SCOR SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE

14 Gambar 4. Struktur Dasar Hirarki AHP Saaty 1980 Dalam proses penjabaran tujuan hirarki terdapat tiga hal yang perlu dicermati. Pertama, setiap aspek dari tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam subtujuan tersebut. Kedua, perlu dihindarkan terjadinya pembagian yang terlampau banyak, baik ke arah lateral maupun vertikal. Ketiga, tes kepentingan perlu dilakukan karena kriteria-kriteria dalam hirarki harus relevan dengan tujuan Mangkusubroto dan Trisnadi 1987.

G. SCOR SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE

SCOR adalah suatu model referensi proses yang dikembangkan oleh Dewan Rantai Pasokan sebagai alat diagnosa Supply Chain Management yang digunakan untuk mengukur performa rantai pasokan perusahaan, meningkatkan kinerjanya, dan mengkomunikasikan pihak- pihak yang terlibat di dalamnya. Dasar model SCOR didasarkan pada tiga pilar utama, yaitu pemodelan proses, pengukuran performa atau kinerja rantai pasokan, dan penerapan best practice Supply Chain Council 2008. Model SCOR mempunyai indikator-indikator penilaian yang dinyatakan dalam ukuran kuantitatif yang disebut dengan metrik-metrik penilaian. Metrik-metrik penilaian tersebut dinyatakan dalam beberapa level tingkatan meliputi level 1, level 2, dan level 3. Banyaknya metrik dan tingkatan metrik yang digunakan sesuai dengan jenis dan banyaknya proses, serta tingkatan proses rantai pasokan yang diterapkan di dalam perusahaan Supply Chain Council 2008. Proses SCOR terbagi menjadi beberapa level detail proses untuk membantu perusahaan menganalisa kinerja supply chainnya. Model SCOR diperkenalkan pada lima proses berbeda, yaitu perencanaan Plan, pengadaan Source, produksi Make, distribusi Deliver, and pengembalian Return yang terdapat pada level 1. Tabel di bawah ini menjelaskan model hierarki proses dalam SCOR. Fokus yang hendak dicapai Fokus Faktor Aktor Alternatif Faktor-1 Faktor -2 Faktor -m Aktor-1 Aktor-2 Aktor-n Alternatif-1 Alternatif-2 Alternatif -o 15 Tabel 3. Model hierarki SCOR Sumber : Supply Chain Council 2008 Model SCOR memiliki lima aspek penilaian, yaitu reliability, responsiveness, flexibility, cost dan assets. Masing-masing dari atribut performa tersebut terdiri dari satu atau lebih metrik level 1. Menurut Bolstroff 2003, pada umumnya para pimpinan perusahaan menggunakan metrik level 1 ini sebagai dasar untuk menentukan strategi pengembangan rantai pasokan yang hendak dicapai oleh perusahaan, disesuaikan dengan atribut performa yang paling dikehendaki oleh pembeli eksternal dan perusahaan internal. Definisi dari masing-masing atribut performa tersebut dijelaskan pada Tabel 4. 16 Tabel 4. Atribut performa manajemen rantai pasokan beserta metrik performa Atribut Performa Definisi Metrik Level 1 Reliabilitas Rantai Pasokan Performa rantai pasokan perusahaan dalam memenuhi pesaan pembeli dengan; produk, jumlah, waktu, kemasan, kondisi, dan dokumentasi yang tepat, sehingga mampu memberikan kepercayaan kepada pembeli bahwa pesanannya akan dapat terpenuhi dengan baik. Pemenuhan Pesanan Sempurna Responsivitas Rantai Pasokan Waktu kecepatan rantai pasokan perusahaan dalam memenuhi pesanan konsumen. Siklus Pemenuhan Pesanan Fleksibilitas Rantai Pasokan Keuletan rantai pasokan perusahaan dan kemampuan untuk beradaptasinya terhadap perubahan pasar untuk memelihara keuntungan kompetitif rantai pasokan. Fleksibilitas Rantai Pasok Atas Penyesuaian Rantai Pasok Atas Penyesuaian Rantai Pasok Bawah Biaya Rantai Pasokan Biaya yang berkaitan dengan pelaksanaan proses rantai pasokan. Biaya SCM Biaya Pokok Produk Manajemen Aset Rantai Pasokan Efektivitas suatu perusahaan dalam memanajemen asetnya untuk mendukung terpenuhinya kepuasan konsumen. Siklus Cash-to- Cash Return on Supply Chain Fixed Assets Return on Working Capital Sumber : Bolstroff 2003 Jumlah metrik pada suatu sistem pengukuran kinerja bias cukup banyak. Untuk menghindari kerancuan, tiap metrik harus didefinisikan dengan jelas. Menurut Melynk et al. 2004, metrik bisa diklasifikasikan berdasrkan fokus dan waktu. Metrik bisa berfokus pada kinerja finansial maupun operasional. Metrik operasional mengukur kinerja dalam satuan waktu, output, dan sebagainya. Banyak proses dalam rantai pasok memeang dimonitor dalam satuan non-finansial. Menurut Gunasekaran et al 2001, 2004, pengukuran kinerja pada rantai pasok bertujuan untuk mendukung tujuan, evaluasi, kinerja, dan penentuan aksi di masa depan pada strategi, taktik, dan tingkat operasional. Untuk itu dibutuhkan lebih besar untuk studi pengukuran dan metirk dalam konteks manajemen rantai pasok karena dua alasan, yaitu kurangnya pendekatan yang seimbang dan kurang jelasnya perbedaan antara metrik level strategi, taktik dan operasional. Model SCOR fokus pada aspek-aspek seperti semua kegiatan yang berkaitan dengan interaksi pembeli mulai dari pesanan barang yang masuk hingga ke pelunasan pembayaran oleh pembeli, semua trnsaksi produk barang atau jasa mulai dari produsen hulu hingga ke konsumen akhir, dan semua interaksi pasar mulai dari memehami permintaan pasar secara agregat hingga ke pemenuhannya dari masing-masing permintaan. Namun, bukan berarti SCOR berusaha untuk mendeskripsikan semua kegiatan dan proses bisnis yang ada. 17

H. WWW WORLD WIDE WEB