Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sampah adalah perlakuan terhadap sampah yang bertujuan untuk mengurangi masalah yang
berkaitan dengan lingkungan yang meliputi tiga kegiatan yaitu, pengumpulan atau penyimpanan, pengangkutan, dan pemusnahan atau pembuangan.
Sampah sebagai salah satu wujud permasalahan lingkungan yang kompleks turut andil dalam kerusakan lingkungan hidup. Minimnya kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan sampah dan kebiasaan masyarakat yang tidak disiplin dalam membuang sampah mengakibatkan meningkatnya jumlah timbunan
sampah yang tidak diimbangi dengan pengelolaan sampah tepat guna sehingga mengakibatkan dampak ekologis yang cukup serius yakni mencakup dampak
sosial dan dampak terhadap lingkungan. Dampak sosial yang ditimbulkan akibat pengelolaaan sampah yang tidak tepat guna adalah munculnya konflik sosial
yakni konflik antara pemerintah dengan masyarakat konflik vertikal dan konflik antarkelompok masyarakat konflik horizontal, sedangkan dampak lingkungan
yang muncul, yaitu pencemaran udara akibat bau sampah, pencemaran air tanah akibat air lindi yang merembes ke tanah, dan bencana banjir tahunan yang terus
terjadi terutama di kota-kota besar di Indonesia.
2.1.3 Konsep Partisipasi
Pengertian partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Makmur 2005 adalah hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan.
Partisipasi dapat pula diartikan keikutsertaan seseorang secara sukarela tanpa dipaksa. Menurut Sastropoetro 1988, partisipasi adalah keterlibatan spontan
dengan kesadaran disertai tanggungjawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan. Rusidi 1990 menyatakan bahwa partisipasi sebagai
keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan yang diadakan pihak lain kelompok, asosiasi, organisasi pemerintahan, dan sebagainya, dimana
keikutsertaannya itu diwujudkan dalam bentuk pencurahan tenaga, pikiran, dan atau dana material. Tjokroamidjojo 1977 yang dikutip oleh Bakri 1992
menyatakan bahwa partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam menentukan arah, strategi dalam kebijaksanaan kegiatan, memikul beban dan
pelaksanaan kegiatan, memetik hasil dan manfaat kegiatan secara adil.
Koentjaraningrat 1974 berpendapat bahwa partisipasi berarti memberi sumbangan dalam turut menentukan arah atau tujuan pembangunan, dimana
ditekankan bahwa partisipasi itu adalah hak dan kewajiban bagi setiap masyarakat. Undang-undang nomor 4 tahun 1982 dinyatakan bahwa setiap orang
berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah, serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
partisipasi sebagai sesuatu keterlibatan seseorang atau masyarakat untuk berperanserta secara aktif dalam suatu kegiatan, dalam hal ini kegiatan
pembangunan untuk menciptakan, melaksanakan serta memelihara lingkungan yang bersih dan sehat.
Cohen dan Uphoff 1997 yang dikutip oleh Pratiwi 2008 membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu:
1. Tahap Pengambilan Keputusan, diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam kegiatan rapat. 2.
Tahap Pelaksanaan, merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata
partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, materi, dan keterlibatan sebagai
anggota proyek. 3.
Tahap Menikmati Hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan berarti proyek tersebut
berhasil mengenai sasaran. 4.
Tahap Evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberikan masukan demi
perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang menurut
Pangestu yang dikutip oleh Pratiwi 2008 terbagi menjadi dua, yaitu: a.
Faktor internal dari individu, mencakup ciri-ciri atau karakteristik individu yang meliputi umur, pendidikan formal, pendapatan, status pekerjaan,
lama tinggal, status tempat tinggal.
b. Faktor eksternal, merupakan faktor diluar karakteristik individu yang
meliputi hubungan antara pengelola dengan masyarakat, kebutuhan masyarakat, pelayanan pengelola, dan kegiatan penyuluhan.
Angell 1967 seperti dikutip oleh Bakri 1992 menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi seseorang dalam mengikuti kegiatan di
lingkungannya antara lain: 1 Usia, individu yang berusia menengah ke atas cenderung untuk aktif
berpartisipasi dalam kegiatan yang ada di lingkungannya. 2 Pekerjaan, individu yang mempunyai pekerjaan tetap cenderung aktif
berpartisipasi. 3 Penghasilan, semakin tinggi penghasilan maka semakin banyak partisipasi
yang diberikan, sebab jika seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya maka tingkat partisipasinya cenderung rendah.
4 Pendidikan, semakin tinggi jenjang pendidikan induvidu maka semakin luas pengetahuannya, dan kesadarannya terhadap lingkungan. Hal ini
mendorong individu tersebut untuk terlibat pada masalah-masalah kemasyarakatan.
5 Lama tinggal, semakin lama tinggal di suatu tempat maka semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya
sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara lingkungan tempat tinggalnya.
Hasil penelitian Bakri 1992 mengenai pengelolaan sampah pemukiman dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya di Kota Depok, menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program kebersihan lingkungan antara lain: usia, tingkat pendidikan,
pendapatan, keadaan lingkungan pemukiman, lama tinggal, luas halaman, serta bimbingan dan penyuluhan.
Dalam menerapkan konsep Reduce, Reuse, dan Recycle diperlukan partisipasi atau keterlibatan masyarakat guna mengatasi permasalahan sampah
beserta cara pengelolaannya. Pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat yang sesungguhnya sangat murah dan dapat dilakukan secara kolektif oleh masyarakat,
seperti dengan model pengelolaan komposting atau daur ulang. Partisipasi aktif masyarakat dalam segala bentuk program yang dicanangkan oleh pemerintah
sangat dibutuhkan sebagai upaya mengatasi permasalahan sampah sehingga dapat tercipta lingkungan yang bersih, sehat dan berkelanjutan.
2.1.4 Konsep Perilaku