Model Pemilihan Produk Prospektif

46 Gambar 20. Tampilan menu pemilihan model pada sistem

A. Model Pemilihan Produk Prospektif

Model produk prospektif ini digunakan untuk menentukan komoditi produk olahan sutera alam prospektif di pasar domestik dengan menggunakan metode perbandingan eksponensial MPE yang digunakan untuk menyaring alternatif. Alternatif merupakan pilihan-pilihan dari hasil akhir sedangkan kriteria merupakan hal yang menentukan seberapa utama alternatif yang ada. Pada model ini pengguna harus mengisi nilai untuk masing-masing alternatif berdasarkan kriteria yang ada dengan skala 1-5. Setiap kriteria yang ada, telah memiliki bobot berdasarkan tingkat kepentingannya. Pembobotan kriteria ini hasil wawancara dengan para pakar yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pemasaran produk sutera alam. Skala kepentingan itu mulai dari 1 hingga 5. Semakin tinggi nilai yang diberikan, maka semakin penting kriteria tersebut dalam penentuan produk prospektif. Skala dan keterangannya dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Skala penilaian pada MPE Pembobotan kriteria ditentukan oleh narasumber melalui wawancara dan tidak dapat diubah oleh user. Wawancara dilakukan kepada tiga orang pakar yang ahli di bidang produk olahan sutera alam yaitu dari konsultan Rumah Sutera Alam, praktisi Agroindustri Sutera untuk Pendidikan, dan pihak pemerintah Bagian Persuteraan di Litbang Kehutanan. Kriteria yang digunakan untuk produk olahan prospektif adalah Skala Keterangan 1 Sangat tidak penting 2 Tidak penting 3 Sama penting 4 Penting 5 Sangat penting 47 potensi produk di pasaran, ketersediaan sarana produksi, ketersediaan SDM, dan nilai tambah. Potensi produk di pasaran menunjukkan prospek permintaan komoditi olahan sutera alam di pasar domestik untuk prakiraan masa sekarang maupun jangka panjang. Ketersediaan sarana produksi menunjukkan banyaknya jumlah mesin-mesin dan peralatan lain yang masih dapat digunakan untuk memproduksi produk olahan sutera alam selama ini. Begitu halnya dengan kriteria ketersediaan SDM yang menunjukkan banyaknya jumlah tenaga kerja yang ahli atau dapat mengolah sutera menjadi produk turunannya. Semakin besar suatu industri maka semakin besar pula pelibatan tenaga kerja bisa di bagian produksi, manajemen maupun distribusinya. Kriteria nilai tambah mengacu kepada pertambahan nilai dan fungsi dari sutera alam setelah mengalami serangkaian proses. Sebagai contoh, nilai tambah pada benang sutera lebih tinggi daripada produk primer kokon sehingga harga jualnya juga lebih tinggi. Tampilan model 1 dapat dilihat pada Gambar 21. Inputan untuk model ini yaitu berupa skala pengguna untuk menilai alternatif dan keluarannya berupa hasil peringkat dari ketiga produk yang disajikan. Berdasarkan hasil perhitungan MPE, bobot kain sutera diperoleh sebesar 9464, bobot throw silk 2574, dan raw silk sebesar 1619. Hasil keluaran tersebut menunjukkan bahwa kain sutera merupakan produk prospektif yang dapat diproduksi secara optimal agar dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan ouput ini diharapkan perusahaan dapat melakukan perencanaan di setiap awal periode mengenai jumlah dan jenis produk apa yang sedang prospektif untuk diproduksi serta mempertimbangkan dengan sarana dan prasarana yang tersedia. Gambar 21. Tampilan model 1 pada sistem

B. Model Pemilihan Pasar Potensial