72
konstan, bila rupiah terdepresiasi sebesar 1 rupiah maka akan terjadi peningkatan ekspor senilai 2,644 miliar rupiah. Sedang jika terjadi peningkatan pendapatan
luar negeri sebesar 1 miliar US, maka dalam kondisi variabel lainnya dianggap konstan, ekspor akan meningkat senilai 19,954 miliar rupiah, sebagaimana
dinyatakan dalam model melalui besarnya koefisien atau penduga parameter dari pendapatan luar negeri yang besarnya adalah 19,954.
Estimasi pada model persamaan fungsi ekspor menunjukkan bahwa hasilnya sudah sesuai ditinjau dari sudut pandang teori ekonomi makro ataupun
teori perdagangan internasional, dimana untuk kasus perekonomian Indonesia yang masuk dalam kategori perekonomian negara kecil terbuka, ekspor sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan luar negeri dan nilai tukar mata uang domestik, relatif terhadap mata uang asing. Bila terjadi depresiasi mata uang
domestik, maka secara relatif harga-harga barang ekspor akan lebih murah dibanding harga barang dari luar negeri, sehingga akan terjadi ekspor. Demikian
pula bila terjadi kenaikan tingkat pendapatan di negara-negara asing, secara relatif harga barang ekspor asal Indonesia secara relatif akan lebih murah dibanding
harga barang dari negara asing, dan tentunya akan timbul juga arus perdagangan dari dalam ke luar negeri.
5.5. Analisis Model Impor
Hasil pendugaan melalui model regresi terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi impor, diperoleh persamaan berikut :
IM
t
= – 213,951 10
12
+ 0,900065 Y
t
– 2,284 10
9
E
t
73
Berdasarkan model persamaan impor dapat diketahui besarnya koefisien determinasi adalah 96,68 persen, sedangkan hasil penghitungan F-test adalah
sebesar 150,50 Tabel 5.5. Kedua statistik uji tersebut merupakan informasi berharga yang menyatakan tingkat validitas model. Statistik uji pertama, yaitu
koefisien determinasi menyatakan bahwa model mampu menjelaskan adanya variasi dari variabel impor sebesar 96,68 persen, dengan demikian pengaruh dari
variabel lainnya di luar model hanya sebesar 3,32 persen. Selanjutnya, untuk statistik uji kedua, yaitu F- test diperoleh hasil yang signifikan pada tingkat
kesalahan sebesar 1 persen. Statistik ini menyatakan bahwa hasil pengujian terhadap penduga parameter model secara bersama-sama mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel impor. Tabel 5.5. Hasil Pengujian Statistik Model Impor
Variabel Koefisien
t Sig t
F – test dan R square
Y
t
,900065 7,003
,0000 F – test = 150,50115
E
t
-2284936804,151 -1,155
,2612 Sig F = ,0000
Constant -2,139509E+014
-6,314 ,0000
R square = ,96684
Masih merujuk pada hasil pengujian model, diperoleh nilai t-test yang signifikan pada tingkat kesalahan 1 persen untuk variabel pendapatan nasional,
sedang untuk variabel nilai tukar tidak signifikan pada tingkat kesalahan 10 persen. Dengan demikian, nilai tukar tidak memberi pengaruh yang signifikan
terhadap impor, sementara variabel pendapatan nasional memberikan pengaruh yang signifikan.
Interpretasi dari model regresi persamaan impor adalah nilai impor sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional, sementara nilai tukar tidak
74
memberikan pengaruh yang signifikan. Besarnya pengaruh pendapatan nasional terhadap impor adalah 0,900065; artinya dalam kondisi variabel lainnya dianggap
tidak berubah, jika pendapatan nasional naik sebesar 1 triliun rupiah, maka impor akan naik sebesar 900,065 miliar rupiah. Dari model yang menyatakan bahwa
impor hanya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional tanpa adanya pengaruh nilai tukar memang tidak dapat dipungkiri, karena bila dilihat dari jenis barang-
barang impor sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4.5; sebagian besar impor merupakan jenis bahan baku yang digunakan oleh sektor industri manufaktur
dalam proses produksi. Agaknya, fakta inilah yang menjadi alasan utama mengapa nilai tukar tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap impor.
5.6. Analisis Model Permintaan Uang