BAB VII EVALUASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA
Evaluasi program merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
secara sistematis dan objektif. Secara umum program ini bertujuan untuk mengurangi volume sampah yang keluar dari masing-masing rumah tangga,
melalui upaya pemilahan sampah organik dengan anorganik, pengomposan dengan Keranjang Takakura atau lubang resapan Biopori, dan daur ulang sampah
anorganik. Evaluasi Program Komposting Rumah Tangga menggunakan Model CIPP
yaitu model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem, artinya konteks, masukan, proses dan hasil merupakan sasaran
evaluasi yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan Musa, 2005.
7.1 Evaluasi Konteks
Evaluasi konteks merupakan upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani,
serta tujuan proyek. Evaluasi konteks fokus pada evaluasi tujuan program, aksi, dan kesepakatan kolektif rumah tangga.
7.1.1 Tujuan Program
Tabel 28 menunjukkan perbandingan antara tujuan khusus program yang dalam kerangka acuan dengan hasil yang telah dicapai. Kerangka acuan kerja
tujuan pertama yakni berkurangnya sampah dari RW percontohan yang harus dibuang ke TPS. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa jumlah sampah yang
dibuang ke TPS berkurang, hal ini didasarkan pada keterangan petugas pengangkut sampah dari Dinas Kebersihan Bapak HS:
“Biasanya saya ngambil sampah di TPS kompleks ini hari rabu atau jumat, seminggu sekali mbak, tapi semenjak jadi RW
percontohan, jumlah sampahnya berkurang mbak, biasanya kan sampai numpuk-numpuk gitu. Saya juga jadi enak,
ngangkut sampah dari TPS ini jadi dua minggu sekali, malah pernah sebulan sekali.”
Berdasarkan pernyataan diatas maka terdapat kesesuaian antara tujuan dengan implementasi di lapang, artinya tujuan pertama tercapai dengan baik.
Tabel 28. Perbandingan Tujuan Program Menurut Kerangka Acuan dan Hasil yang Dicapai di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok
Tahun 2009
Fokus Evaluasi
Kerangka Acuan Hasil yang Dicapai
Tujuan
Berkurangnya sampah dari RW percontohan yang harus dibuang ke
TPS Jumlah sampah yang dibuang ke
TPS berkurang Terbangunnya modal sosial warga
di RW percontohan untuk secara kolektif dan mandiri mengelola
sampah di lingkungannya Warga mengelola sampah secara
kolektif dan mandiri dimulai dari skala rumah tangga
Terbentuknya kelembagaan
di tingkat
RW untuk
menjamin keberlanjutan program
Terbentuknya kelompok kerja Pokja RW Hijau
Kerangka acuan untuk tujuan kedua adalah terbangunnya modal sosial warga di RW percontohan untuk secara kolektif dan mandiri mengelola sampah di
lingkungannya. Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan yakni warga mengelola sampah secara kolektif dan mandiri, hal ini didasarkan pada pernyataan kader
yang memantau kegiatan pengelolaan sampah di masing- masing rumah tangga, Ibu DS:
“ Semenjak ada program komposting warga jadi termotivasi untuk mengelola sampah, ya bikin kompos pakai Takakura,
ngumpulin sampah kemasan yang nantinya dikumpulkan secara kolektif oleh kader untuk dijual ke lapak bahkan ada
yang membuat kreasi dari sampah, serti kader di RT 3 itu lho mbak yang bikin tas, dompet, dari sedotan bekas aqua gelas.”
Pernyataan kader didukung dengan pernyataan responden, Ibu TY: “ Biasanya saya kalau ada sampah ya langsung dibuang gitu
aja mbak, nggak pakai dipilah atau diolah dulu. Tapi semenjak ada program ini, setiap habis masakn kan banyak tu sampah
sayurannya, ya saya masukin ke Takakura ajah biar jadi kompos, kan lumayan buat pupuk tanaman hias di halam
rumah saya, jadi nggak perlu beli pupuk di luar. Saya juga suka ngumupulin sampah yang plastiknya mbak, kan lumayan
kalau dijual masuk ke kas RT daripada dikasih pemulung.”
Pernyaataan kedua responden diatas menunjukkan bahwa tujuan kedua tercapai dengan baik.
Tujuan ketiga kerangka acuannya adalah terbentuknya kelembagaan di tingkat RW untuk menjamin keberlanjutan program. Tujuan ini terwujud dengan
dibentuknya Kelompok Kerja Pokja RW Hijau yang bertugas untuk mewadahi semua kegiatan dalam program. Ketika ada surat keputusan mengenai rencana
pelaksanaan Program Komposting Rumah Tangga di RW 14, maka warga berinisiatif membentuk lembaga untuk mewadahi pelaksanaan program. yang
dinamakan Pokja RW Hijau. Berikut pernyataan Bapak MN selaku inisiator Pokja RW Hijau:
“ Begitu tahu akan ada program ini, saya langsung rembug dengan RW, namun peran RW yang menjabat saat itu kurang
maksimal. Jadi, saya bersama para ketua RT dan perwakilan warga inisiatif membentuk kelembaagaan ini, supaya
pelaksanaan program terkoordinasi dengan baik. Kemudian kami mengajukan proposal kepada DKLH saat itu belum
berganti nama menjadi DKP untuk melegalkan kelembagaan ini hingga akhirnya SK turun dan sayalah yang diberi amanah
oleh warga untuk mengetuai Pokja RW Hijau.”
Berdasarkan pernyataan Bapak MN, maka tujuan ketiga tercapai dengan baik karena pembentukan Pokja RW Hijau atas dasar inisiatif warga bukan karena
intervensi dari pemerintah Dinas Kebersihan dan Pertamanan.
7.1.2 Aksi Kolektif