Luas Lahan Perkebunan Tembakau Total Produksi Tembakau Domestik

66 dari elastisitas, harga riil tembakau di tingkat petani berpengaruh secara inelastis dalam jangka pendek. Variabel harga riil gabah di tingkat petani berpengaruh secara negatif dengan koefisien sebesar 91.6. Hal ini berarti bahwa apabila terjadi perubahan harga riil gabah sebesar Rp 1 000 per ton, maka akan menyebabkan perubahan luas lahan perkebunan tembakau selain virginia sebesar 91.6 Ha berlawanan arah dengan arah perubahan harga riil gabah di tingkat petani, cateris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa petani akan menanam tanaman yang memberikan harga jual lebih baik di lahan yang dimilikinya. Ditinjau dari elastisitas, variabel harga riil gabah di tingkatpetani berpengaruh secara inelastis pada jangka pendek. Hal ini disebabkan karena harga tembakau di tingkat petani relatif lebih mahal dari harga gabah di tingkat petani selama kurun waktu penelitian BPS, 2012.

6.1.3. Luas Lahan Perkebunan Tembakau Total

Persamaan luas lahan perkebunan tembakau total merupakan persamaan penjmlahan dari luas lahan perkebunan tembakau virginia dan luas lahan perkebunan tembakau selain virginia. Secara matematis dapat di rumuskan sebagai berikut: LKTT t = LKTV t + LKTSV t dimana: LKTT t = luas lahan perkebunan tembakau total pada tahun ke t Ha LKTV t = luas lahan perkebunan tembakau virginia pada tahun ke t Ha LKTSV t = luas lahan perkebunan tembakau selain virginia pada tahun Ke t Ha 67 Dari persamaan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa luas lahan perkebunan tembakau total akan berubah searah perubahan luas lahan perkebunan tembakau virginia maupun perubahan luas lahan perkebunan tembakau selain virginia.

6.1.4. Produksi Tembakau Domestik

Hasil estimasi persamaan produksi tembakau domestik dengan bantuan software SAS 9.0 for Windows secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 6. Koefisien determinasi R 2 yang di dapatkan adalah sebesar 0.85. Adapun artinya adalah bahwa keragaman produksi tembakau domestik dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang terdapat di dalam persamaan produksi tembakau domestik sebesar 85 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan. Secara ringkas hasil estimasi persamaan produksi tembakau domestik dapat dilihat pada tabel 8 berikut: Tabel 8. Hasil Estimasi Persamaan Produksi Tembakau Domestik Variabel Parameter Estimasi Pr |t| Elastisitas Keterangan SR LR Intercept -61 022.2000 0.0130 Intercept LKTT 0.8960 .0001 1.1899 - luas lahan perkebunan tembakau total Ha CH 5.5170 0.2439 0.0815 - curah hujan mmtahun T 1 688.8510 0.0038 0.1179 - tingkat teknologi R-Square 0.8505 Pr F .0001 DW 1.9954 Sumber: Data, diolah 2013 Berdasarkan tabel 8 di atas, variabel yang berpengaruh secara nyata pada taraf α 15 persen adalah variabel luas lahan perkebunan tembakau total dan tingkat teknologi. Variabel yang tidak berpengaruh secara nyata pada taraf α 15 persen adalah variabel curah hujan. Variabel curah hujan tidak berpengaruh secara nyata karena selama kurun waktu penelitian terjadi inovasi teknologi penanaman tembakau yang mengurangi ketergantungan produksi tembakau terhadap curah hujan. Hal ini di tunjukkan oleh berpengaruh nyatanya variabel tingkat teknologi. 68 Variabel luas lahan perkebunan tembakau total berpengaruh secara positif dengan koefisien sebesar 0.896. Adapun artinya adalah apabila terjadi perubahan luas lahan perkebunan tembakau total sebesar satu Ha, maka produksi tembakau domestik akan berubah sebesar 0.896 ton searah dengan perubahan luas lahan perkebunan tembakau total. Ditinjau dari elastisitas, luas lahan perkebunan tembakau total berpengaruh secara elastis dalam jangka pendek. Hal ini mengindikasikan ketergantungan yang besar produksi tembakau domestik terhadap luas lahan perkebunan tembakau total. Lebih jelasnya lahan perkebunan tembakau di Indonesia memiliki tingkat produktivitas yang tinggi untuk menghasilkan daun tembakau.

6.1.5. Total Ekspor Tembakau