Simulasi Model Estimasi Perubahan Kesejahteraan

52 Statistik RMSPE digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai variabel endogen hasil pendugaan menyimpang dari alur nilai-nilai aktualnya dalam ukuran relatif persen, atau seberapa dekat nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Nilai statistik U Theil bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Nilai statistik U Theil berkisar antara 1 dan 0. Jika U = 0 maka pendugaan model sempurna, jika U = 1 maka pendugaan model naïf.

4.3. Simulasi Model

Simulasi model diperlukan untuk mempelajari sejauh mana dampak dari perubahan variabel-variabel eksogen terhadap variabel-variabel endogen di dalam model. Pada penelitian ini simulasi diperlukan untuk menjawab tujuan ke tiga dan ke empat dari penelitian ini yaitu: 1. Mengestimasi pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek terhadap permintaan, penawaran dan harga rokok kretek. 2. Mengestimasi pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek terhadap permintaan, penawaran dan harga tembakau. Kajian simulasi ini dilakukan untuk mengetahui dampak diberlakukannya kebijakan tarif cukai rokok kretek terhadap kesejahteraan petani, perusahaan rokok dan konsumen rokok serta mengetahui besarnya perubahan penerimaan pemerintah apabila terjadi perubahan pada tarif cukai rokok kretek yang berlaku. Simulasi historis diperlukan untuk menjawab tujuan ketiga,empat, lima dan enam dari penelitian ini. Skenario simulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah kenaikan tarif cukai rokok kretek sebesar sepuluh persen. Pemerintah menetapkan besaran kenaikan tarif cukai sebesar sepuluh persen tiap tahun pada tahun 2011. 53

4.4. Estimasi Perubahan Kesejahteraan

Kesejahteraan dapat diestimasi dengan perubahan surplus ekonomi Perloff, 2008. Surplus ekonomi pada penelitian ini terdiri dari surplus produsen tembakau, surplus konsumen tembakau, surplus produsen rokok kretek, surplus konsumen rokok kretek dan penerimaan pemerintah dari adanya tarif cukai rokok kretek. Analisis surplus ekonomi digunakan untuk menyelesaikan tujuan ke lima dari penelitian ini yaitu mengestimasi pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek terhadap kesejahteraan petani tembakau, kesejahteraan konsumen tembakau, kesejahteraan konsumen rokok kretek, kesejahteraan produsen rokok kretek dan pendapatan pemerintah. Pada penelitian ini, perubahan surplus ekonomi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: ��� = ��� � ��� � − ��� � + � � � ��� � − ��� � ��� � − ��� � ...... 52 ��� = ��� � ���� � − ���� � + � � � ��� � − ��� � ���� � − ���� � ............................................................................................................................. 53 ��� = ��� � ��� � − ��� � ��� � ............................................................. 54 dimana: ΔSP = Perubahan surplus produsen ΔSK = Perubahan surplus konsumen ΔPP = Perubahan penerimaan pemerintah b = Nilai simulasi dasar s = Nilai simulasi kebijakan

V. KONDISI UMUM SEKTOR TEMBAKAU DAN SEKTOR ROKOK

KRETEK 5.1. Kondisi Umum Sektor Tembakau Komoditas tembakau dan produk-produk turunannya merupakan produk pertanian bernilai tinggi. Dari aspek ekonomi, tembakau merupakan sumber pendapatan petani, penerimaan pemerintah dari dalam negeri, dan menyediakan kesempatan kerja Sudaryanto, 2010. Kondisi sektor tembakau ditinjau dari perkembangan ekonominya mengalami pasang surut selama kurun waktu penelitian ini. Secara umum, luas lahan tembakau mengalami tren penurunan dalam waktu penelitian 1990-2010. Produksi tembakau dari kurun waktu 2000- 2010 juga terus mengalami penurunan. Harga riil daun tembakau mengalami peningkatan hingga tujuh kali lipat dari Rp 1 016 per kg pada tahun 1996 menjadi Rp 7 580 per kg pada tahun 2006 Kosen, 2012.

5.1.1. Luas Lahan Perkebunan Tembakau

Penelitian yang dilakukan oleh Kosen 2012 telah membahas lengkap mengenai kondisi luas lahan perkebunan tembakau di Indonesia. Dalam kurun waktu tahun 1990-2009, persentase luas lahan tembakau terhadap arable land menunjukkan kecenderungan yang menurun, yaitu dari 1.16 persen pada tahun 1990 menjadi 0.87 persen pada tahun 2009. Bersamaan dengan itu, proporsi lahan tembakau terhadap lahan pertanian, menunjukkan kecenderungan yang menurun juga, yaitu dari 0.52 persen tahun 1990 menjadi 0.38 persen tahun 2009. Kecenderungan yang menurun ini menunjukkan semakin sedikitnya lahan yang diutilisasi untuk ditanami tembakau. Menurut jenisnya, tembakau dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu voor-oogst dan na-oogst. voor-oogst adalah kelompok tembakau yang biasa