Pengaruh kenaikan tarif cukai rokok kretek terhadap harga, penawaran dan permintaan komoditas rokok kretek dan komoditas tembakau serta kesejahteraan masyarakat

(1)

PENGARUH KENAIKAN TARIF CUKAI ROKOK KRETEK

TERHADAP HARGA, PENAWARAN DAN PERMINTAAN

KOMODITAS ROKOK KRETEK DAN KOMODITAS

TEMBAKAU SERTA KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT

AI SURYA BUANA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek terhadap Harga, Penawaran dan Permintaan Komoditas Rokok Kretek dan Komoditas Tembakau serta Kesejahteraan Masyarakat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

Ai Surya Buana H44080083


(3)

RINGKASAN

Ai Surya Buana. Pengaruh Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek terhadap Permintaan, Penawaran dan Harga Komoditas Rokok Kretek dan Komoditas Tembakau serta Kesejahteraan Masyarakat (dibimbing oleh Aceng Hidayat dan

Nia Kurniawati Hidayat).

Industri rokok merupakan industri terbesar penyerap tembakau di Indonesia. Industri rokok dan sektor tembakau memberikan keuntungan ekonomi yang sangat besar. Keuntungan ekonomi tersebut adalah berupa penyediaan lapangan pekerjaan.

Meskipun industri rokok dan sektor tembakau memberikan keuntungan ekonomi yang besar, rokok juga mempunyai dampak negatif. Dampak negatif tersebut merupakan efek negatif dari mengkonsumsi rokok. Konsumsi rokok dapat meningkatkan resiko kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin.

Pemerintah berusaha mengendalikan dampak negatif dari konsumsi rokok. Salah satu upaya pemerintah dalam pengendalian dampak negatif dari konsumsi rokok ini adalah dengan penetapan tarif cukai rokok. Setiap tahun, pemerintah meningkatkan tarif cukai rokok ini. Kenaikan tarif cukai rokok tiap tahun ini menyebabkan dampak negatif tersendiri.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, permintaan dan harga dari komoditas rokok kretek dan tembakau. Faktor-faktor tersebut digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh kenaikan tarif cukai rokok kretek terhadap penawaran, permintaan dan harga dari komoditas rokok kretek dan tembakau. Hasil identifikasi tersebut diperlukan untuk menganalisa dampak kenaikan tarif cukai rokok kretek terhadap kesejahteraan konsumen rokok kretek, kesejahteraan petani tembakau, keuntungan perusahaan rokok kretek dan pendapatan pemerintah.

Penelitian ini menggunakan model persamaan simultan dengan metode two-stage least squares (2-SLS). Adapun model persamaan simultan yang digunakan dibagi menjadi dua blok yaitu Blok Tembakau dan Blok Rokok Kretek. Hasil estimasi dari model yang diperoleh selanjutnya di uji dengan metode uji statistik yang berupa Uji statistik-F, Uji statistik-t dan Uji statistik Durbin-Watson. Setelah model dinyatakan valid, selanjutnya dilakukan simulasi kebijakan dengan menggunakan bantuan software SAS 9.0 for Windows.

Permintaan rokok kretek dipengaruhi oleh harga riil rokok kretek di tingkat konsumen, jumlah penduduk dewasa dan pendapatan per kapita masyarakat. Penawaran rokok kretek dipengaruhi oleh harga riil cengkeh, harga riil rokok kretek di tingkat produsen dan harga riil ekspor rokok kretek. Harga rokok kretek di itngkat produsen dipengaruhi oleh penawaran rokok kretek. Harga rokok kretek di tingkat konsumen dipengaruhi oleh penawaran tembakau dan tarif cukai rokok kretek.

Permintaan tembakau dipengaruhi oleh harga riil cengkeh dan permintaan tembakau oleh industri selain rokok kretek. Penawaran tembakau dipengaruhi oleh luas lahan perkebunan tembakau, harga riil tembakau di tingkat konsumen dan harga riil tembakau impor Indonesia. Harga tembakau di tingkat produsen


(4)

ii dipengaruhi oleh harga riil tembakau di tingkat konsumen Harga tembakau di tingkat konsumen dipengaruhi oleh permintaan tembakau total pada tahun sebelumnya.

Kenaikan tarif cukai rokok kretek berpengaruh terhadap permintaan, penawaran dan harga rokok kretek. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa kenaikan tarif cukai rokok kretek akan berpengaruh secara positif terhadap harga riil rokok kretek di tingkat konsumen. Penawaran rokok kretek, permintaan rokok kretek dan harga riil rokok kretek di tingkat produsen dipengaruhi secara negatif.

Tarif cukai rokok kretek berpengaruh terhadap permintaan, penawaran dan harga tembakau. Permintaan tembakau, penawaran tembakau dan harga tembakau baik di tingkat petani maupun konsumen dipengaruhi secara negatif oleh peningkatan tarif cukai rokok kretek.

Perubahan yang disebabkan oleh perubahan tarif cukai rokok berdampak pada berubahnya kesejahteraan petani tembakau, konsumen tembakau, produsen rokok, konsumen rokok, pendapatan pemerintah dan keuntungan ekonomi total. Kenaikan tarif cukai rokok kretek akan menyebabkan meningkatnya pendapatan pemerintah. Kesejahteraan petani tembakau, kesejahteraan konsumen tembakau, kesejahteraan produsen rokok kretek,kesejahteraan konsumen rokok kretek dan keuntungan ekonomi total mengalami penurunan apabila terjadi kenaikan tarif cukai rokok kretek.

pemerintah seharusnya tetap menaikkan tarif cukai rokok kretek sebesar 10 persen karena terbukti mampu mengurangi permintaan rokok kretek. Berkurangnya permintaan rokok kretek merepresentasikan pengurangan konsumsi rokok kretek. Berkurangnya konsumsi rokok kretek dapat meminimalisir kerugian dari konsumsi rokok kretek namun pemerintah harus melakukan suatu kebijakan untuk mengurangi dampak penurunan kesejahteraan dan keuntungan ekonomi total yang terjadi sebagai dampak kenaikan tarif cukai rokok kretek.


(5)

PENGARUH KENAIKAN TARIF CUKAI ROKOK KRETEK

TERHADAP HARGA, PENAWARAN DAN PERMINTAAN

KOMODITAS ROKOK KRETEK DAN KOMODITAS

TEMBAKAU SERTA KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT

AI SURYA BUANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

Judul Skripsi : Pengaruh Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek terhadap Harga, Penawaran dan Permintaan Komoditas Rokok Kretek dan Komoditas Tembakau serta Kesejahteraan Masyarakat

Nama Mahasiswa : Ai Surya Buana Nomor Registrasi Pokok : H44080083

Disetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT) (Nia Kurniawati Hidayat, SP MSi) NIP. 19660717 199203 1003

Diketahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1003


(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan karya ini tentunya tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Almarhum ayah saya Bapak Sukirno, Ibu saya Kelasworo, Kakak-kakak saya Ai Chandra Wulandari, Ai Dewi Punamasari, Ai Alam Winoto dan Ai Adi Buana serta keluarga besar saya yang telah memberikan dukungan moral dan materi kepada penulis.

2. Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku dosen pembimbing I penulisan skripsi telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam proses penyusunan skripsi. 3. Nia Kurniawati Hidayat, SP, MSi selaku dosen pembimbing II penulisan skripsi

yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam proses penyusunan skripsi.

4. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A. sebagai dosen penguji utama ujian akhir skripsi yang bersedia memberikan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan yang berguna.

5. Novindra, SP, MSi sebagai dosen perwakilan komisi pendidikan yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan saran dan masukan yang membangun. 6. Dosen dan Staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan yang telah

memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.

7. Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Keuangan dan World Trade Tobacco atas kerjasamanya dalam penyediaan data yang dibutuhkan oleh penulis.

8. Teman-teman satu kosan saya di Wisma Rizky, Musyawir, Wisnu, Aziz, Cesar, Danang, Dio, Febriangga dan Esa yang telah memberikan dukungan dan memberikan suasana yang kondusif untuk penyusunan skripsi.


(8)

ix 9. Sahabat-sahabat saya, As Ad, Kiki, Dewi, Nanda, Mirza, Stevan, Shinta, Obin, Reza, Jabar, Agung, Moris, Daus, Mahmudin dan lainnya yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan laporan penelitian ini.

10. Teman-teman satu bimbingan, Mimi, Anggi, Esti, Aneke dan Arindy yang telah mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini.

11. Dea Amanda yang telah memberi inspirasi dalam penggunaan metode pada penelitian ini.

12. Pihak-pihak lain yang telah berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

Ai Surya Buana H44080083


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT, karena atas rahmat- Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul : “Pengaruh Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek terhadap Permintaan, Penawaran dan Harga Komoditas Rokok Kretek dan Komoditas Tembakau serta Kesejahteraan Pemerintah”. Industri rokok merupakan salah satu industri yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian negara. Perubahan tarif cukai rokok kretek yang terjadi selama 20 tahun dari tahun 2000 sampai 2010, telah mengindikasikan banyak perubahan dalam hal permintaan, penawaran dan harga rokok kretek dan tembakau. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk menganalisis bagaimana pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek tersebut tersebut. Di samping itu, skipsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2013

Ai Surya Buana H44080083


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I.PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 11

1.4.Manfaat Penelitian ... 12

1.5.Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 12

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1.Pustaka Tentang Tembakau dan Rokok ... 13

2.2.Pustaka Tentang Pengaruh Kebijakan terhadap Kesejahteraan Masyarakat ... 13

2.3.Pustaka Tentang Pengaruh Cukai Rokok terhadap Industri Tembakau ... 15

2.4.Pustaka Tentang Data Penelitian ... 16

2.5.Kebaruan Penelitian ... 16

III.KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1. Fungsi Produksi Tembakau dan Penawaran Tembakau ... 18

3.1.2. Fungsi Permintaan Tembakau oleh Industri Rokok ... 20

3.1.3. Permintaan Rokok oleh Konsumen ... 22

3.1.4. Harga ... 24

3.1.5. Elastisitas ... 24

3.1.6. Model Persamaan Simultan... 25

3.1.7. Surplus Produsen dan Surplus Konsumen ... 26

3.2.Kerangka Pemikiran Operasional ... 27

IV.METODE PENELITIAN ... 30

4.1.Spesifikasi Model ... 30

4.1.1. Blok Perkebunan Tembakau ... 31

4.1.1.1.Luas Lahan Perkebunan Tembakau Virginia ... 32

4.1.1.2.Luas Lahan Perkebunan Tembakau Selain Virginia ... 33

4.1.1.3.Luas Lahan Perkebunan Tembakau Total ... 34

4.1.2. Blok Tembakau ... 34

4.1.2.1.Produksi Tembakau Domestik ... 35

4.1.2.2.Total Ekspor Tembakau ... 35

4.1.2.3.Total Impor Tembakau Indonesia ... 36

4.1.2.4.Penawaran Tembakau ... 37

4.1.2.5.Permintaan Tembakau oleh Industri Rokok Kretek ... 37


(11)

x Halaman

4.1.2.6.Permintaan Tembakau Total ... 38

4.1.2.7.Harga Riil Tembakau di Tingkat Petani... 39

4.1.2.8.Harga Riil Tembakau di Tingkat Konsumen ... 40

4.1.3. Blok Rokok Kretek ... 41

4.1.3.1.Produksi Rokok Kretek ... 41

4.1.3.2.Total Ekspor Rokok Kretek ... 42

4.1.3.3.Penawaran Rokok Kretek ... 43

4.1.3.4.Permintaan Rokok Kretek ... 44

4.1.3.5.Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Konsumen.... 44

4.1.3.6.Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Produsen ... 45

4.2.Prosedur Analisis ... 46

4.2.1.Identifikasi Model ... 46

4.2.2.Metode Pendugaan Model... 48

4.2.2.1.Uji Statistik F ... 49

4.2.2.2.Uji Statistik t ... 49

4.2.3.Uji Masalah Autocorrelation ... 50

4.2.4.Validasi Model ... 51

4.3.Simulasi Model ... 52

4.4.Estimasi Perubahan Kesejahteraan ... 52

V. KONDISI UMUM SEKTOR TEMBAKAU DAN SEKTOR ROKOK KRETEK ... 54

5.1.Kondisi Umum Sektor Tembakau ... 54

5.1.1.Luas Lahan Perkebunan Tembakau ... 54

5.1.2.Produksi Tembakau Indonesia ... 55

5.1.3.Konsumsi Tembakau Indonesia ... 56

5.1.4.Harga Tembakau ... 57

5.2.Kondisi UmumSektor Rokok Kretek ... 57

5.2.1.Produksi Rokok Kretek ... 59

5.2.2.Konsumsi Rokok Kretek ... 60

5.2.3.Harga dan Tarif Cukai Rokok Kretek ... 60

VI.FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERMINTAAN, PENAWARAN DAN HARGA TEMBAKAU DAN ROKOK KRETEK ... 61

6.1.Hasil Estimasi Model... 61

6.1.1. Luas Lahan Perkebunan Tembakau Virginia ... 62

6.1.2. Luas Lahan Perkebunan Tembakau Selain Virginia ... 64

6.1.3. Luas Lahan Perkebunan Tembakau Total ... 66

6.1.4. Produksi Tembakau Domestik ... 67

6.1.5. Total Ekspor Tembakau ... 68

6.1.6. Total Impor Tembakau Indonesia ... 69

6.1.7. Penawaran Tembakau ... 71

6.1.8. Permintaan Tembakau oleh Industri Rokok Kretek ... 72

6.1.9. Permintaan Tembakau Total ... 74

6.1.10.Harga Riil Tembakau di Tingkat Petani ... 74


(12)

xi Halaman

6.1.12.Produksi Rokok Kretek ... 78

6.1.13.Total Ekspor Rokok Kretek ... 79

6.1.14.Penawaran Rokok Kretek ... 81

6.1.15.Permintaan Rokok Kretek ... 82

6.1.16.Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Konsumen ... 84

6.1.17.Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Produsen ... 86

VII.PENGARUH KENAIKAN TARIF CUKAI ROKOK KRETEK ... 88

7.1.Validasi Model ... 88

7.2.Simulasi Historis ... 88

7.2.1. Simulasi Historis Tahun 2006 ... 90

7.2.2. Simulasi Historis Tahun 2007 ... 92

7.2.3. Simulasi Historis Tahun 2008 ... 93

7.2.4. Simulasi Historis Tahun 2009 ... 95

7.2.5. Simulasi Historis Tahun 2010 ... 96

7.3.Perubahan Kesejahteraan ... 98

7.3.1. Perubahan Kesejahteraan Tahun 2006 ... 99

7.3.2. Perubahan Kesejahteraan Tahun 2007 ... 100

7.3.3. Perubahan Kesejahteraan Tahun 2008 ... 101

7.3.4. Perubahan Kesejahteraan Tahun 2009 ... 102

7.3.5. Perubahan Kesejahteraan Tahun 2010 ... 103

VIII. SIMPULAN DAN SARAN ... 105

8.1.Simpulan ... 105

8.2.Saran ... 106


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Peranan Sektor Tembakau dan Sektor Industri Rokok dalam

Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2000 ... 1

2. Penerimaan Pemerintah Indonesia Tahun 2009-2012 (dalam Triliun Rupiah)... 3

3. Batasan Harga Jual Eceran dan Tarif Cukai per Batang atau Gram Hasil Tembakau Dalam Negeri Tahun 2012... 6

4. Harga Riil Tembakau di Tingkat Petani dan Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Konsumen Tahun 2000-2010 ... 9

5. Range Statistik Durbin-Watson... 50

6. Hasil Estimasi Persamaan Luas Lahan PerkebunanTembakau Virginia ... 62

7. Hasil Estimasi Persamaan Luas Lahan Perkebunan Tembakau Selain Virginia ... 65

8. Hasil Estimasi Persamaan Produksi Tembakau Domestik ... 67

9. Hasil Estimasi Persamaan Total Ekspor Tembakau... 68

10. Hasil Estimasi Persamaan Total Impor Tembakau ... 70

11. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tembakau oleh Industri Rokok Kretek ... 72

12. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Tembakau di Tingkat Petani ... 75

13. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Tembakau di Tingkat Konsumen ... 76

14. Hasil Estimasi Persamaan Produksi Rokok Kretek ... 78

15. Hasil Estimasi Persamaan Total Ekspor Rokok Kretek ... 80

16. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Rokok Kretek ... 82

17. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Konsumen ... 85

18. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Produsen ... 86

19. Hasil Validasi Model Pengaruh Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek ... 88


(14)

xiii

Nomor Halaman

20. Hasil Simulasi Rata-Rata Tahun 2006-2010 ... 89

21. Hasil Simulasi Historis Tahun 2006 ... 91

22. Hasil Simulasi Historis Tahun 2007 ... 92

23. Hasil Simulasi Historis Tahun 2008 ... 94

24. Hasil Simulasi Historis Tahun 2009 ... 95

25. Hasil Simulasi Historis Tahun 2010 ... 97

26. Perubahan Kesejahteraan Rata-Rata Dampak Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek ... 98

27. Perubahan Kesejahteraan sebagai Dampak Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek Tahun 2006 ... 99

28. Perubahan Kesejahteraan sebagai Dampak Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek Tahun 2007 ... 100

29. Perubahan Kesejahteraan sebagai Dampak Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek Tahun 2008 ... 101

30. Perubahan Kesejahteraan sebagai Dampak Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek Tahun 2009 ... 102

31. Perubahan Kesejahteraan sebagai Dampak Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek Tahun 2010 ... 103


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Demand Tembakau Nasional (dalam Ton) ... 4

2. Produksi Tembakau 2000-2010 (dalam Ton) ... 10

3. Kurva Penawaran dan Permintaan ... 24

4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 29


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Matriks Keterkaitan Tujuan, Indikator, Parameter Penelitian,

Jenis, Cara Mendapatkan, Sumber dan Metode Analisis Data ... 113

2. Data Variabel ... 115

3. Hubungan Antar Variabel dalam Model Pengaruf Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek ... 116

4. Perintah yang Digunakan pada Program SAS ... 119

5. Perintah yang Digunakan pada SAS untuk Simulasi ... 125

6. Output Program SAS ... 128


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara beriklim tropis yang memiliki sumberdaya alam (SDA) yang melimpah dan tanah yang subur. Melimpahnya SDA dan tanah yang subur ini akan lebih baik apabila ada suatu sektor industri yang bisa memanfaatkannya. Adapun salah satu industri yang mampu memanfaatkan SDA yang melimpah dan tanah yang subur adalah industri rokok karena rokok menggunakan tembakau sebagai bahan baku utamanya.

Rokok merupakan komoditas hasil industri pengolahan tembakau yang sangat menguntungkan dilihat dari segi lapangan pekerjaan yang dihasilkan dari industri ini. Industri pengolahan tembakau umumnya merupakan industri padat karya. Banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari industri rokok maupun menjadi petani tembakau. Hal ini membawa keuntungan ekonomi yang sangat besar bagi negara karena dapat menambah lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran. Tabel 1 merupakan data peranan sektor tembakau dan sektor industri rokok dalam penyerapan tenaga kerja.

Tabel 1. Peranan Sektor Tembakau dan Sektor Industri Rokok dalam Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2000

Sektor/Komoditas Jumlah Tenaga Kerja

(ribu orang) Pangsa (%)

Tembakau 616 0.66

Industri rokok 392 0.42

Pertanian 38 988 41.78

Nonpertanian 54 333 58.22

Nasional 93 321 100.00

Sumber: Data I-O Badan Pusat Statistik, diolah (2004)

Tabel 1 menunjukkan bahwa sektor tembakau mempunyai peranan jauh lebih besar dibanding sektor industri rokok dalam penyerapan tenaga kerja. Pangsa sektor tembakau dan sektor industri rokok dalam penyerapan tenaga kerja


(18)

2 masing-masing adalah 0.66 persen dan 0.42 persen atau 1.08 persen secara keseluruhan yang masing-masing setara dengan 616 423 orang dan 391 646 orang atau 1 008 069 orang secara keseluruhan pada tahun 2000.

Rokok memiliki keuntungan ekonomi yang sangat besar namun juga memiliki kerugian. Kerugian rokok ada pada faktor kesehatan. Orang yang mengkonsumsi rokok lebih beresiko terkena kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin daripada yang tidak mengkonsumsi. Kerugian itu tidak hanya dialami oleh perokok (perokok aktif) namun juga dialami orang-orang disekitar perokok (perokok pasif). Bahkan dampak negatif perokok pasif lebih besar dari perokok aktif. Rokok juga dapat menimbulkan kecanduan akibat dari kandungan nikotin di dalamnya.

Pemerintah berusaha mengendalikan dampak negatif dari rokok. Dampak negatif ini harus dikendalikan untuk menekan angka kematian akibat penyakit yang ditimbulkan rokok. Beberapa usaha pemerintah untuk mengurangi dampak negatif ini antara lain adalah menerbitkan beberapa peraturan yang membatasi perdagangan rokok dan industri tembakau. Salah satu peraturan tersebut adalah PP No.19 Tahun 2003, pelarangan merokok ditempat umum, dan penetapan cukai rokok. Pemerintah juga menggalakkan kampanye anti-rokok. Pemerintah sangat peduli pada dampak negatif rokok.

Cukai rokok pada tahun 2009 ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 181/PMK.011/2009. Pada tahun 2011, tarif cukai rokok dinaikkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 167/PMK.011/2011. Kenaikan cukai ini sesuai dengan program


(19)

3 pemerintah tentang kampanye anti-rokok. 1Kenaikan ini juga sebagai upaya memenuhi target pendapatan dari cukai sebesar 72.44 triliun rupiah pada tahun 2012. Lebih besar 6.4 persen dari target 2011. Penerimaan pemerintah dapat dilihat dari Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Penerimaan Pemerintah Indonesia Tahun 2009-2011

Sumber: Badan Pusat Statistik (2012)

Kenaikan tarif cukai rokok ini mendapat protes dari Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI). APTI merasa kebijakan kenaikan cukai ini sangat tidak berpihak pada petani tembakau. APTI memprediksi akan terjadi penurunan

1

Diambil dari http://bisnis.vivanews.com/news/read/267398-cukai-rokok-naik-16-persen-tahun-depan diakses pada tanggal 1 April 2012

Sumber Penerimaan 2009 1) 2010 1) 2011 2) Penerimaan Perpajakan

(Rp triliun)

619.92 723.31 878.69

Pajak Dalam Negeri 601.25 694.39 831.75

Pajak Penghasilan 317.62 357.05 431.98

Pajak Pertambahan Nilai

193.07 230.61 298.44

Pajak Bumi dan Bangunan

24.27 28.58 29.06

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

6.47 8.03 -

Cukai 56.72 66.17 68.08

Pajak Lainnya 3.12 3.97 4.19

Pajak Perdagangan Internasional

18.67 28.92 46.94

Bea Masuk 18.11 20.02 21.50

Pajak Ekspor 0.565 8.90 25.44

Penerimaan Bukan Pajak (Rp triliun)

227.17 268.94 286.57

Penerimaan Sumber Daya Alam

138.96 168.83 191.98

Bagian laba BUMN 26.05 30.10 28.84

Penerimaan Bukan Pajak Lainnya

53.80 59.43 50.34

Pendapatan Badan Layanan Umum

8.37 10.59 15.42


(20)

4 permintaan pada produk tembakau (Gambar 1). Penurunan permintaan tersebut adalah sebagai dampak dari pengurangan produksi pabrik-pabrik rokok akibat berkurangnya permintaan rokok karena harga rokok meningkat.

Gambar 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2009 terjadi kenaikan jumlah permintaan tembakau namun sebenarnya, kenaikan tersebut terjadi pada tahun 2008. Tanaman tembakau memerlukan waktu tanam begitu juga dampak kenaikan cukai rokok sehingga penurunan permintaan tembakau nasional baru terlihat pada data permintaan tembakau nasional tahun 2010. Permintaan tembakau berkurang pada saat cukai meningkat yaitu pada tahun 2009 namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan peningkatan cukai rokok dengan penurunan permintaan tembakau untuk mengetahui pengaruh cukai rokok terhadap permintaan tembakau.

Sumber: Badan Pusat Statistik (2012)

Gambar 1. Permintaan Tembakau Nasional 2006-2010

Kenaikan cukai rokok memang memiliki dampak positif namun juga memiliki dampak negatif. Dampak positif tersebut berupa pengurangan perokok aktif yang membahayakan perokok pasif dan juga memberikan pendapatan bagi pemerintah. Di sisi lain, kenaikan cukai rokok sering dihubungkan dengan kerugian pabrik rokok dan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari industri tembakau termasuk petani tembakau. Kenaikan cukai ini sangat

0.00 50.00 100.00 150.00 200.00

2006 2007 2008 2009 2010

P erm in ta a n T em ba ka u ( 000 To n ) Tahun


(21)

5 berpengaruh bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari bertani tembakau dan industri rokok terutama petani dengan modal kecil dan perusahaan rokok skala rumah tangga.

Konsumsi rokok di Indonesia didominasi oleh rokok kretek. Rokok kretek merupakan produk rokok asli Indonesia, bahkan dianggap sebagai bagian dari kebudayaan asli Bangsa Indonesia oleh beberapa masyarakat pecinta budaya lokal. Perbedaan utama rokok kretek dan rokok lain adalah digunakannya cengkeh sebagai bahan campuran atau bumbu rokok. Penggunaan cengkeh sebagai bumbu menyebabkan rokok kretek memiliki rasa yang manis dan disukai oleh mayoritas perokok di Indonesia. Proporsi konsumsi rokok kretek dibanding rokok yang lain di Indonesia mencapai lebih dari 90 persen dari tahun 1990 sampai 2010 (BPS, 2012). Konsumsi yang mencapai lebih dari 90 persen menjadikan rokok kretek sebagai rokok yang tepat untuk mewakili gambaran kondisi permintaan, penawaran dan harga rokok nasional.

1.2. Perumusan Masalah

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 167/PMK.011/2011 merupakan perubahan ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang tarif cukai rokok. Peraturan tersebut menetapkan tarif cukai rokok pada awal tahun 2012 dan menetapkan batasan harga eceran rokok. Tarif tersebut bervariasi tergantung jenis hasil tembakau, golongan dan harga ecerannya (Tabel 3).


(22)

6

Tabel 3. Batasan Harga Jual Eceran dan Tarif Cukai per Batang atau Gram Hasil Tembakau Dalam Negeri Tahun 2012

No Urut

Golongan pengusaha pabrik hasil tembakau

Batasan harga jual eceran per batang atau gram Tarif cukai per batang atau gram Jenis Golongan

1 SKM I Lebih dari Rp 600 355

Lebih dari Rp 630 sampai dengan Rp 660 345 Paling rendah Rp 600 sampai dengan Rp 630 325

II Lebih dari Rp 430 270

Paling rendah Rp 374 sampai dengan Rp 430 235

2 SPM I Paling rendah Rp 375 365

II Lebih dari Rp 300 235

Lebih dari Rp 254 sampai dengan Rp 300 190 Paling rendah Rp 217 sampai dengan Rp 254 125

3 SKT atau SPT

I Lebih dari Rp 590 255

Paling rendah Rp 520 sampai dengan Rp 590 195

II Lebih dari Rp 379 125

Lebih dari Rp 349 sampai dengan Rp 379 115 Paling rendah Rp 336 sampai dengan Rp 349 105

III Paling rendah Rp 234 75

4 SKTF atau SPTF

I Lebih dari Rp 660 355

Lebih dari Rp 630 sampai dengan Rp 660 345 Paling rendah Rp 600 sampai dengan Rp 630 325

II Lebih dari Rp 430 270

Paling rendah Rp 374 sampai dengan Rp 430 235

5 TIS Tanpa golongan Lebih dari Rp 250 21

Lebih dari Rp 149 sampai dengan Rp 250 19 Paling rendah Rp 40 sampai dengan Rp 149 5

6 KLB Tanpa golongan Lebih dari Rp 250 25

Paling rendah Rp 180 sampai dengan Rp 250 18

7 KLM Tanpa golongan Paling rendah Rp 180 17

8 CRT Tanpa golongan Lebih dari Rp 100.000 100 000 Lebih dari Rp 50.000 sampai dengan Rp 100.000 20 000 Lebih dari Rp 20.000 sampai dengan Rp 50.000 10 000 Lebih dari Rp 5.000 sampai dengan Rp 20.000 1 200 Paling rendah Rp 275 sampai dengan Rp 5.000 250

9 HPTL Tanpa golongan Paling rendah Rp 275 100

Sumber: Kementerian Keuangan (2011)

Tembakau adalah komoditas yang bernilai ekonomis tinggi. Sebagai bahan baku yang dibutuhkan oleh industri rokok dan cerutu, maka peran tembakau dalam perekonomian nasional sangat tinggi. Sumber-sumber penerimaan negara yang berasal dari tembakau dan industri hasil tembakau berupa cukai. Cukai merupakan pajak penjualan komoditas hasil olahan tembakau dan minuman beralkohol. Menurut data BPS (2008), penerimaan negara dari cukai dari tahun 2001 sampai 2006 terus meningkat. Pada tahun 2001 besarnya cukai yang diterima Negara adalah Rp 17.6 triliun, kemudian meningkat pada tahun 2003 dan


(23)

7 2006 masing-masing menjadi Rp 26.1 triliun dan Rp 37.7 triliun. Target penerimaan negara pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 42 triliun.

Tarif cukai pada tahun 2000 mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagai mana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai. Dari tahun 1990-2000 terjadi delapan kali sedangkan sejak tahun 2000-2010 telah terjadi perubahan tarif cukai rokok sebanyak 11 kali yaitu:

1. Tahun 2000-2001 terjadi lima kali perubahan tarif cukai rokok. Tarif cukai tahun 2000-2001 ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 89/KMK.05/2000 tentang Penetapan Tarif Cukai dan Harga Dasar Hasil Tembakau sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 384/KMK.04/2001, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 453/KMK.05/2000 tentang Kenaikan Harga Dasar Hasil Tembakau, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 144/KMK.04/2001 tentang Kenaikan Harga Dasar Hasil Tembakau, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 383/KMK.04/2001 tentang Kenaikan Harga Dasar Hasil Tembakau dan terakhir berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 597/KMK.04/2001.

2. Tahun 2002, tarif cukai rokok ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 449/KMK.04/2002.

3. Tahun 2005, tarif cukai rokok ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 43 / PMK.04 / 2005.


(24)

8 4. Tahun 2008, tarif cukai rokok ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 134/PMK.04/2007.

5. Tahun 2009, tarif cukai rokok ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.011/2008.

6. Tahun 2010, terjadi perubahan tarif cukai rokok sebanyak dua kali yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.011/2010 yang kemudian diubah lagi berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.011/2010 namun baru diterapkan pada tanggal 1 Januari 2011. Setelah tahun 2010, pemerintah menetapkan bahwa tariff cukai akan selalu meningkat tiap tahun yaitu melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.011/2010 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 167/PMK.011/2011. Perubahan tarif cukai rokok ini tidak selalu meningkat namun penurunan hanya terjadi pada tahun 2010 yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan yang baru berlaku tanggal 1 Januari 2011, Nomor 190/PMK.011/2010.

Beberapa perusahaan rokok kretek menanggung beban cukai ini sedangkan sebagian lainnya membebankan tarif cukai ini kepada konsumen. Tarif cukai rokok kretek yang di tanggung oleh perusahaan akan mengurangi keuntungan perusahaan rokok kretek, perusahaan yang membebankan tarif cukai kepada konsumen akan menyebabkan naiknya harga rokok kretek di tingkat konsumen. Data keuntungan perusahaan rokok kretek merupakan data rahasia perusahaan yang tidak pernah dipublikasikan bahkan pada laporan tahunan untuk para pemegang saham. Data harga rokok kretek di tingkat konsumen menunjukkan peningkatan dan data harga tembakau berfluktuatif karena mayoritas perusahaan rokok kretek membebankan tarif cukai ini kepada


(25)

9 konsumen (Tjahjaprijadi dan Indarto, 2003). Secara umum, data perubahan harga rokok kretek dapat dilihat pada tabel 4.

Perubahan harga rokok kretek ini secara teori dapat berdampak pada permintaan rokok kretek (Perloff, 2008). Permintaan rokok kretek akan berkurang. Berkurangnya permintaan akan menyebabkan berkurangnya keuntungan perusahaan rokok yang pada akhirnya juga mengurangi produksi yang pada akhirnya akan mempengaruhi penawaran rokok.

Tabel 4. Harga Riil Tembakau di Tingkat Petani dan Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Konsumen Tahun 2000-2010

Tahun

Harga riil tembakau di tingkat petani (Rp/Kg)

Harga riil rokok kretek di tingkat konsumen (Rp/batang)

2000 9 262 225

2001 11 084 262

2002 13 023 315

2003 14 025 317

2004 13 668 304

2005 12 832 311

2006 15 129 289

2007 21 419 328

2008 23 503 419

2009 23 462 433

2010 22 150 380

Sumber: BPS (2012)

Pada komoditas tembakau, penurunan produksi rokok kretek akan mengurangi permintaan tembakau karena perusahaan rokok kretek merupakan pembeli utama tembakau Indonesia. Penurunan permintaan ini akan mengurangi harga tembakau dari yang seharusnya. Data tabel 4 tidak menunjukkan penurunan tersebut karena selain permintaan tembakau, harga tembakau di tingkat petani juga ditentukan faktor-faktor yang lainnya. Meskipun harga tembakau ditingkat petani secara umum tetap meningkat namun produksi tembakau mengalami penurunan (Gambar 2).


(26)

10 Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2012)

Gambar 2. Produksi Tembakau 2000-2010

Perubahan yang terjadi pada sektor komoditas tembakau dan rokok kretek tersebut secara teori dapat mengakibatkan perubahan kesejahteraan baik konsumen rokok, perusahaan rokok maupun petani tembakau. Perubahan kesejahteraan ini diakibatkan bergesernya kurva permintaan dan penawaran yang mengakibatkan berubahnya surplus produsen dan konsumen. Surplus produsen ini dapat menunjukkan besarnya perubahan kesejahteraan (Vesdapunt, 1984).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menanggulangi dampak negatif dari rokok berpotensi memberikan dampak lain kepada konsumen, perusahaan rokok dan petani tembakau. Baik atau buruknya dampak tersebut dan seberapa besar pengaruh penetapan tarif cukai rokok ini perlu untuk diteliti lebih lanjut. Secara umum, masalah-masalah yang harus diteliti tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan, penawaran dan

harga rokok kretek?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan, penawaran dan harga tembakau?

0 50 100 150 200 250

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

P

ro

duks

i T

em

ba

ka

u

(

000

To

n

)


(27)

11 3. Bagaimana pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek terhadap

permintaan, penawaran dan harga rokok kretek?

4. Bagaimana pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek terhadap permintaan, penawaran dan harga tembakau?

5. Bagaimana pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek terhadap kesejahteraan petani tembakau, kesejahteraan konsumen rokok kretek, keuntungan perusahaan rokok kretek dan pendapatan pemerintah?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka perlu adanya suatu penelitian yang menjelaskan mengenai permasalahan yang ada. Penelitian ini diajukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut. Adapun secara rinci, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan, penawaran dan harga rokok kretek.

2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan, penawaran dan harga tembakau.

3. Mengestimasi pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek terhadap permintaan, penawaran dan harga rokok kretek.

4. Mengestimasi pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek terhadap permintaan, penawaran dan harga tembakau.

5. Mengestimasi pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek terhadap kesejahteraan petani tembakau, kesejahteraan konsumen tembakau, kesejahteraan konsumen rokok kretek, kesejahteraan produsen rokok kretek dan pendapatan pemerintah.


(28)

12

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang diuraikan di atas, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat. Manfaat yang dapat diperoleh merupakan kontribusi penelitian ini bagi ilmu pengetahuan. Adapun secara rinci, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Pemerintah pusat, sebagai pertimbangan kebijakan dimasa yang akan datang.

2. Perusahaan rokok, sebagai pertimbangan antisipasi terhadap perubahan tarif cukai produk olahan tembakau dimasa yang akan datang.

3. Petani tembakau, sebagai pertimbangan antisipasi terhadap perubahan tarif cukai produk olahan tembakau dimasa yang akan datang.

4. Akademisi, sebagai acuan untuk penelitian yang akan datang.

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan data sekunder time series dari tahun 1990-2010. Penelitian ini berfokus pada masalah pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek sehingga tidak mencantumkan persamaan hasil olahan tembakau yang lain di dalam model. Harga tembakau yang digunakan merupakan rata-rata harga yang didapat dari data BPS. Tarif cukai yang digunakan merupakan rata-rata dari tarif cukai untuk SKM (sigaret kretek mesin) dan SKT (sigaret kretek tangan) untuk semua golongan perusahaan rokok kretek. Penelitian ini menggunakan model persamaan simultan dengan metode 2SLS dengan bantuan program SAS 9.0 for Windows.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pustaka Tentang Tembakau dan Rokok

Penelitian terdahulu tentang tembakau merupakan penelitian Tjahjaprijadi dan Indarto (2003). Penelitian tersebut berjudul Analisis Pola Konsumsi Rokok Sigaret Kretek Mesin (SKM), Sigaret Kretek Tangan (SKT), dan Sigaret Putih Mesin (SPM). Tujuan dari penelitian tersebut adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh harga rokok dan harga rokok substitusi terhadap konsumsi rokok SKM, SKT, dan SPM.

2. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan konsumen rokok terhadap konsumsi rokok SKM, SKT, dan SPM.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Tjahjaprijadi dan Indarto (2003) adalah Penetapan tarif cukai dan harga jual eceran berdampak kepada harga rokok yang diterima oleh konsumen. Konsumsi rokok sigaret kretek mesin (SKM) dipengaruhi oleh harga rokok SKM, namun tidak terpengaruh oleh harga rokok sigaret kretek tangan (SKT) dan sigaret putih mesin (SPM). Konsumsi rokok SKM juga tidak dipengaruhi oleh pendapatan. Harga rokok SKT dan SPM mempengaruhi konsumsi rokok SKT. Namun harga rokok SKM tidak mempengaruhi konsumsi rokok SKT. Pendapatan juga tidak berpengaruh terhadap konsumsi rokok SKT. Konsumsi rokok SPM dipengaruhi oleh harga rokok SPM, SKM, SKT, dan juga pendapatan. Perkiraan konsumsi rokok SKM, SKT, dan SPM untuk tahun 2003 menunjukkan perubahan yang sangat kecil.

2.2. Pustaka Tentang Pengaruh Kebijakan terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh kebijakan terhadap kesejahteraan petani dilakukan oleh Novindra (2011). Penelitian yang dilakukan oleh Novindra


(30)

14 (2011) berjudul Dampak Kebijakan Domestik dan Perubahan Faktor Eksternal Terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Minyak Sawit di Indonesia. Tujuan dari penelitian tersebut adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan minyak sawit di Indonesia.

2. Mengevaluasi dampak kebijakan domestik dan perubahan faktor eksternal terhadappenawaran dan permintaan minyak sawit Indonesia, penerimaan devisa, dan kesejahteraan pelaku industri minyak sawit Indonesia tahun 2003-2007.

3. Mengkaji ramalan dampak kebijakan domestik terhadap penawaran dan permintaan minyak sawit Indonesia, penerimaan devisa, dan kesejahteraan pelaku industri minyak sawit Indonesia tahun 2012-2016.

Metode yang digunakan adalah Sistem persamaan simultan dengan metode pendugaan Two-Stage Least Squares (2SLS).

Hasil dari penelitian Novindra (2011) adalah Harga minyak sawit domestik lebih responsif terhadap perubahan jumlah permintaan minyak sawit domestik daripada permintaan ekspor minyak sawit, maka pengembangan industri hilir minyak sawit domestik akan meningkatkan jumlah permintaan minyak sawit sehingga meningkatkan harga yang diterima produsen minyak sawit domestik. Kebijakan domestik berupa pembatasan ekspor minyak sawit dengan penetapan pajak ekspor minyak sawit sebesar 20 persen dapat meningkatkan kesejahteraan netto yang lebih besar dibandingkan dengan kebijakan kuota domestik dan kebijakan kuota ekspor dan peningkatan kuota domestik memberikan dampak negative bagi kesejahteraan netto. Hal ini dikarenakan peningkatan penawaran


(31)

15 minyak sawit domestik belum didukung dengan perkembangan industri hilir minyak sawit selain industri minyak goreng sawit terlebih dahulu. Hal tersebut menyebabkan peningkatan penawaran minyak sawit domestik hanya akan mengakibatkan harga minyak sawit dan harga minyak goreng sawit domestik mengalami penurunan.

2.3. Pustaka Tentang Pengaruh Cukai Rokok terhadap Industri Tembakau

Penelitian tentang cukai rokok sudah dilakukan oleh Yustishia (2007). Penelitian ini berjudul Analisis Dampak Kenaikan Tarif Cukai Tembakau terhadap Permintaan Rokok Kretek, Keuntungan Usaha dan Kesempatan Kerja Industri Rokok Skala Kecil Tanpa Cukai. Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis dampak kenaikan tarif cukai terhadap permintaan rokok kretek.

2. Menganalisis dampak kenaikan tarif cukai terhadap keuntungan usaha dan kesempatan kerja pada industri rokok skala kecil tanpa cukai.

Metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS).

Hasil dari penelitian Yustishia (2007) adalah Kenaikan tarif cukai yang dilihat dari faktor harga rokok kretek tidak dipengaruhi secara signifikan terhadap permintaan rokok kretek. Hal ini didukung oleh data tren produksi rokok kretek dari tahun 1996 hingga tahun 2006, jumlah produksi rokok nasional mengalami peningkatan sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan tarif cukai tidak berpengaruh terhadap permintaan rokok. Hasil keuntungan usaha pada industri rokok skala kecil tanpa cukai meningkat dari sebelum dan sesudah tarif cukai ditetapkan. Akibat kenaikan tarif cukai ini, kesempatan kerja juga meningkat.


(32)

16

2.4. Pustaka Tentang Data Penelitian

Penelitian meninjau data dari beberapa sumber literatur. Adapun literatur yang digunakan untuk meninjau data adalah hasil penelitian oleh Puri dkk (2012). Penelitian yang dilakukan oleh Puri dkk (2012) adalah berjudul Buku Bunga Rampai Fakta Tembakau dan Permasalahannya di Indonesia Tahun 2012 yang diterbitkan Tobacco Control Support Center - Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan. Data yang ditinjau adalah data mengenai ekspor-impor tembakau dan produksi tembakau.

2.5. Kebaruan Penelitian

Penelitian ini memiliki persamaan dan kebaruan dibandingkan penelitian Tjahjaprijadi (2003), Novindra (2011), Abdurahman (2011) dan Yustishia (2007). Persamaan penelitian ini dan penelitian Tjahjaprijadi dan Indarto (2003) adalah sama-sama meneliti tentang tembakau dan rokok sedangkan kebaruan dari penelitian ini adalah dari metode dan fokus penelitian. Tjahjaprijadi dan Indarto (2003) meneliti tentang pola konsumsi rokok dengan metode regresi linear berganda sedangkan penelitian ini meneliti tentang pengaruh cukai rokok terhadap permintaan, penawaran, harga tembakau dan rokok serta kesejahteraan produsen tembakau dengan menggunakan metode simultan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Novindra (2011) dan Abdurahman (2011) adalah sama-sama meneliti tentang dampak kebijakan terhadap kesejahteraan produsen dan sama-sama menggunakan model persamaan simultan dengan metode pendugaan Two-Stages Least Squares. Perbedaannya adalah dari objek yang diteliti dan kebijakan yang mempengaruhi, Novindra (2011) meneliti dampak pajak perdagangan terhadap perdagangan


(33)

17 minyak kelapa sawit dan hasil olahannya, Abdurahman meneliti tentang dampak AFTA terhadap beras nasional. Penelitian ini meneliti tentang dampak cukai rokok terhadap kondisi pasar tembakau dan rokok.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Yustishia (2007) adalah salah satu tujuan penelitian yaitu menganalisis dampak tarif cukai rokok kretek. Perbedaannya adalah pada tujuan utama penelitian dan metode yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak tarif cukai rokok kretek terhadap permintaan, penawaran dan harga komoditas tembakau dan rokok kretek serta kesejahteraan masyarakat sedangkan penelitian Yustishia (2007) bertujuan untuk menganalisis dampak tariff cukai rokok terhadap keuntungan perusahaan rokok dan kesempatan kerja. Penelitian ini menggunakan model persamaan simultan dengan metode pendugaan Two-Stages Least Squares sedangkan penelitian Yustishia (2007) menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).


(34)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis pada penelitian ini merupakan penjelas dari metode penelitian yang akan digunakan untuk menjawab masing-masing tujuan dari penelitian ini. Kerangka pemikiran teoritis ini digunakan untuk melihat dasar teori dari metode yang digunakan. Dasar teori pada penelitian ini diambil dari beberapa literatur yang sesuai dengan masing-masing metode yang digunakan.

3.1.1. Fungsi Produksi Tembakau dan Penawaran Tembakau

Fungsi produksi dapat didefinisikan sebagai hubungan secara teknis dalam transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara hubungan input dengan output (Debertin, 1986; Doll dan Orazem, 1984). Secara umum hubungan antara input-output untuk menghasilkan produksi suatu komoditi pertanian (Y) secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = f (X1, X2, X3, X4) ... (1)

dimana :

Y = Output (Kg/ha)

X1 = Luas areal produksi (ha)

X2 = Jumlah modal (Rp/ha)

X3 = Tenaga kerja (HOK/ha)

X4 = Faktor produksi lainnya

Produsen yang rasional berusaha memaksimumkan keuntungannya pada tingkat produksi optimum dengan tingkat harga tertentu. Keuntungan maksimum harus memenuhi syarat FOC (First Order Condition) dan SOC (Second Order Condition).


(35)

19 Syarat pertama dipenuhi apabila turunan pertama dari fungsi keuntungan sama dengan nol, yang berarti produktivitas marginal faktor produksi sama dengan harga faktornya, sedangkan syarat kedua yang harus dipenuhi yaitu, jika fungsi produksinya cembung, dan nilai determinan Hessian lebih besar dari nol (Koutsoyiannis, 1979).

Jika digambarkan secara sederhana, fungsi produksi tembakau secara kasar dapat dituliskan:

Y= f (L, M) ... (2) Dimana:

Y = jumlah produksi tembakau (Kg) L = luas lahan tembakau (Ha)

M = jumlah modal yang digunakan (Unit)

Pada tingkat harga produksi tembakau tertentu (hY), maka fungsi keuntungan produksi tembakau dapat dirumuskan sebagai berikut:

π = hY * f ( L,M ) – hL*L – hM*M ... (3) Dimana:

π = Keuntungan (Rp/Kg) hY = harga tembakau (Rp/Kg)

hL = harga faktor produksi L (Rp/Ha) hM = harga faktor produksi M (Rp/Unit)

Fungsi keuntungan maksimum diperoleh jika turunan pertama dari fungsi keuntungan sama dengan nol dan turunan keduanya mempunyai nilai Hessian Determinan lebih besar dari nol. Dengan melakukan prosedur penurunan secara matematis dari persamaan 3 di atas maka diperoleh :


(36)

20

��

�� =ℎ� ∗ ��

��− ℎ� = 0 atau ℎ� ∗ ��

�� = hL ... (4) ��

�� =ℎ� ∗ ��

��− ℎ� = 0 atau ℎ� ∗ ��

�� =ℎ� ... (5)

dimana ��

�� dan ��

�� adalah produk marjinal dari masing-masing faktor produksi.

Oleh sebab itu, keuntungan maksimum diperoleh jika produk marjinal sama dengan rasio harga faktor produksi terhadap harga produk. Dapat juga dikatakan bahwa keuntungan maksimum diperoleh jika nilai produk marginal sama dengan harga faktor produksinya (NPM = HFP). Dari persamaan 4 dan 5, fungsi permintaan faktor produksi oleh petani dirumuskan sebagai berikut :

L = g ( hL, hY, hM ) ... (6) M = i (hL, hY, hM ) ... (7) dengan mendistribusikan persamaan 6 dan 7 ke persamaan 5, maka diperoleh fungsi penawaran tembakau sebagai berikut:

Qs = qs( hY, hL, hM ) ... (8)

Dolan (1974), mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran suatu komoditi, yaitu harga komoditi itu sendiri, harga komoditi lain (sebagai substitusinya), biaya faktor produksi, biaya perusahaan, tujuan perusahaan, tingkat teknologi, pajak, subsidi, harga yang diharapkan dan keadaan alam.

3.1.2. Fungsi Permintaan Tembakau oleh Industri Rokok

Sebagai bahan baku untuk industri rokok, permintaan terhadap tembakau dapat diturunkan melalui fungsi permintaan turunan (derived demand), yaitu melalui fungsi keuntungan. Secara rasional, produsen akan berproduksi pada tingkat dimana keuntungan yang diperolehnya dalam keadaan maksimum


(37)

21 (Debertin, 1986; Henderson dan Quant, 1980; Beattie dan Taylor, 1985). Dalam kondisi ini input yang digunakan berada dalam jumlah yang optimal.

Bila Π adalah profit, P adalah harga output Y dan ri adalah harga input Xi, maka persamaan profit dapat dituliskan sebagai berikut :

Π=� ∗ � − ∑ � ∗ � ... (9) dengan menurunkan fungsi di atas terhadap masing-masing input maka diperoleh :

�Π δXi = P∗

�Y

δXi− �� = 0 ... (10) atau

� ∗ ��� =�� ... (11)

dimana PMi adalah produk marjinal dan P*PMi adalah nilai dari produk marjinal

dari input i.

Pada persamaan di atas, penggunaan input yang optimal dicirikan oleh kondisi dimana nilai produk marjinal dari masing-masing input (P,PMi) sama

dengan harga input yang bersangkutan. Implikasi dari kondisi ini adalah permintaan suatu input oleh industri sangat dipengaruhi oleh harga input yang bersangkutan (r), harga output (P) dan teknologi produksi (PMi). Disamping itu,

permintaan suatu input dapat pula dipengaruhi oleh harga input substitusi dan faktor lain yang dapat mendistorsi pasar.

Pada industri rokok, permintaan terhadap tembakau selain dipengaruhi oleh harga tembakau, juga dipengaruhi oleh harga rokok, dan tingkat bunga. Dalam model ekonomi, permintaan input tersebut dituliskan sebagai berikut: Dt = f (Pct, Pt, it, Dt-1) ... (12)


(38)

22 dimana Dt adalah permintaan tembakau oleh industri rokok, Pct adalah harga

tembakau, Pt adalah harga rokok, it adalah tingkat suku bunga, dan Dt-1 adalah

permintaan tembakau pada tahun sebelumnya.

3.1.3. Permintaan Rokok oleh Konsumen

Secara umum, fungsi permintaan konsumen terhadap suatu barang diturunkan dari fungsi utilitas konsumen. Diasumsikan fungsi utilitas konsumen adalah:

U= u (Cs, Cn) ... (13)

dimana U adalah total utilitas konsumen dari konsumsi rokok (Cs) dan konsumsi

barang kebutuhan pokok (beras) (Cn). Konsumen yang rasional akan berupaya

memaksimumkan utilitas pada tingkat harga yang berlaku sesuai dengan kendala pendapatan (I).

Ps*Cs + Pn*Cn = I ... (14)

atau Ps*Cs + Pn*Cn-I = 0

dimana Ps adalah harga rokok dan Pn adalah harga kebutuhan pokok. Dengan

pendekatan Langrangian Multipliers, persoalan maksimisasi berkendala di atas dapat dinyatakan sebagai berikut:

Maksimum: U = u (Cs)

Dengan kendala: Ps*Cs + Pn*Cn = I

Fungsi komposit berupa gabungan dari kedua fungsi di atas atau disebut sebagai fungsi Langrangian dapat ditulis sebagai berikut:

∅ = U = u(Cs) – λ(Ps*Cs + Pn*Cn – I) ... (15)

untuk mendapatkan utilitas maksimum, maka syarat pertama adalah turunan parsial dari fungsi Langrangian harus sama dengan nol.


(39)

23

�∅ ���=

��

���−λ(Ps) = 0 ... (16)

�∅ ���=

��

���−λ(Pn) = 0 ... (17)

�∅

�λ = −(��∗ ��+��∗ �� − �) = 0 ... (18)

dari persamaan (19),(20) dan (21) di atas, diperoleh:

��

���= λ(Ps) atau λ=

��

���/Ps ... (19)

��

���= λ( Pn) atau λ=

��

���/Pn ... (20)

Ps∗ �+ Pn∗ � = � ... (21) Sedangkan ��

��� =��� dan

��

��� =���maka: λ=���

Ps =

���

Pn ... (22) dan ���

��� =

Ps

Pn =����,� ... (23) yang menyatakan bahwa kepuasan konsumen akan maksimum pada kondisi dimana rasio marjinal utilitas terhadap harga sama untuk semua komoditi, yaitu sebesar koefisien pengganda Langrangian (λ).

Penyelesaian Ps dan Pn pada persamaan (26) dan kemudian substitusikan

ke dalam persamaan (24), maka dapat diperoleh fungsi permintaan terhadap rokok, yaitu:

Cs = f ( Ps, Pn, I) ... (24)

yang menyatakan bahwa konsumsi atau permintaan konsumen terhadap rokok ditentukan oleh harga rokok itu sendiri, harga barang kebutuhan pokok, dan pendapatan konsumen. Menurut Dolan (1974), permintaan suatu barang dipengaruhi oleh harga barang tersebut, harga barang lain, selera, pendapatan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk dan harapan harga.


(40)

24

3.1.4. Harga

Harga merupakan sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk memperoleh satu unit komoditas. Teori harga secara sederhana dikembangkan dalam konteks harga konstan (Lipsey, et al., 1987). Menurut Perloff (2008) harga barang ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan dan penawaran. Pada kondisi tersebut, jumlah barang yang diminta oleh pembeli sama dengan jumlah yang ditawarkan oleh penjual. Secara ringkas, penjelasan mengenai perpotongan kurva penawaran dan permintaan ditunjukkan oleh gambar 3 berikut:

Sumber: Perloff (2008)

Gambar 3. Kurva Penawaran dan Permintaan

3.1.5. Elastisitas

Konsep elastisitas digunakan untuk mendapatkan nilai kuantitatif dari respon suatu fungsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Model yang dinamis dapat dihitung elastisitas jangka pendek dan jangka panjang. Adapun

Harga

Jumlah Penawaran

Permintaan H


(41)

25 rumus untuk mendapatkan nilai elastisitas jangka pendek dan jangka panjang sebagai berikut:

Elastisitas Jangka Pendek (ESR)

��� = �����∗���� =����� ... (25)

Elastisitas Jangka Panjang (ELR)

��� =1−������� ... (26)

Keterangan:

b = Parameter dugaan dari peubah eksogen

���� = Parameter dugaan dari lag endogen

�� = Rata-rata peubah eksogen

�� = Rata-rata peubah endogen (mean predicted hasil validasi model)

3.1.6. Model Persamaan Simultan

Menurut Gujarati (2003) sistem persamaan simultan dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang dunia nyata dibandingkan dengan model persamaan tunggal. Hal ini disebabkan karena peubah-peubah dalam persamaan satu dengan lainnya dalam model dapat berinteraksi satu sama lain. Persamaan simultan tidak hanya memiliki satu persamaan yang menghubungkan antara satu variable tunggal dengan sejumlah variabel eksogen non stokastik atau didistribusikan secara bebas dari unsur gangguan stokastik. Suatu cirri unik dari persamaan simultan adalah variabel endogen dari satu persamaan mungkin muncul sebagai variable yang menjelaskan (eksogen) dalam persamaan lain dari system. Bentuk umum dari persamaan simultan dapat dirumuskan sebagai berikut:


(42)

26

�2� =�20+�21�1�+�21�1�+�2� ... (28)

Dimana �1dan �2 merupakan variabel yang saling bergantung, atau bersifat endogen, dan � merupakan variabel yang bersifat eksogen, dimana �1 dan �2 adalah unsur gangguan stokastik, variabel �1dan �2 kedua-duanya stokastik. Pemilihan model yang akan digunakan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, permintaan, dan harga tembakau dan rokok di Indonesia.

3.1.7. Surplus Produsen dan Surplus Konsumen

Menurut Vesdapunt (1984) menyatakan ada tiga dasar yang penting dalam penggunaan surplus produsen dan surplus konsumen untuk mengukur kesejahteraan, yaitu: (1) Permintaan merupakan refleksi dari keinginan untuk membayar, (2) penawaran merupakan refleksi dari biaya marginal (marginal cost) dan (3) perubahan pendapatan individu bersifat penambahan (additive). Secara matematis, surplus produsen dan konsumen diukur dengan mengintegralkan fungsi penawaran (Chiang, 1984).

��= ∫ ��� (�)��

� ... (29)

�� =∫ ��� (�)��

� ... (30) dimana:

�� = Fungsi Penawaran

�� = Fungsi Permintaan

�� = Surplus Produsen (Rp)

�� = Surplus Konsumen (Rp)

�� = Harga Keseimbangan (Rp)


(43)

27

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran operasional secara ringkas disajikan pada Gambar 4. Cukai merupakan salah satu pendapatan Negara. Pendapatan Negara dari cukai mencapai lebih dari 68 triliun rupiah pada tahun 2011 (BPS, 2011). Pendapatan ini merupakan pendapatan dari cukai hasil olahan tembakau maupun cukai barang mengandung etil alcohol.

Rokok merupakan hasil utama industri pengolahan tembakau dan merupakan salah satu barang kena cukai. Cukai rokok dibebankan kepada konsumen maupun ditanggung oleh produsen rokok. Cukai yang ditanggung konsumen akan meningkatkan harga jual rokok sedangkan cukai yang ditanggung produsen rokok akan mengurangi keuntungan yang diterima oleh perusahaan rokok.

Peningkatan harga jual atau penurunan keuntungan perusahaan rokok akan memiliki dampak pada permintaan maupun penawaran rokok. Dampak ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan konsumen rokok maupun perusahaan rokok. Kesejahteraan konsumen dan perusahaan rokok dapat diukur melalui surplus konsumen dan surplus produsen rokok.

Perusahaan rokok merupakan penyerap utama komoditas tembakau baik dari petani maupun pengumpul1. Perubahan yang terjadi pada komoditas rokok baik dari permintaan, penawaran dan harga akan berpengaruh pada komoditas tembakau. Pengaruh yang diterima oleh komoditas tembakau berupa perubahan permintaan, penawaran maupun harga tembakau. Perubahan ini pada akhirnya akan mempengaruhi kesejahteraan petani tembakau.

1

Diambil dari http://www.sampoerna.com/id_id/our_products/pages/our_products. aspx diakses pada tanggal 16 September 2012


(44)

28 Pada penelitian ini, data variabel produksi, permintaan dan harga tembakau dan rokok di estimasi dengan menggunakan variabel eksogen yang diduga berpengaruh. Estimasi tersebut menggunakan software SAS 9.0. Estimasi model tersebut kemudian di satukan menjadi sebuah model persamaan simultan.

Model persamaan simultan hasil estimasi tersebut harus di analisis menggunakan uji-uji statistik seperti uji statistik-t, uji statistik-F, uji statistik Durbin-h atau uji statistik Durbin-Watson, dan uji statistik U-Theil untuk menentukan layak tidaknya simulasi dilakukan. Model yang dinyatakan layak selanjutnya akan digunakan untuk melakukan simulasi untuk mengetahui besarnya dampak dari penetapan cukai. Perubahan dampak ini akan digunakan untuk mengukur perubahan surplus konsumen dan produsen yang mempresentasikan kesejahteraan masyarakat yang terdiri dari konsumen rokok, perusahaan rokok dan petani tembakau.


(45)

29

Keterangan :

= Hubungan satu arah

= Respon Positif Sumber: Peneliti, 2012

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional Tembakau merupakan komoditas pertanian yang

menguntungkan

Industri rokok kretek sebagai penyerap utama hasil produksi tembakau nasional

Rokok merugikan kesehatan

Analisis pengaruh penetapan cukai rokok terhadap kesejahteraan produsen dan

konsumen tembakau

Rekomendasi Kebijakan

Pemerintah menetapkan cukai rokok sebagai penanggulangan dampak negatif rokok

Analisis pengaruh penetapan cukai rokok kretek terhadap

supply, demand, dan harga tembakau

Analisis pengaruh penetapan cukai rokok kretek terhadap

supply, demand, dan harga rokok kretek


(46)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Spesifikasi Model

Model merupakan suatu penjelas dari fenomena aktual sebagai suatu sistem atau proses (Koutsoyiannis, 1977). Model ekonometrika adalah suatu pola khusus dari model aljabar, yakni suatu unsur yang bersifat stochastic yang mencakup satu atau lebih variabel pengganggu (Intriligator, 1978).

Model ekonometrika merupakan gambaran dari hubungan masing-masing variabel penjelas (explanatory variables) terhadap variabel endogen (endogenous variables) khususnya yang menyangkut tanda dan besaran (magnitude and sign) dari penduga parameter sesuai dengan harapan teoritis secara apriori. Model yang baik haruslah memenuhi kriteria teori ekonomi (theoretically meaningfull), kriteria statistika yang dilihat dari suatu derajat ketepatan (goodness of fit) yang dikenal dengan koefisien determinasi (R2) serta nyata secara statistik (statistically significant) sedangkan kriteria ekonometrika menetapkan apakah suatu taksiran memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan seperti unbiasedness, consistency, sufficiency, efficiency. Statistik Dw adalah salah satu kriteria ekonometrika yang

digunakan untuk menguji taksiran, yaitu menguji validitas dari asumsi autocorrelation (Koutsoyiannis, 1977).

Menurut Koutsoyiannis (1977) dalam tahapan spesifikasi model terdiri dari: (1) penentuan dependent variable dan explanatory variable yang diterapkan dalam model, (2) harapan secara teoritis mengenai tanda dan besaran parameter (sign and magnitude) dari setiap persamaan, dan (3) membuat model matematis. Dalam kaitan pembentukan model tersebut perlu diperhatikan jumlah persamaan, bentuk persamaan linear atau non linear dan lain-lain.


(47)

31 Spesifikasi model yang dirumuskan dalam studi ini adalah sangat terkait dengan tujuan penelitian ini. Spesifikasi model diperlukan untuk menyelesaikan tujuan satu dan dua pada penelitian ini yaitu:

1. menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan, penawaran dan harga rokok kretek

2. menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan, penawaran dan harga tembakau.

Hubungan masing-masing metode yang digunakan dengan tujuan penelitian secara lengkap di tunjukkan pada lampiran 1.

Model yang dibangun adalah model persamaan simultan dengan metode pendugaan Two-Stages Least Squares. Secara umum, bagan hubungan antar persamaan dalam model dapat dilihat pada lampiran 2. Model penawaran, permintaan, dan harga tembakau dan rokok dibagi menjadi tiga blok yaitu blok perkebunan tembakau, blok tembakau dan blok rokok kretek.

4.1.1. Blok Perkebunan Tembakau

Perkebunan tembakau merupakan komponen yang sangat penting untuk menentukan produksi tembakau. Adapun pada penelitian ini, blok perkebunan tembakau terdiri dari dua persamaan struktural dan satu persamaan identitas. Persamaan struktural tersebut adalah luas lahan perkebunan tembakau virginia (LKTV) dan luas lahan perkebunan selain virginia (LKTSV) sedangkan persamaan identitas pada blok perkebunan tembakau adalah luas lahan perkebunan tembakau total (LKTT). Perkebunan tembakau virginia dibedakan dari perkebunan tembakau yang lain karena tembakau virginia merupakan jenis tembakau yang diperdagangkan di tingkat internasional (Sudaryanto, 2010).


(48)

32

4.1.1.1.Luas Lahan Perkebunan Tembakau Virginia

Pada penelitian ini, persamaan luas lahan perkebunan tembakau virginia terdiri dari variabel harga riil tembakau di tingkat petani, harga riil tembakau virginia di tingkat petani untuk keperluan ekspor, harga riil pupuk di tingkat petani dan luas lahan perkebunan tembakau virginia pada tahun sebelumnya. Harga riil tembakau virginia di tingkat petani untuk keperluan ekspor di perlukan karena tembakau virginia merupakan jenis tembakau yang diperdagangkan di tingkat internasional. Secara matematis, persamaan luas lahan perkebunan tembakau virginia dapat dirumuskan sebagai berikut:

LKTVt = a0 + a1HTDPt + a2HTVDPt + a3HPt + a4LLKTVt-1 + U1 ... (31)

dimana:

LKTVt = luas lahan perkebunan tembakau virginia pada tahun ke t

(Ha)

HTDPt = harga riil tembakau di tingkat petani pada tahun ke t

(000 Rp/ton)

HTVDPt = harga riil tembakau virginia di tingkat petani untuk keperluan

ekspor pada tahun ke t (000 Rp/ton)

HPt = harga riil pupuk di tingkat petani pada tahun ke t

(000 Rp/ton)

LLKTVt-1 = luas lahan perkebunan tembakau virginia pada tahun ke t-1

(Ha)

U1 = variabel pengganggu

Adapun tanda dan besaran parameter yang diharapkan adalah a1 dan a2 > 0; a3 <


(49)

33

4.1.1.2.Luas Lahan Perkebunan Tembakau Selain Virginia

Pada penelitian ini, persamaan luas lahan perkebunan tembakau selain virginia terdiri dari variabel harga riil tembakau di tingkat petani, variabel harga riil gabah di tingkat petani, variabel rata-rata upah riil buruh tani tembakau dan variabel tingkat teknologi. Harga riil gabah di tingkat petani harus diperhitungkan pada persamaan ini karena tanaman gabah dapat bersubstitusi dengan tanaman tembakau dalam penggunaan lahan. Harga riil gabah di tingkat petani berfungsi sebagai opportunity cost pada persamaan luas lahan perkebunan tembakau selain virginia. Adapun secara matematis, persamaan luas lahan perkebunan tembakau selain virginia dapat dirumuskan sebagai berikut:

LKTSVt = b0 + b1HTDPt + b2HGt + b3UBt + b4Tt + U2 ... (32)

dimana:

LKTSVt = luas lahan perkebunan tembakau selain virginia pada tahun

ke t (Ha)

HTDPt = harga riil tembakau di tingkat petani pada tahun ke t

(000 Rp/ton)

HGt = harga riil gabah di tingkat petani pada tahun ke t (000 Rp/ton)

UBt = rata-rata upah riil buruh tani tembakau pada tahun ke t

(000 Rp/tahun) Tt = tingkat teknologi

U2 = variabel pengganggu

Tanda dan besaran parameter yang diharapkan adalah b1 dan b4 > 0; b2 dan b3 <


(50)

34

4.1.1.3.Luas Lahan Perkebunan Tembakau Total

Luas lahan perkebunan tembakau total pada penelitian ini merupakan persamaan identitas yang terdiri dari dua variabel yaitu variabel luas lahan perkebunan tembakau virginia dan variabel luas lahan perkebunan tembakau selain virginia. Pada penelitian ini, luas lahan perkebunan tembakau total merupakan penjumlahan dari kedua variabel. Secara matematis, persamaan luas lahan perkebunan tembakau total dapat dirumuskan sebagai berikut:

LKTTt = LKTVt + LKTSVt ... (33)

dimana:

LKTTt = luas lahan perkebunan tembakau total pada tahun ke t (Ha)

LKTVt = luas lahan perkebunan tembakau virginia pada tahun ke t

(Ha)

LKTSVt = luas lahan perkebunan tembakau selain virginia pada tahun

Ke t (Ha)

4.1.2. Blok Tembakau

Blok tembakau diperlukan untuk menjawab tujuan ke dua dari penelitian ini. Blok tembakau terdiri dari enam persamaan struktural yaitu persamaan produksi tembakau domestik, total ekspor tembakau, total impor tembakau, permintaan tembakau oleh industri rokok kretek, harga riil tembakau di tingkat petani dan harga riil tembakau di tingkat konsumen. Adapun persamaan identitas pada blok tembakau ini ada dua yaitu penawaran tembakau dan permintaan tembakau total.


(51)

35

4.1.2.1.Produksi Tembakau Domestik

Pada penelitian ini, persamaan produksi tembakau domestik pada penelitian ini terdiri dari variabel luas lahan perkebunan tembakau total, curah hujan dan tingkat teknologi. Produksi tembakau domestik ini merupakan produksi tembakau total termasuk tembakau virginia dan tembakau selain virginia sehingga dipengaruhi oleh luas lahan perkebunan tembakau total yang merupakan penjumlahan dari luas lahan perkebunan tembakau virginia dan luas lahan perkebunan tembakau selain virginia. Secara matematis, persamaan produksi tembakau domestik dapat dirumuskan sebagai berikut:

PTDt = c0 + c1LKTTt + c2CHt + c3Tt + U3 ... (34)

dimana:

PTDt = produksi tembakau domestik pada tahun ke t (ton)

LKTTt = luas lahan perkebunan tembakau total pada tahun ke t (Ha)

CHt = curah hujan pada tahun ke t (mm/tahun)

Tt = tingkat teknologi

U3 = variabel pengganggu

Adapun tanda dan besaran parameter yang diharapkan adalah c1, c2 dan c3 > 0. 4.1.2.2.Total Ekspor Tembakau

Persamaan total ekspor tembakau pada penelitian ini terdiri dari variabel harga riil tembakau di tingkat konsumen, variabel harga riil ekspor tembakau Indonesia, variabel tingkat teknologi dan variabel total ekspor tembakau pada tahun sebelumnya. Variabel harga riil tembakau di tingkat konsumen merupakan


(52)

36 alternatif eksportir. Secara matematis, persamaan total ekspor tembakau dapat dirumuskan sebagai berikut:

TETt = d0 + d1HTDKt + d2HTETIt + d3Tt + d4LTETt-1 + U4 ... (35)

dimana:

TETt = total ekspor tembakau pada tahun ke t (ton)

HTDKt = harga riil tembakau di tingkat konsumen pada tahun ke t

(000 Rp/ton)

HTETIt = harga riil tembakau ekspor Indonesia pada tahun ke t

(000 Rp/ton) Tt = tingkat teknologi

LTETt-1 = total ekspor tembakau pada tahun ke t-1 (ton)

Adapun tanda dan besaran parameter yang diharapkan adalah d1 < 0; d2 dan d3 >

0; 0 < d4 < 1.

4.1.2.3.Total Impor Tembakau

Pada penelitian ini, persamaan total impor tembakau terdiri dari variabel harga riil tembakau di tingkat konsumen, variabel harga riil tembakau impor Indonesia dan variabel total impor tembakau pada tahun sebelumnya. Secara matematis, persamaan total impor tembakau dapat dirumuskan sebagai berikut: TMTt = e0 + e1HTDKt + e2HTMTIt + e3LTMTt-1 + U5 ... (36)

dimana:

TMTt = total impor tembakau pada tahun ke t (ton)

HTDKt = harga riil tembakau di tingkat konsumen pada tahun ke t

(000 Rp/ton)


(53)

37 (000 Rp/ton)

LTMTt-1 = total impor tembakau pada tahun ke t-1 (ton)

U5 = variabel pengganggu

Tanda dan besaran parameter yang diharapkan adalah e1 < 0; e2 > 0; 0 < e3 < 1. 4.1.2.4.Penawaran Tembakau

Persamaan penawaran tembakau pada penelitian ini merupakan persamaan identitas yang terdiri dari variabel produksi tembakau domestik, variabel total ekspor tembakau dan variabel total impor tembakau. Penawaran tembakau didapatkan dari produksi tembakau domestik dikurang total ekspor tembakau ditambah totalimpor tembakau. Secara matematis persamaan penawaran tembakau dapat dirumuskan sebagai berikut:

STt = PTDt – TETt + TMTt ... (37)

dimana:

STt= penawaran tembakau pada tahun ke t (ton)

PTDt= produksi tembakau domestik pada tahun ke t (ton)

TETt= total ekspor tembakau pada tahun ke t (ton)

TMTt= total impor tembakau pada tahun ke t (ton) 4.1.2.5.Permintaan Tembakau oleh Industri Rokok Kretek

Pada penelitian ini, permintaan tembakau oleh industri rokok kretek dipengaruhi oleh harga riil tembakau di tingkat konsumen, harga riil rokok kretek di tingkat produsen, harga riil cengkeh, tingkat teknologi dan permintaan tembakau oleh industri rokok kretek pada tahun sebelumnya. Cengkeh merupakan barang komplementer dari tembakau sebagai bahan baku rokok kretek sehingga secara teori permintaan tembakau oleh industri rokok kretek akan dipengaruhi


(54)

38 oleh harga riil cengkeh. Secara matematis, persamaan permintaan tembakau oleh rokok kretek dapat dirumuskan sebagai berikut:

DTORKt = f0 + f1HTDKt + f2HRKt + f3HCt + f4Tt + f5LDTORKt-1 + U6 ... (38)

dimana:

DTORKt = permintaan tembakau oleh industri rokok kretek pada

tahun ke t (ton)

HTDKt = harga riil tembakau di tingkat konsumen pada tahun ke t

(000 Rp/ton)

HRKt = harga riil rokok kretek di tingkat produsen pada tahun ke t

(Rp/batang)

HCt = harga riil cengkeh pada tahun ke t (000 Rp/ton)

Tt = tingkat teknologi

LDTORKt = permintaan tembakau oleh industri rokok kretek pada

tahun ke t-1 (ton) U6 = variabel pengganggu

Adapun tanda dan besaran parameter yang diharapkan adalah f1 dan f3 < 0; f2 dan

f4 > 0; 0 < f5 < 1.

4.1.2.6.Permintaan Tembakau Total

Pada penelitian ini, persamaan permintaan tembakau total merupakan persamaan identitas yang terdiri dari variabel permintaan tembakau oleh industri rokok kretek dan permintaan tembakau oleh perusahaan lain. Permintaan tembakau total merupakan penjumlahan dari permintaan tembakau oleh industri rokok kretek dan permintaan tembakau oleh industri lain. Secara matematis, persamaan tembakau total dapat dirumuskan sebagai berikut:


(55)

39 DTTt = DTORKt + DTOPLt ... (39)

dimana:

DTTt = permintaan tembakau total pada tahun ke t (ton)

DTORKt = permintaan tembakau oleh industri rokok kretek pada

tahun ke t (ton)

DTOPLt = permintaan tembakau oleh industri lain pada tahun ke t

(ton)

4.1.2.7.Harga Riil Tembakau di Tingkat Petani

Persamaan harga riil tembakau di tingkat petani pada penelitian ini dipengaruhi oleh variabel produksi tembakau domestik pada tahun sebelumnya, variabel permintaan tembakau total pada tahun sebelumnya, harga riil tembakau di tingkat konsumen dan harga riil tembakau di tingkat produsen pada tahun sebelumnya. Produksi tembakau domestik merupakan penawaran tembakau di tingkat petani sehingga secara teori akan berpengaruh terhadap harga riil tembakau di tingkat petani namun harga akan berubah setelah produksi tembakau domestik diketahui sehingga produksi tembakau domestik yang digunakan adalah produksi tembakau domestik pada tahun sebelumnya. Seperti produksi tembakau domestik, permintaan tembakau juga berpengaruh pada harga setelah permintaan tersebut diketahui sehingga permintaan yang digunakan adalah permintaan tembakau total pada tahun sebelumnya. Secara matematis, persamaan harga riil tembakau di tingkat petani dapat dirumuskan sebagai berikut:

HTDPt = g0 + g1LPTDt-1 + g2LDTTt-1 + g3HTDKt + g4LHTDPt-1 + U7 ... (40)

dimana:


(56)

40 (000 Rp/ton)

LPTDt-1 = produksi tembakau domestik pada tahun ke t-1 (ton)

LDTTt-1 = permintaan tembakau total pada tahun ke t-1 (ton)

HTDKt = harga riil tembakau di tingkat konsumen pada tahun ke t

(000 Rp/ton)

LHTDPt-1 = harga riil tembakau di tingkat petani pada tahun ke t-1

(000 Rp/ton)

U7 = variabel pengganggu

Adapun tanda dan besaran parameter yang diharapkan adalah g1 < 0; g2 dan g3 >

0; 0 < g4 < 1.

4.1.2.8.Harga Riil Tembakau di Tingkat Konsumen

Secara teori, harga merupakan perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran. Pada penelitian ini, harga riil tembakau di tingkat konsumen dipengaruhi oleh penawaran tembakau pada tahun sebelumnya, permintaan tembakau total pada tahun sebelumnya dan harga riil tembakau di tingkat konsumen pada tahun sebelumnya. Seperti pada persamaan harga riil tembakau di tingkat konsumen, permintaan dan penawaran tembakau berpengaruh terhadap harga setelah diketahui sehingga permintaan dan penawaran yang digunakan adalah pada tahun sebelumnya. Secara matematis, persamaan harga riil tembakau di tingkat konsumen dapat dirumuskan sebagai berikut:

HTDKt = h0 + h1LSTt-1 + h2LDTTt-1 + h3LHTDKt-1 + U8 ... (41)

dimana:

HTDKt = harga riil tembakau di tingkat konsumen pada tahun ke t


(57)

41 LSTt-1 = penawaran tembakau pada tahun ke t-1 (ton)

LDTTt-1 = permintaan tembakau pada tahun ke t-1 (ton)

LHTDKt-1 = harga riil tembakau di tingkat konsumen pada tahun ke t-1

(000 Rp/ton)

U8 = variabel pengganggu

Adapun tanda dan besaran parameter yang diharapkan adalah h1 < 0; h2 > 0; 0 <

h3 < 1.

4.1.3. Blok Rokok Kretek

Blok rokok kretek diperlukan untuk menjawab tujuan pertama dari penelitian ini. Blok rokok kretek terdiri dari lima persamaan struktural yaitu persamaan produksi rokok kretek, total ekspor rokok kretek, permintaan rokok kretek, harga riil rokok kretek di tingkat konsumen dan harga riil rokok kretek di tingkat produsen. Adapun persamaan identitas pada blok tembakau ini ada satu yaitu penawaran rokok kretek.

4.1.3.1.Produksi Rokok Kretek

Persamaan produksi rokok kretek pada penelitian ini terdiri dari variabel harga riil rokok kretek di tingkat produsen, Harga riil ekspor rokok kretek, harga riil tembakau di tingkat konsumen, harga riil cengkeh, tingkat suku bunga pada tahun sebelumnya, tingkat teknologi dan produksi rokok kretek pada tahun sebelumnya. Harga riil tembakau di tingkat konsumen dan harga riil cengkeh merupakan komponen biaya variabel produksi rokok kretek sedangkan tingkat suku bunga merupakan komponen biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan rokok kretek apabila meminjam dana dari bank. Harga riil ekspor rokok kretek merupakan insentif alternatif bagi perusahaan rokok kretek untuk memproduksi


(1)

151

Data Set Options

DATA= HARD OUT= A

Solution Summary

Variables Solved 17 Simulation Lag Length 1 Solution Range TAHUN First 2006 Last 2010 Solution Method NEWTON CONVERGE= 1E-8 Maximum CC 2.13E-16 Maximum Iterations 1 Total Iterations 5 Average Iterations 1

Observations Processed

Read 6 Lagged 1 Solved 5 First 17 Last 21

Variables LKTV LKTSV LKTT PTD TMT TET ST DTORK DTT HTDP HTDK PRK TEXRK SRK DRK HCRK HRK


(2)

152

The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation

Solution Range TAHUN = 2006 To 2010

Descriptive Statistics

Actual Predicted

Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label

LKTV 5 5 32953.2 3606.3 30684.8 3417.6 luas perkebunan tembakau virginia (Ha)

LKTSV 5 5 160103 8901.6 139490 22117.8 luas perkebunan tembakau selain virginia (Ha) LKTT 5 5 193056 12266.3 170175 21979.3 luas perkebunan tembakau total (Ha) PTD 5 5 158268 16777.4 136178 22701.0 produksi tembakau domestik (ton) TMT 5 5 64088.4 10239.1 53660.2 1302.0 total impor tembakau

(ton)

TET 5 5 52151.0 3939.3 53700.5 3294.4 total ekspor tembakau (ton) ST 5 5 170206 23454.6 136138 20966.4 penawaran tembakau total (ton)

DTORK 5 5 133214 7758.9 136603 5316.3 permintaan tembakau oleh perusahaan rokok kretek (ton) DTT 5 5 146331 17865.2 149719 19944.9 permintaan tembakau total (ton)

HTDP 5 5 21132.6 3471.2 18380.5 2429.7 harga riil tembakau di tingkat petani (000 Rp/ton) HTDK 5 5 40093.7 2916.5 36016.8 1773.1 harga riil tembakau di tingkat konsumen (000 Rp/ton) PRK 5 5 222024 12931.5 227146 7934.8 produksi rokok kretek (juta batang)

TEXRK 5 5 1675.1 110.1 1697.0 123.0 total espor rokok kretek (juta batang)

SRK 5 5 220349 12837.0 225449 7812.1 penawaran rokok kretek (juta batang)

DRK 5 5 212558 4785.4 195989 8716.7 permintaan rokok kretek (juta batang)

HCRK 5 5 369.6 60.9523 393.8 54.1145 harga riil rokok kretek di tingkat konsumen

(Rp/batang)

HRK 5 5 164.4 17.8706 164.6 3.6690 harga riil rokok kretek di tingkat produsen


(3)

153

Solution Range TAHUN = 2006 To 2010

Statistics of fit

Mean Mean % Mean Abs Mean Abs RMS RMS %

Variable N Error Error Error % Error Error Error R-Square

LKTV 5 -2268.4 -6.6969 2737.4 8.0918 3069.3 8.9040 0.0945 LKTSV 5 -20612.6 -12.5279 27059.3 16.5381 30775.4 18.5585 -13.94 LKTT 5 -22881.0 -11.5136 28109.2 14.2097 32684.7 16.2758 -7.875 PTD 5 -22089.9 -12.2206 37326.5 23.4506 39409.3 24.4291 -5.897 TMT 5 -10428.2 -14.6814 10428.2 14.6814 13472.6 18.5337 -1.164 TET 5 1549.5 3.2517 3207.3 6.3371 3560.3 7.1003 -.0210 ST 5 -34067.6 -18.1283 43930.0 24.9793 47540.2 26.3958 -4.135 DTORK 5 3388.6 2.6655 4614.3 3.5421 5053.9 3.9560 0.4696 DTT 5 3388.6 2.2357 4614.3 3.1049 5053.9 3.3629 0.9000 HTDP 5 -2752.1 -12.0637 2753.8 12.0754 3481.1 15.2172 -.2571 HTDK 5 -4076.8 -9.8891 4076.8 9.8891 4764.0 11.3335 -2.335 PRK 5 5122.0 2.4445 7350.0 3.4007 8274.7 3.9149 0.4882 TEXRK 5 21.9591 1.2748 22.0273 1.2792 25.3205 1.4569 0.9339 SRK 5 5100.1 2.4537 7338.2 3.4212 8267.6 3.9416 0.4815 DRK 5 -16569.2 -7.7214 16774.1 7.8190 19664.2 9.1245 -20.11 HCRK 5 24.1435 7.0394 24.1435 7.0394 27.4957 8.6293 0.7456 HRK 5 0.1683 1.3297 13.9450 9.3243 17.7525 12.8136 -.2335

Theil Forecast Error Statistics

MSE Decomposition Proportions

Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U

LKTV 5 9420604 0.78 0.55 0.03 0.42 0.00 0.45 0.0927 0.0480 LKTSV 5 9.4713E8 -0.21 0.45 0.49 0.06 0.15 0.40 0.1920 0.1022 LKTT 5 1.0683E9 -0.09 0.49 0.40 0.11 0.07 0.44 0.1690 0.0896 PTD 5 1.5531E9 -0.70 0.31 0.61 0.07 0.02 0.67 0.2479 0.1328 TMT 5 1.8151E8 0.58 0.60 0.10 0.30 0.35 0.05 0.2081 0.1138 TET 5 12675500 0.52 0.19 0.10 0.71 0.03 0.78 0.0681 0.0336 ST 5 2.2601E9 -0.39 0.51 0.32 0.16 0.00 0.48 0.2772 0.1539 DTORK 5 25542300 0.86 0.45 0.06 0.49 0.19 0.36 0.0379 0.0187 DTT 5 25542300 0.98 0.45 0.18 0.37 0.14 0.41 0.0343 0.0170 HTDP 5 12118092 0.73 0.62 0.00 0.37 0.07 0.30 0.1630 0.0873 HTDK 5 22695623 0.39 0.73 0.01 0.25 0.05 0.22 0.1186 0.0625 PRK 5 68470602 0.86 0.38 0.12 0.49 0.29 0.33 0.0372 0.0184 TEXRK 5 641.1 1.00 0.75 0.21 0.04 0.21 0.04 0.0151 0.0075 SRK 5 68353022 0.86 0.38 0.12 0.50 0.30 0.32 0.0375 0.0185 DRK 5 3.8668E8 -0.50 0.71 0.25 0.04 0.03 0.26 0.0925 0.0481 HCRK 5 756.0 0.97 0.77 0.03 0.20 0.05 0.18 0.0736 0.0357 HRK 5 315.2 -0.47 0.00 0.37 0.63 0.51 0.49 0.1075 0.0538


(4)

154

The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation

Solution Range TAHUN = 2006 To 2010

Theil Relative Change Forecast Error Statistics

Relative Change MSE Decomposition Proportions

Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U

LKTV 5 0.00955 0.91 0.58 0.02 0.40 0.08 0.34 0.6074 0.3400 LKTSV 5 0.0373 -0.02 0.46 0.32 0.21 0.01 0.53 2.1558 0.7244 LKTT 5 0.0293 0.16 0.50 0.20 0.29 0.00 0.50 1.8263 0.6943 PTD 5 0.0579 -0.56 0.35 0.47 0.17 0.01 0.64 1.9673 0.7783 TMT 5 0.0482 0.77 0.62 0.00 0.38 0.04 0.33 0.9636 0.5323 TET 5 0.00473 0.74 0.21 0.19 0.60 0.02 0.77 0.8526 0.3800 ST 5 0.0750 0.17 0.53 0.16 0.31 0.01 0.46 1.7543 0.6991 DTORK 5 0.00156 0.76 0.45 0.02 0.54 0.16 0.39 0.7484 0.3459 DTT 5 0.00112 0.99 0.43 0.08 0.49 0.05 0.52 0.1963 0.0966 HTDP 5 0.0319 0.76 0.61 0.02 0.37 0.01 0.38 0.8570 0.4965 HTDK 5 0.0146 0.65 0.75 0.04 0.22 0.00 0.25 1.4192 0.6710 PRK 5 0.00153 0.73 0.38 0.00 0.62 0.13 0.49 0.7421 0.3461 TEXRK 5 0.000230 -0.74 0.77 0.22 0.01 0.03 0.21 0.3479 0.1508 SRK 5 0.00155 0.72 0.38 0.00 0.62 0.13 0.49 0.7439 0.3474 DRK 5 0.00865 0.72 0.72 0.21 0.07 0.12 0.15 1.9632 0.7177 HCRK 5 0.00671 0.96 0.72 0.02 0.26 0.05 0.23 0.5367 0.2513 HRK 5 0.0106 0.81 0.00 0.03 0.97 0.23 0.77 0.5890 0.3429


(5)

155

2 32674.44 131409.29 164083.74 129590.21 54804.83 51684.48 132710.55 133139.99 145482.99 3 34795.52 134189.04 168984.56 139083.04 54686.70 53357.74 140412.00 136735.96 137939.96 4 30184.18 118057.98 148242.16 115943.62 51951.88 56122.67 111772.83 140355.60 181781.60 5 30113.73 176872.78 206986.51 173769.68 52594.57 57753.08 168611.18 142982.32 129911.32

Obs HTDP HTDK PRK TEXRK SRK DRK HCRK HRK

1 15133.88 33945.36 216949.33 1535.64 215413.69 194950.09 336.674 167.753 2 17409.78 35176.11 222031.74 1627.08 220404.67 210512.25 339.400 166.604 3 18590.37 35947.33 227430.06 1700.42 225729.64 195636.04 431.483 167.100 4 18960.08 36257.03 232570.54 1768.78 230801.76 187755.31 456.674 162.242 5 21808.56 38758.30 236748.45 1853.33 234895.12 191090.18 404.647 159.301


(6)

156

Semarang, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara,

pasangan Bapak Sukirno, BSc dan Ibu Kelasworo, SIP. Penulis menamatkan

sekolah dasar di SD Negeri 1 Gebangsari pada tahun 2002. Kemudian

melanjutkan ke SMP Negeri 6 Semarang, lulus pada tahun 2005. Penulis

selanjutnya diterima di SMA Negeri 5 Semarang, dan lulus tahun 2008. Pada

tahun 2008, penulis melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Institut

Pertanian Bogor (IPB).

Penulis diterima di perguruan tinggi tersebut melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI). IPB menjadi pilihan penulis dengan harapan agar

penulis memperoleh ilmu serta pola pikir yang baik sehingga akhirnya menjadi

sumber daya yang berguna bagi pembangunan daerah asal yaitu Semarang.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa,

penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan seperti REESA dan

FEMOUS.