Model kinerja rantai pasok perusahaan diukur dengan menggunakan AHP yang dikombinasikan dengan SCOR. Pengukuran kinerja tersebut didasarkan hanya pada tiga aspek metrik
kinerja yang mempunyai bobot tertinggi dari hasil AHP. Data aktual perusahaan mengenai produksi menjadi nilai input pada tabel pengukuran kinerja. Hasil yang diperoleh berdasarkan tabel
pengukuran kinerja yaitu aspek kesesuaian dengan standar mutu mempunyai nilai cukup, sementara aspek siklus pemenuhan pesanan dan pemenuhan pesanan memiliki nilai baik. Keluaran rekomendasi
dari sistem menunjukkan perbaikan pada aspek yang bernilai cukup, yaitu aspek kesesuaian dengan standar mutu.