74
6.1.9. Permintaan Tembakau Total
Pada penelitian ini, persamaan permintaan tembakau total merupakan persamaan identitas yang terdiri dari variabel permintaan tembakau oleh industri
rokok kretek dan permintaan tembakau oleh perusahaan lain. Permintaan tembakau total merupakan penjumlahan dari permintaan tembakau oleh industri
rokok kretek dan permintaan tembakau oleh industri lain. Secara matematis, persamaan tembakau total dapat dirumuskan sebagai berikut:
DTT
t
= DTORK
t
+ DTOPL
t
dimana: DTT
t
= permintaan tembakau total pada tahun ke t ton DTORK
t
= permintaan tembakau oleh industri rokok kretek pada tahun ke t ton
DTOPL
t
= permintaan tembakau oleh industri lain pada tahun ke t ton
Berdasarkan persamaan tersebut dapat kita simpulkan bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan tembakau oleh industri rokok kretek, cateris paribus,
maka permintaan tembakau total akan mengalami peningkatan dan berlaku pula sebaliknya apabila terjadi penurunan permintaan tembakau oleh industri rokok
kretek, cateris paribus, maka akan terjadi penurunan permintaan tembakau total.
6.1.10. Harga Riil Tembakau di Tingkat Petani
Hasil estimasi persamaan harga riil tembakau di tingkat petani dengan bantuan software SAS 9.0 for Windows secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran 6. Koefisien determinasi R
2
yang didapat dari persamaan harga riil tembakau di tingkat petani adalah sebesar 0.97. Adapun artinya adalah bahwa
75 variabel-variabel pada persamaan harga riil tembakau di tingkat petani secara
bersama-sama mempengaruhi keragaman harga riil tembakau di tingkat petani sebesar 97 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar
persamaan harga riil tembakau di tingkat petani. Secara ringkas hasil estimasi persamaan harga riil tembakau di tingkat petani dapat dilihat pada tabel 12
berikut:
Tabel 12. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Tembakau di Tingkat Petani
Variabel Parameter
Estimasi Pr |t|
Elastisitas Keterangan
SR LR
Intercept -7 746.4200
0.0035 Intercept
LPTD -0.0213
0.1956 -0.3166
-0.6364 lag produksi tembakau domestik ton
LDTT 0.0224
0.1636 0.3277
0.6588 lag permintaan tembakau total ton
HTDK 0.4754
0.0001 1.2660
2.5449 harga riil tembakau di tingkat konsumen 000 Rpton
LHTDP 0.5025
0.0003 lag harga riil tembakau di tingkat
petani 000 Rpton R-Square
0.9764 Pr F .0001 Dh
2.2335
Sumber: Data, diolah 2013 Berdasarkan tabel 12 di atas, dapat diketahui bahwa variabel yang
berpengaruh secara nyata pada taraf α 15 persen adalah variabel harga riil tembakau di tingkat konsumen dan variabel harga riil tembakau di tingkat petani
pada tahun sebelumnya. Variabel yang tidak berpengaruh secara nyata pada taraf α 15 persen adalah variabel produksi tembakau domestik pada tahun sebelumnya
dan permintaan tembakau total pada tahun sebelumnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Kosen 2012, bahwa penentuan harga riil tembakau di tingkat petani
dilakukan oleh grader sehingga petani tidak memiliki daya tawar untuk menentukan harga jual tembakaunya. Selain itu, salah satu asumsi yang merusak
asumsi pasar persaingan sempurna adalah campur tangan pemerintah Perloff, 2008. Campur tangan pemerintah dalam penentuan tarif cukai rokok secara tidak
langsung mempengaruhi komoditas tembakau sehingga permintaan dan
76 penawaran tembakau tidak berpengaruh terhadap harga riil tembakau di tingkat
petani seperti pada asumsi pasar persaingan sempurna. Variabel harga riil tembakau di tingkat konsumen berpengaruh secara
positif dengan koefisien 0.48. Adapun artinya adalah bahwa apabila terjadi perubahan harga riil tembakau di tingkat konsumen sebesar Rp 1 000 per ton,
cateris paribus , maka akan terjadi perubahan harga riil tembakau di tingkat petani
sebesar Rp 480 per ton searah dengan laju perubahan harga riil tembakau di tingkat konsumen. Hal ini disebabkan karena dalam penentuan grade dan harga
masing-masing grade, seorang grader yang rasional akan mempertimbangkan harga jual tembakau tersebut. Ditinjau dari elastisitas, variabel harga riil tembakau
di tingkat konsumen berpengaruh secara elastis dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
6.1.11. Harga Riil Tembakau di Tingkat Konsumen