kelebihan pendapatan yang diperoleh dibandingkan jika dia memilih alternatif lain.
3.1.5 Pendapatan
Alokasi sumberdaya mempunyai peranan yang sangat penting dalam memilih jenis usaha, karena itu pula penting dalam menyusun pola organisasi
usaha yang efisien. Jenis usaha dipertimbangkan dalam perencanaan usaha selama sumbangan yang diharapkan terhadap pendapatan bersih usaha melebihi biaya
yang diluangkan sumberdaya yang digunakan. Menurut Ibrahim 2009, keuntungan profit merupakan tujuan utama
dalam melakukan usaha, semakin besar keuntungan yang diterima maka semakin efisien usaha yang dijalankan, didasarkan pada perkiraan dan perencanaan jumlah
produk yang dijual. Hal ini dapat diketahui dari hasil penjualan produk kapan pedagang mendapatkan keuntungan maksimal terbanyak. Ketika total
penerimaan total revenue sama dengan total biaya total cost, maka pedagang bisa dikatakan berada pada posisi titik pulang pokok break even point.
Menurut Limbong dan Sitorus 1987, break even point BEP merupakan kondisi dimana tidak untung dan tidak rugi, dengan kata lain penerimaan total
TR sama dengan total biaya-biaya TC atau TR = TC. Jadi kondisi dimana pedagang memperoleh total penerimaan sama dengan total biaya-biayanya maka
pedagang mengalami titik impas atau break even point. Kondisi pedagang berada di bawah titik impas maka dapat dikatakan pedagang berada dalam kondisi
mengalami kerugian, karena total penerimaan TR yang diperoleh lebih kecil dari total biaya-biaya TC yang dikeluarkan, jika pedagang berada diatas titik impas
maka pedagang berada dalam kondisi memperoleh keuntungan karena total penerimaan TR yang diperoleh lebih besar dari total biaya-biaya TC yang
dikeluarkan. Kondisi dimana TR = TC, berarti pendap
atan total ∏ sama dengan nol, jika total biaya tetap jangka pendek dinotasikan sebagai SFC, total biaya
variabel jangka pendek dinotasikasikan sebagai SVC, total penerimaan dinotasikan sebagai TR, harga jual buah dinotasikan sebagai P dan biaya rata-
rata variabel dinotasikan sebagai AVC, maka kondisi titik impas BEP dalam satuan Rupiah dan unit dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :
�
����� ℎ
= �
1 − ��
�� BEP
Unit
= TFC
P – AVC
Pendapatan usaha ada dua yaitu pendapatan total dan pendapatan tunai. Pendapatan total merupakan selisih antara penerimaan total total revenue dengan
biaya total total cost. Pendapatan tunai dihitung dari selisih antara penerimaan total dengan biaya tunai. Analisis pendapatan usaha memerlukan dua keterangan
pokok, yaitu penerimaan usaha dan penerimaan tunai. Penerimaan usaha didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari
penjualan semua produk. Penerimaan usaha meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, nilai pengguna rumah dan yang dikonsumsi.
Ketentuan yang harus berlaku ialah tiap unit tempat, kerja dan modal harus digunakan sehingga memberikan tambahan sebesar-besarnya kepada pendapatan,
apapun ukuran yang dipakai untuk pendapatan tersebut. Penerimaan tunai usaha didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari
penjualan produk atau jasa usaha. Pengeluaran tunai usaha didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa untuk
menjalankan usaha. Penerimaan tunai usaha tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usaha, sedangkan pengeluaran tunai usaha tidak mencakup bunga
pinjaman dan jumlah pinjaman pokok. Jadi, penerimaan tunai dan pengeluaran tunai usaha tidak mencakup yang berbentuk benda.
Makin besar resiko, maka profit laba yang diperoleh harus semakin besar. Profit atau keuntungan adalah penerimaan total pedagang setelah dikurangi
total biaya-biayanya, jika total penerimaan dinotasikan sebagai TR, output dinotasikan sebagai q, total output dinotasikan sebagai Q, dan harga jual per
output dinotasikan sebagai P
q
, maka total penerimaan sama dengan total output dikalikan dengan harga jual per output, maka secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut :
Usaha dikatakan memperoleh profit kalau nilai profit positif Π 0
dimana TR TC. Total biaya-biayanya diperoleh dari total biaya tetap TFC ditambahkan dengan total biaya variabel TVC. Jika pendapatan atau profit
dinotasikan sebagai Π, total biaya-biayanya dinotasikan sebagai TC, dan total penerimaan dinotasikan sebagai TR, maka total penerimaan dikurangi dengan
total biaya-biayanya merupakan pendapatan atau profit yang diperoleh, maka secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Menurut Ibrahim 2009, implikasi dari pendekatan totalitas adalah pedagang menempuh strategi penjualan maksimum maximum selling. Sebab
makin besar penjualan makin besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, pedagang harus menghitung berapa unit output q yang
harus dijual untuk mencapai titik impas. Kemudian jumlah total ouput Q dibandingkan dengan potensi permintaan efektif, jika persentasenya 80 persen,
maka untuk mencapai break even point pedagang harus menjangkau 80 persen potensi permintaan efektif. Penjualan berjalan secara efektif jika penerimaan yang
diperoleh pedagang dapat menutupi semua biaya-biaya total yang dikeluarkan oleh pedagang, untuk melihat sejauh mana penerimaan dapat menutupi biaya-
biaya yang dikeluarkan dapat dilihat dari nilai imbangan antara revenue dengan cost nilai RC ratio atau perbandingan antara nilai penerimaan dan nilai biaya.
Menurut Soekartawi 2006, jika nilai RC ratio lebih besar dari satu nilai RC ratio 1, artinya penerimaan yang diperoleh akan lebih besar daripada tiap
unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan yang diinginkan atau total penerimaan yang diperoleh lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan R
TC. Sebaliknya, jika nilai RC ratio lebih kecil dari satu nilai RC ratio 1 artinya biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk mendapatkan pendapatan yang
diinginkan akan lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh atau total biaya TR = P
q
x Q
Π = P
q
x Q – TFC + TVC
Π = TR - TC
yang dikeluarkan lebih besar ketimbang total penerimaan yang diperoleh R TC. Nilai RC ratio sama dengan satu nilai RC ratio = 1, artinya pedagang
berada pada posisi normal profit atau dengan kata lain pedagang berada pada posisi tidak rugi tetapi tidak efisien dalam melakukan penjualan karena tidak
mendatangkan profit.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Salah satu pasar yang ada di Indonesia adalah pasar induk kramat jati. Pasar induk kramat jati merupakan pusat distribusi buah-buahan dan sayur mayur,
dimana kegiatan operasional pasar induk kramat jati lebih banyak memasarkan dua jenis komoditi hortikultura yaitu buah-buahan dan sayur mayur. Proses
penjualan buah-buahan dilakukan oleh pedagang pengecer, pedagang pengecer inilah yang pada akhirnya menjual langsung ke konsumen akhir.
Pengaruh mobilitas penduduk dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu daerah bisa secara positif atau negatif. Sisi positifnya, penduduk yang
memenuhi kebutuhan akan mempengaruhi permintaan suatu barang atau jasa. Pemenuhan faktor kebutuhan maka seseorang akan mencari daerah-daerah yang
berpeluang untuk membuka usaha-usaha produktif atau kesempatan kerja yang menjanjikan. Berusaha disektor pertanian merupakan suatu peluang alternatif
karena mempunyai prospek yang bisa dibilang menjanjikan buat dicoba. Salah satu usaha dibidang sektor pertanian adalah berbisnis hasil produk pertanian
seperti berjualan buah, karena seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarkat dalam hal mengkonsumsi makanan alami buah yang memiliki kandungan
vitamin maupun mineral yang berguna bagi kesehatan, maka akan meningkatkan permintaan akan buah-buahan.
Peningkatan konsumsi buah-buahan segar oleh masyarakat dengan demikian akan menambah permintaan akan buah-buahan baik buah nasional
maupun buah impor. Masuknya buah impor ke Indonesia jumlahnya masih dibawah produksi buah-buahan dalam negeri dan hampir mendekati jumlah
produksi buah-buahan dalam dalam negeri, berarti ada kecenderungan bahwa masyarakat lebih menyukai buah impor ketimbangan buah nasional, apalagi
didukung dengan adanya pasar bebas yang telah berlaku di Indonesia mendorong