Frekuensi Hadir Bimbingan dan Penyuluhan

program artinya sebagian besar responden tingkat partisipasinya tinggi terhadap program. Variabel keadaan lingkungan rumah tidak dapat dikorelasikan dengan tingkat partisipasi melalui uji korelasi Spearman dikarenakan adanya keseragaman data 100 persen responden keadaan lingkungan rumahnya bersih. Artinya, tidak ada hubungan antara keadaan lingkungan rumah dengan tingkat partisipasi peserta program, sehingga data primer dalam Tabel 14 cukup dijabarkan secara deskriptif saja. Tabel 14. Persentase Responden Menurut Keadaan Lingkungan Rumah dan Tingkat partisipasi di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Variabel Kategori Tingkat Partisipasi Rendah Tinggi Keadaan lingkungan rumah Bersih 38,9 61,1 Kotor

6.1.2.3 Frekuensi Hadir Bimbingan dan Penyuluhan

Frekuensi hadir dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan dikategorikan menjadi dua yaitu jarang dan sering. Tabel 15 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi adalah 68,9 persen responden yang sering hadir kegiatan bimbingan dan penyuluhan, sedangkan 63,2 persen responden yang jarang menghadiri bimbingan dan penyuluhan tingkat partisipasinnya cenderung rendah. Tabel 15. Persentase Responden Menurut Frekuensi Hadir Bimbingan Penyuluhan dan Tingkat partisipasi di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Variabel Kategori Tingkat Partisipasi Rendah Tinggi Frekuensi hadir bimbingan dan penyuluhan Jarang 63,2 36,8 Sering 31,1 68,9 Hasil uji Spearman diperoleh nilai +0,284 artinya antara frekuensi hadir bimbingan dan penyuluhan dengan tingkat partisipasi berkorelasi positif dan nyata. Artinya, semakin sering hadir dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan, maka tingkat partisipasi responden semakin tinggi. Responden yang sering menghadiri kegiatan bimbingan dan penyuluhan maka pengetahuan dan pemahaman terhadap program bertambah, sehingga cenderung berpartisipasi aktif dalam program. Namun, responden yang jarang menghadiri kegiatan bimbingan dan penyuluhan maka pengetahuan serta pemahaman terhadap program berkurang, sehingga cenderung tidak berpartisipasi aktif dalam program. Hubungan antara frekuensi hadir bimbingan dan penyuluhan dengan tingkat partisipasi nyata, artinya hasil uji korelasi Speraman dalam Tabel 15 dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi warga RW 14.

6.2 Tahapan Partisipasi

Menurut Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Pratiwi 2009, partisipasi terbagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi. Namun, pembahasan mengenai tingkat partisipasi rumah tangga dalam program fokus pada tahapan perencanaan, pelaksanaa, dan menikmati hasil, sedangkan tahapan evaluasi tidak dibahas dalam bab ini karena belum ada evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, sehingga dapat dipastikan warga tidak berpartisipasi dalam tahapan evaluasi program. Berikut analisis tingkat partisipasi rumah tangga dalam Program Komposting Rumah Tangga berdasarkan tahapan partisipasinya.

6.2.1 Tahap Pengambilan Keputusan Perencanaan

Program Komposting Rumah Tangga merupakan program yang bersifat top down dan termasuk salah satu program pengelolaan sampah Kota Depok yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Artinya, dalam menyusun dan merencanakan program tidak melibatkan warga RW 14. Hal ini menunjukkan perencanaan program tidak partisipatif karena Dinas Kebersihan dan Pertamanan selaku perencana dan penanggungjawab program sekaligus pengambil keputusan tidak melibatkan warga RW 14 yang merupakan sasaran dalam pelaksanaan Program Komposting Rumah Tangga. Salah satu tujuan Program Komposting Rumah Tangga adalah terbentuknya kelembagaan sebagai penjamin keberlanjutan program di RW 14. Oleh karena itu, warga RW 14 berinisiatif untuk membentuk kelembagaan RW Hijau dan kader lingkungan guna mensukseskan Program Komposting Rumah