Penelitian Terdahulu Analisis pendapatan pedagang buah di PD Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur

mencapai target atau tidak sesuai dengan volume yang dilaporkan pada saat pemesanan tempat. 2. Menyanggupi pembayaran administrasi penggunaan lapak sebesar Rp 75,-Kg untuk komoditas yang dijual. Biaya administrasi merupakan pembayaran rutin setelah beroperasi, yaitu :  Untuk barang masuk  Biaya Administrasi sebesar Rp 75,-Kg. Terdiri dari biaya administrasi pengelola termasuk sewa los dan biaya prasarana sebesar Rp 65,-Kg, biaya buruh biaya bongkar sebesar Rp 10,-Kg.  Biaya jasa timer bongkar untuk mengatur ketertiban jalur kendaraan bongkar.  Biaya parkir.  Untuk barang keluar :  Biaya jasa muat barang belanjaan  Biaya timer kendaraan muat untuk mengatur ketertiban jalur kendaraan muat. Berfungsinya Pasar Induk dan Pasar Penunjang maka petani akan sangat terbantu dalam memasarkan dan meningkatkan produksinya serta mandapatkan pendapatan yang wajar. Konsumen juga akan menikmati produk pertanian yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Para pedagang dan pengusaha akan lebih bergairah karena mendapatkan tempat yang layak dan sehat untuk berusaha. Pemerintah dapat mengendalikan harga dengan mudah karena pasar di dalam negeri menjadi lebih terintegrasi dan margin distribusi menjadi lebih rendah.

2.4 Penelitian Terdahulu

Despriza 2003, dengan judul penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan penyediaan dan pendapatan pengecer buah, kasus di kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan pola penyediaan buah nasional dan impor di pedagang pengecer buah. Mengetahui faktor yang menentukan keputusan pedagang pengecer dalam menjual buah tertentu dan mengetahui faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang. Tujuan pertama dilakukan dengan cara mendeskripsikan pedagang pengecer, lalu dilanjutkan dengan matriks perbandingan berpasangan. Tujuan kedua diperoleh dengan menggunakan analisis faktor dan tujuan ketiga diperoleh dengan melakukan analisis regresi. Pedagang pengecer kios buah didominasi oleh pedagang yang berusia 26- 35 tahun yaitu sebesar 44 persen. Pedagang yang sedikit jumlahnya yang berusia 36-45 tahun dan 46-55 tahun, masing-masing sebesar 13 persen. Pedagang buah ini seperti halnya pedagang buah kelompok pertama lebih banyak yang berpendidikan SMP yaitu sebesar 43 persen. Rata-rata omset penjualan per hari adalah Rp 91.000,-. Sebanyak 43 persen pedagang mendominasi omset penjualan per hari sebesar Rp 500.000 – Rp 700.000,-. Pedagang ini umumnya melakukan pembelian buah untuk dijual 2 sampai 3 kali dalam seminggu. Umumnya pedagang buah di Kota Bogor menjual buah sebanyak 8 sampai 12 jenis buah. Beberapa pedagang buah yang hanya menjual 6 jenis buah, namun ada juga pedagang yang menjual buah 14 jenis buah. Hasil analisis faktor yang dilakukan, terbentuk tiga faktor utama komponen utama. Komponen itu adalah komponen utama pertama, yaitu ketahanan buah terhadap kerusakan terdiri dari variabel susut X 9 , bentuk X 12 dan ketahanan fisik X 1 . Bila dilihat dari nilai communility nya adalah susut sebesar 82,8 persen, bentuk sebesar 72,3 persen dan ketahanan fisik sebesar 51,3 persen. Komponen utama kedua adalah daya tarik buah oleh konsumen terdiri dari warna X 11 , cepat dibeli X 6 , dan lama simpan X 3 . Variabel warna mempunyai nilai communility sebesar 63,3 persen, yang artinya sebesar 63,3 persen dari variabel ini bisa dijelaskan oleh variabel yang terbentuk. Variabel cepat dibeli memiliki nilai communility sebesar 46,8 persen. Hal ini berarti sekitar 46,8 persen dari variabel cepat dibeli bisa dijelaskan oleh tiga komponen utama yang terbentuk. Komponen utama ketiga adalah biaya dan penerimaan adalah marjin penjualan X 2 dan jarak pembelian X 5 . Variabel marjin penjualan memiliki nilai communility yang cukup tinggi yaitu sebesar 78,9 persen. Hal ini berarti variabel marjin penjualan bisa menjelaskan tiga komponen yang terbentuk sebesar 78,9 persen. Variabel jarak pembelian memiliki nilai communility sebesar 78,2 persen. Nilai ini berarti variabel jarak pembelian bisa menjelaskan tiga komponen yang terbentuk sebesar 78,2 persen. Hasil pendugaan terhadap pendapatan diperoleh koefisien determinasi R 2 sebesar 71,9 persen yang artinya 71,9 persen keragaman dalam pendapatan dapat dijelaskan oleh peubah-peubah bebasnya dalam model. Variabel omset penjualan, jumlah jenis buah dan proporsi penjualan buah impor merupakan variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Proporsi omset tiga buah yang cepat laku dan proporsi omset tiga buah yang ketahanan fisiknya baik merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Zuhriski 2008, dengan judul penelitian analisis pendapatan pedagang sayur keliling di kelurahan tegallega Kota Bogor. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut; 1 Berapa tingkat pendapatan usaha pedagang sayur keliling, 2 Apakah usaha pedagang sayur keliling menguntungkan. Penelitian ini dilakukan secara sengaja purposive di Kelurahan Tegallega Kota Bogor. Zuhriski dalam penelitiannya membagi penjualan sayur kedalam empat wilayah. Data dan informasi dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Alat analisis yang digunakan ∏ = TR-TC dan RC ratio. Analisis total penjualan yang diperoleh terlihat bahwa wilayah sangat mempengaruhi para pedagang sayur keliling dalam menjajakan sayurannya. Wilayah tiga merupakan wilayah yang memiliki nilai penjualan tertinggi bila dibandingkan dengan tiga wilayah lainnya. Rata-rata pedagang sayur keliling diwilayah tiga memperoleh total penjualan dalam satu minggu sebesar Rp 620.716,67 total penjualan terendah berada pada wilayah empat. Penyebabnya karena wilayah ini tidak memiliki kepadatan penduduk seperti di wilayah tiga. Rata-rata pedagang sayur keliling di wilayah empat dalam satu minggu memperoleh total penjualan sebesar Rp 464.083,33. Berdasarkan pendapatan tunai yang diperoleh pedagang sayur di masing- masing wilayah terlihat bahwa pedagang sayur keliling di wilayah memperoleh pendapatan tunai sebesar Rp 83.066,67 dengan pendapatan total sebesar Rp 41.469,85. Pendapatan tunai terendah terdapat pada wilayah empat dengan nilai sebesar Rp 58.100,00 dan pendapatan total sebesar Rp 20.283,07. Pendapatan tunai dipengaruhi oleh biaya-biaya yang diperhitungkan yang dikeluarkan oleh masing-masing pedagang di masing-masing wilayah berbeda. Hasil analisis pendapatan pedagang sayur keliling yang diperoleh menunjukkan bahwa usaha pedagang sayur keliling dimasing-masing wilayah menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai RC ratio di tiap-tiap wilayah. Pedagang sayur keliling di wilayah tiga memiliki nilai RC ratio sebesar 1,072. Sedangkan nilai RC ratio terendah terdapat pada wilayah empat yakni sebesar 1,046. Dari kedua nilai RC ratio dapat diketahui bahwa usaha pedagang sayur keliling menguntungkan karena nilai RC ratio lebih besar dari satu. Perbedaan RC ratio antar wilayah tidak terlalu besar, hal ini di sebabkan karena biaya tenaga kerja dimasukkan kedalam analisis. BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teori 3.1.1 Tataniaga Pertanian