BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan potensi hortikultura yang cukup besar terutama pada komoditi buah tropis. Hal ini
dibuktikan dengan terdapatnya keanekaragaman sumberdaya alam pertanian yang menghasilkan komoditi hortikultura yang beraneka ragam. Sehingga dengan
adanya keberagaman sumberdaya alam tersebut, menjadikan Indonesia salah satu penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa
yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan dari negara-negara penghasil buah tropis lainnya.
Prioritas pengembangan sektor pertanian komoditi hortikultura di titik beratkan pada komoditi unggulan yang mengacu pada pangsa pasar, keunggulan
kompetitif, nilai ekonomi, sebaran wilayah produksi dan kesesuain agroekosistem. Meskipun demikian komoditi binaan hortikultura berdasarkan KEPMENTAN No.
511 tahun 2006 sebanyak 323 komoditas terdiri dari buah-buahan 80 jenis, sayuran 60 jenis, tanaman biofarmaka 66 jenis dan tanaman hias 117 jenis tidak
luput dari perhatian untuk dikembangkan. Peningkatasn produksi hortikultura diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, bahan baku industri,
peningkatan ekspor dan substitusi impor. Dengan demikian peningkatan produksi, mutu dan daya saing produk merupakan kegiatan utama yang di barengi dengan
upaya pengembangan pasar dan promosi. Kegiatan pengembangan produksi telah memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi regional dan penyediaan
lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan petani dan pelaku usaha. Secara keseluruhan produksi hortikultura menunjukkan peningkatan sebesar 7,43 persen
sedangkan untuk pencapaian luas panen mengalami peningkatan sebesar 7,86 persen
1
. Berbagai program dan kegiatan pembangunan hortikultura dilakukan dan
difasilitasi kepada petani dan pelaku usaha di sentra dan kawasan agribisnis hortikultura. Hal ini telah memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan
produksi, peningkatan kualitas produk maupun dalam pengembangan usaha.
1
http:www.hortikultura.deptan.go.idindex2.php? [30 Agustus 2009]
Secara makro keberhasilan pembangunan agribisnis hortikultura ditandai dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas produksi, peningkatan areal tanam,
penyerapan tenaga kerja, ketersediaan produk, dan tingkat konsumsi akan komoditi hortikultura.
Peningkatan produksi dan mutu yang dilaksanakan seperti penerapan good agricultural practise atau standard operating procedure, penataan rantai pasokan
diharapkan ketersediaan buah-buahan nasional dapat dipertahankan dan diusahakan tersedia sepanjang tahun untuk memenuhi pangsa pasar domestik
maupun international. Produksi hortikultura khususnya buah-buahan nusantara pada tahun 2007 mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2006 Gambar
1.
Sumber : http:hortikultura.deptan.go.iddastat.htm dalam angka, 30 Agustus 2009
Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Buah di Indonesia dan Perkembangan Volume Impor Buah di Indonesia dari Tahun 2003-2007
Berdasarkan Gambar 1, total produksi buah-buahan di Indonesia dari tahun 2003
– 2007 setiap tahunnya mengalami kenaikan. Produksi buah Indonesia pada tahun 2007 sebesar 13.773.192 Ton atau naik sekitar 7,64 persen bila
dibandingkan dengan produksi tahun 2006 sebesar 12.795.113 Ton. Jumlah peningkatan produksi terbesar terjadi pada tahun 2005-2006 sebesar 8,04 persen.
Peningkatan konsumsi masyarakat akan buah-buahan segar akan meningkatkan permintaan buah segar baik buah nasional maupun buah impor. Peningkatan
permintaan buah segar impor dapat dilihat dari besarnya volume impor komoditas buah-buahan di Indonesia di mulai dari tahun 2003
– 2007 dimana setiap tahun terjadi peningkatan.
Berdasarkan Gambar 1, besarnya volume impor komoditas buah-buahan di Indonesia pada tahun 2006 sebesar 427.484,33 Ton bila dibandingkan dengan
tahun 2005 sebesar 413.410,64 Ton, maka pada tahun 2006 terjadi peningkatan sebesar 3,40 persen. Tahun 2007 volume impor komoditas buah-buahan di
Indoensia sebesar 502.156,14 Ton, hal ini mengalami peningkatan sebesar 17,47 persen bila dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 427.484,33 Ton.
Kecenderungan masyarakat dalam mengkonsumsi buah masih rendah. Terutama mengkonsumsi buah nasional, pada tahun 2007 konsumsi buah nasional
sebesar 30,25 KgTahunKapita Gambar 2.
Sumber : http:hortikultura.deptan.go.iddastatekim.htm dalam angka, 30 Agustus 2009
Gambar 2. Grafik Peningkatan Konsumsi Buah-buahan Oleh Masyarakat di Indonesia Tahun 2003-2007
Berdasarkan Gambar 2, penurunan dratis konsumsi masyarakat akan buah-buahan antara tahun 2003
– 2007 terjadi pada tahun 2005 sebesar 22,47 KgTahunKapita atau minus 12,53 persen bila dibandingkan pada tahun 2004
sebesar 25,69 KgTahunKapita. Peningkatan konsumsi buah-buahan tertinggi
terjadi pada tahun 2007 sebesar 30,25 KgTahunKapita atau sebesar 36,38 persen bila dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 22,18 KgTahunKapita.
Perkiraan permintaan buah-buahan di Indonesia sampai 2015 masih akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan laju jumlah penduduk Indonesia
yang terus bertambah Tabel 1. Tabel 1. Perkiraan Konsumsi Buah-buahan di Indonesia Sampai Tahun 2015
No Tahun Populasi Penduduk
Juta Konsumsi
KgTahunKapita Total Konsumsi
ribu Ton
1 2010
240 57,92
13.900 2
2015 254
78,74 20.000
Sumber : PKBT IPB 2002
Perkiraan konsumsi buah sampai tahun 2015 dimana konsumsi buah diperkiraan pada tahun 2010 sebesar 57,92 KgTahunKapita dan pada tahun 2015
sebesar 78,74 KgTahunKapita akan terus mengalami peningkatan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika 2002.
Peningkatan mengkonsumsi buah segar oleh masyarakat merupakan prospek pada tahun-tahun selanjutnya sehingga merupakan pangsa pasar usaha
yang potensial dibidang pertanian khususnya usaha buah. Faktor kesadaran masyarakat, faktor lain yaitu pengetahuan yang berkembang dimasyarakat bahwa
mengkonsumsi buah-buahan segar sangat bermanfaat bagi tubuh. Buah-buahan merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral, yang tidak dapat dihasilkan
oleh tubuh, dan juga sebagai sumber serat dietary fiber yang berperan sama pentingnya seperti karbohidrat dan protein yang memberikan energi, dengan kata
lain buah-buahan termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber utama vitamin dan mineral yang berperan sebagai zat pembangun dan pengatur
dalam tubuh. Peningkatan konsumsi buah-buahan diharapkan memotivasi lembaga-lembaga pemasaran khususnya pedagang buah yang terlibat dalam
penyediaan dan distribusi buah untuk mengembangkan usahanya. Jumlah usaha yang bergerak dibidang pertanian mulai dari hulu sampai
hilir masih dalam bentuk usaha kecil menengah UKM, sehingga untuk mempertahankan atau meningkatkan produksi diperlukan bantuan dan kerjasama
dari berbagai pihak. Pengusaha tani sendiri tidak akan mampu melakukan hal ini, mereka membutuhkan kerja sama dengan produsen yang bergerak pada bidang
penyediaan input-input pertanian untuk kelancaran di hulu dan untuk kelancaran di hilir diperlukan bantuan supplier atau pemasok hasil produk hortikultura untuk
melakukan pemasaran dan penjualan produk akhir hortikultura ke konsumen. Menurut Kementerian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia
Tahun 2008, bahwa eksistensi usaha kecil dan menengah UKM ditinjau dari jumlah usaha dan penyerapan tenaga kerja yang begitu besar, peran UKM relatif
sangat rendah dibandingkan dengan usaha besar. Usaha besar tetap menguasai sebagian besar sumberdaya nasional walaupun jumlah usaha besar sangat kecil.
Jumlah usaha kecil dan menengah yang bergerak di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mencapai 26.209.346 unit, yang bergerak di sektor
perdagangan, hotel dan restoran mencapai 13.304.939 unit dan yang bergerak di industri pengolahan mencapai 3.217.506 unit
2
. Usaha dibidang pertanian untuk saat ini mayoritas banyak terkumpul
dipasar-pasar tradisional, dimana pasar-pasar merupakan salah satu tempat atau wadah bagi UKM dalam menjalankan aktivitas usahanya khususnya di sektor
perdagangan. Karena pasar merupakan tempat pertemuan pembeli dan penjual dalam melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kementerian
Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, melakukan upaya pengembangan pasar-pasar yang ada di Indonesia melalui program pemberdayaan pasar
tradisional. Bantuan perkuatan yang telah direalisasikan dibeberapa pasar di Indonesia melalui kerjasama Pemerintah daerah KabupatenKota serta pengelola-
pengelola pasar, agar pada nantinya diharapkan pasar-pasar tradisional dapat tertata dengan rapi sehingga konsumen tidak akan sungkan untuk berbelanja
dipasar-pasar tradisional serta diharapkan pasar tradisional dapat bersaing dengan pasar modern yang belakangan ini perkembangannya relatif lebih pesat.
Salah satu pasar yang ada di Indonesia adalah pasar induk kramat jati. Pasar induk kramat jati merupakan pusat distribusi yang menampung hasil
produksi petani khususnya sayur mayur dan buah-buahan dalam jumlah besar yang dibeli oleh para pedagang tingkat grosir. Komoditi pertanian tersebut
kemudian dilelang atau dijual kepada para pedagang tingkat eceran untuk selanjutnya diperdagangkan di pasar-pasar eceran yang tersebar di berbagai
2
http:www.mediacenterkopukm.com [5 Oktober 2009]
tempat mendekati lokasi para konsumen. Pasar induk menempati area yang besar yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti pergudagang, tempat
pelelangan, pusat informasi pasar, perkantoran, bongkar muat dan parkir yang lapang. Pasar induk kramat jati merupakan pasar perdagangan besar sayur mayur
dan buah-buahan khususnya daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi serta nasional pada umumnya.
1.2 Perumusan Masalah