sampah kering mudah terbakar kertas, karton, kayu, kain, kulit dan sampah kering sulit terbakar pecahan gelas, botol, dan kaca.
c. Sampah Lembut, yaitu sampah yang susunannya terdiri atas partikel-
partikel kecil dan memiliki sifat mudah berterbangan serta membahayakan atau mengganggu pernafasan dan mata, seperti debu dan abu.
Sumber sampah yang utama dari suatu kota adalah perumahan, pasar, industri, serta jalan-jalan dan tempat umum atau tempat rekreasi. Sampah
sebagian besar terdiri dari bahan organik, kertas, logam, kaca, dan plastik. Sampah yang berasal dari perumahan mempunyai jumlah zat organik yang jauh
lebih besar. Sampah organik umumnya terdiri atas sisa sayur-sayuran, buah- buahan, dan biji-bijian.
2.1.2 Pengelolaan Sampah dan Dampak yang Ditimbulkan
Hadiwiyoto 1983 mendefinisikan pengelolaan sampah identik dengan penanganan, yakni perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau
menghilangkan masalah-masalah yang muncul berkaitan dengan lingkungan. Menurut UDSP Kota Depok 2004 yang dikutip oleh Astuti 2005, pengelolaan
sampah meliputi kegiatan sebagai berikut: 1.
Pemilahan, yaitu pemisahan sampah atas sampah organik dan sampah anorganik yang dimulai dari sumbernya.
2. Pewadahan, yaitu penampungan sampah sementara di tempat sumbernya,
baik sumber masing-masing individual maupun secara bersama-sama pada suatu tempat komunal.
3. Pengumpulan, yaitu penanganan sampah dengan cara mengumpulkan dari
tiap-tiap sumber sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan sementara atau diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses
pemindahan. 4.
Pemindahan, yaitu upaya memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke TPAS.
5. Pengolahan, yaitu upaya untuk mengurangi volume sampah atau
mengubah sampah menjadi benda yang bermanfaat, antara lain dengan
pembakaran, pengomposan, pemadatan, penghancuran, pengeringan, dan pendaurulangan serta penggunaan kembali sampah wadah tanpa daur
ulang. 6.
Pengangkutan, yaitu tahap membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju TPAS.
7. Tempat Pembuangan Akhir Sampah yaitu tempat untuk mengkarantina
sampah yang telah diangkut. Saat ini beberapa elemen masyarakat sudah mulai tanggap terhadap
permasalahan sampah yang semakin kompleks , yaitu dengan dikembangkannya konsep penanggulangan sampah ā3R+1Pā yang meliputi Reduce, Reuse, Recycle,
and Participation . Konsep ini merupakan pedoman sederhana untuk membantu
masyarakat dalam meminimumkan sampah, baik di tempat kerja, sekolah, maupun di rumah. Orientasi penerapan konsep ā3R+1Pā lebih ditekankan pada
penanganan sampah anorganik, sedangkan untuk sampah organik dikembangkan dalam bentuk pengolahan kompos. Berikut dijabarkan secara jelas definisi dari
masing-masing konsep tersebut DKP Depok, 2007. a
Reduce, masyarakat diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan yang dapat menimbulkan sampah terutama sampah anorganik, sehingga dapat
membiasakan diri hidup dengan penuh ketelitian, kehati-hatian, dan cermat agar sampah yang dihasilkan dapat ditekan seminimal mungkin.
b Reuse, masyarakat diharapkan untuk menggunakan kembali artinya
memakai bahan yang sama lebih dari sekali daripada harus membuangnya setelah sekali pakai. Konsep memakai kembali ini dapat menghemat
energi dan sumber daya untuk membuat produk baru.
c Recycle, masyarakat diharapkan dapat mendaur ulang, yaitu
mengembalikan sampah ke pabrik sehingga dapat digunakan kembali sebagai bahan baku untuk membuat produk yang sama atau sedapat
mungkin barang-barang yang sudah tidak terpakai didaur ulang, walaupun
tidak semua barang dapat didaur ulang.
d Participation, keikutsertaan masyarakat dalam program pembangunan.
Konsep ini akan dibahas lebih lanjut pada sub bab 2.1.3 mengenai Konsep
Partisipasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sampah adalah perlakuan terhadap sampah yang bertujuan untuk mengurangi masalah yang
berkaitan dengan lingkungan yang meliputi tiga kegiatan yaitu, pengumpulan atau penyimpanan, pengangkutan, dan pemusnahan atau pembuangan.
Sampah sebagai salah satu wujud permasalahan lingkungan yang kompleks turut andil dalam kerusakan lingkungan hidup. Minimnya kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan sampah dan kebiasaan masyarakat yang tidak disiplin dalam membuang sampah mengakibatkan meningkatnya jumlah timbunan
sampah yang tidak diimbangi dengan pengelolaan sampah tepat guna sehingga mengakibatkan dampak ekologis yang cukup serius yakni mencakup dampak
sosial dan dampak terhadap lingkungan. Dampak sosial yang ditimbulkan akibat pengelolaaan sampah yang tidak tepat guna adalah munculnya konflik sosial
yakni konflik antara pemerintah dengan masyarakat konflik vertikal dan konflik antarkelompok masyarakat konflik horizontal, sedangkan dampak lingkungan
yang muncul, yaitu pencemaran udara akibat bau sampah, pencemaran air tanah akibat air lindi yang merembes ke tanah, dan bencana banjir tahunan yang terus
terjadi terutama di kota-kota besar di Indonesia.
2.1.3 Konsep Partisipasi