71 lambat dan memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
ekonomi yang terjadi. Hal ini didukung oleh berpengaruhnya variabel total impor tembakau pada tahun sebelumnya.
Variabel harga riil tembakau impor Indonesia berpengaruh negatif dengan koefisien 0.27. Adapun artinya adalah apabila terjadi perubahan harga riil
tembakau impor Indonesia, cateris paribus, sebesar Rp 1 000 per ton maka akan terjadi perubahan total impor tembakau sebesar 0.27 ton berlawanan arah dengan
laju perubahan harga riil tembakau impor Indonesia. Ditinjau dari elastisitas, harga riil tembakau impor Indonesia berpengaruh secara inelastis baik dalam
jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini menunjukkan bahwa total impor tembakau relatif lambat dan memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan ekonomi yang terjadi. Hal ini didukung oleh berpengaruhnya variabel total impor tembakau pada tahun sebelumnya.
6.1.7. Penawaran Tembakau
Persamaan penawaran tembakau pada penelitian ini merupakan persamaan identitas yang terdiri dari variabel produksi tembakau domestik, variabel total
ekspor tembakau dan variabel total impor tembakau. Penawaran tembakau didapatkan dari produksi tembakau domestik dikurang total ekspor tembakau
ditambah totalimpor tembakau. Secara matematis persamaan penawaran tembakau dapat dirumuskan sebagai berikut:
ST
t
= PTD
t
– TET
t
+ TMT
t
dimana: ST
t
= penawaran tembakau pada tahun ke t ton PTD
t
= produksi tembakau domestik pada tahun ke t ton
72 TET
t
= total ekspor tembakau pada tahun ke t ton TMT
t
= total impor tembakau pada tahun ke t ton Dapat disimpulkan apabila terjadi peningkatan produksi tembakau domestik,
cateris paribus , maka penawaran tembakau akan ikut meningkat dan sebaliknya.
Hal tersebut juga berlaku pada peningkatan total impor tembakau. Total ekspor tembakau berpengaruh secara negatif atau apabila terjadi peningkatan total ekspor
tembakau, cateris paribus, maka penawaran tembakau justru menurun dan sebaliknya.
6.1.8. Permintaan Tembakau oleh Industri Rokok Kretek
Hasil estimasi persamaan permintaan tembakau oleh industri rokok kretek dengan bantuan software SAS 9.0 for Windows secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran 6. Adapun secara ringkas dapat dilihat pada tabel 11 berikut:
Tabel 11. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tembakau oleh Industri Rokok Kretek
Variabel Parameter
Estimasi Pr |t|
Elastisitas Keterangan
SR LR
Intercept 20 321.6800
0.2792 Intercept
HTDK -0.5269
0.2305 -0.1323
-0.4712 harga riil tembakau di tingkat konsumen 000 Rpton
HRK 75.5479
0.2611 0.1183
0.4210 harga riil rokok kretek di tingkat produsen Rpbatang
HC -0.2442
0.0571 -0.0580
-0.2064 harga riil cengkeh 000 Rpton T
1 907.8580 0.0746
0.1869 0.6656 tingkat teknologi
LDTORK 0.7191
0.0037 lag permintaan permintaan
tembakau oleh industri rokok kretek ton
R-Square 0.8845 Pr F
.0001 Dh tidak terdefinisi
Sumber: Data, diolah 2013 Koefisien determinasi R
2
yang didapat dari persamaan permintaan tembakau oleh industri rokok kretek adalah sebesar 0.88. Adapun artinya adalah variabel-
variabel di dalam persamaan permintaan tembakau oleh industri rokok kretek secara bersama-sama mampu menjelaskan keragaman permintaan tembakau oleh
73 industri rokok kretek sebesar 88 persen, sisanya dijelaskan oleh variabel lain di
luar persamaan. Berdasarkan tabel 11, variabel yang berpengaruh nyata pada taraf α 15
persen adalah variabel harga riil cengkeh, tingkat teknologi dan permintaan tembakau oleh industri rokok kretek pada tahun sebelumnya. Variabel yang tidak
berpengaruh secara nyata adalah harga riil tembakau di tingkat konsumen dan harga riil rokok kretek di tingkat produsen. Hal ini disebabkan karena dengan
tingkat biaya yang dikeluarkan sebuah perusahaan rokok kretek untuk membeli tembakau selama kurun waktu penelitian, perusahaan rokok kretek tersebut masih
mendapatkan keuntungan. Hal ini disebabkan konsumsi rokok kretek yang selalu mendekati penawaran rokok kretek sehingga perusahaan rokok kretek selalu
untung karena hampir seluruh produknya diserap pasar Tjahjapriadi dan Indarto, 2003.
Variabel harga riil cengkeh berpengaruh secara negatif dengan koefisien sebesar 0.24. Adapun artinya adalah apabila terjadi perubahan harga riil cengkeh
sebesar Rp 1 000 per ton, cateris paribus, maka akan terjadi perubahan permintaan tembakau oleh industri rokok kretek sebesar 0.24 ton berlawanan arah
dengan laju perubahan harga riil cengkeh. Ditinjau dari elastisitasnya, variabel harga riil cengkeh berpengaruh secara inelastis baik dalam jangka panjang
maupun jangka pendek. Hal ini membuktikan bahwa permintaan tembakau oleh industri rokok kretek relatif lambat dalam merespon perubahan ekonomi yang
terjadi sesuai dengan berpengaruhnya variabel permintaan tembakau oleh industri rokok kretek pada tahun sebelumnya.
74
6.1.9. Permintaan Tembakau Total