74
memberikan pengaruh yang signifikan. Besarnya pengaruh pendapatan nasional terhadap impor adalah 0,900065; artinya dalam kondisi variabel lainnya dianggap
tidak berubah, jika pendapatan nasional naik sebesar 1 triliun rupiah, maka impor akan naik sebesar 900,065 miliar rupiah. Dari model yang menyatakan bahwa
impor hanya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional tanpa adanya pengaruh nilai tukar memang tidak dapat dipungkiri, karena bila dilihat dari jenis barang-
barang impor sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4.5; sebagian besar impor merupakan jenis bahan baku yang digunakan oleh sektor industri manufaktur
dalam proses produksi. Agaknya, fakta inilah yang menjadi alasan utama mengapa nilai tukar tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap impor.
5.6. Analisis Model Permintaan Uang
Hasil regresi terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan uang, diperoleh persamaan berikut :
M
d t
= – 73,581 10
12
+ 0,579255 Y
t
– 1,113 10
12
r
DPt
Tabel 5.6. Hasil Pengujian Statistik Model Permintaan Uang
Variabel Koefisien
t Sig t
F – test dan R square
Y
t
,579255 7,004
,0000 F – test = 25,16694
r
DPt
-1113303091247 -,615
,5455 Sig F = ,0000
Constant -7,358073E+013
-1,791 ,0878
R square = ,84001
Besarnya koefisien determinasi dari model persamaan permintaan uang seperti dapat dilihat pada Tabel 5.6 adalah 84,00 persen, artinya model mampu
menjelaskan variasi dari permintaan uang sebesar 84,00 persen, sedang sisanya 16,00 persen ditentukan oleh variabel lain di luar model. Secara statistik, koefisien
75
determinasi ini sudah cukup baik dalam menerangkan model. Selanjutnya bila dilihat dari nilai F-test yang signifikan pada tingkat kesalahan 1 persen, dapat
diketahui bahwa secara bersama-sama penduga parameter model memberikan pengaruh yang signifikan terhadap permintaan uang. Sementara dari nilai t-test,
ternyata hanya variabel pendapatan nasional saja yang memberikan pengaruh signifikan pada permintaan uang, sementara variabel suku bunga deposito tidak
memberikan pengaruh yang signifikan. Adapun tingkat kesalahan yang digunakan untuk variabel pendapatan nasional adalah 1 persen, sedang untuk suku bunga
deposito sebesar 10 persen. Berdasarkan hasil pengujian model, diperoleh persaman untuk permintaan
uang yang hanya dipengaruhi oleh variabel pendapatan nasional saja, karena secara statistik, ternyata suku bunga deposito tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap permintaan uang. Besarnya pengaruh pendapatan nasional terhadap permintaan uang adalah 0,579255; yang berarti kenaikan pendapatan
nasional sebesar 1 triliun rupiah akan direspon dengan naiknya permintaan uang sebesar 579,255 miliar rupiah, jika variabel lainnya dianggap tidak berubah.
Dengan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari suku bunga tabungan yang memiliki tingkat likuiditas yang rendah, yang diwakili oleh suku bunga deposito,
maka praktis persamaan permintaan uang yang hanya dipengaruhi oleh pendapatan nasional dapat disederhanakan ke dalam bentuk persamaan kuantitas
uang dari kaum monetaris, dengan tentunya mengabaikan konstanta yang hanya signifikan pada tingkat kesalahan 10 persen dan bukan tingkat kesalahan 5 persen.
76
Meski berdasarkan pengujian statistik terhadap penduga parameter model persamaan permintaan uang bisa disederhanakan, akan tetapi perlu diingat
besarnya koefisien determinasi dari model adalah 84,00 persen, sehingga tidak menutup kemungkinan akan adanya pengaruh dari variabel lain di luar model.
Dilihat dari sifatnya, suku bunga simpanan yang memiliki tingkat likuiditas rendah
selain suku
bunga deposito
adalah suku
bunga obligasi
dari Bank Indonesia dan Surat Berharga Negara yang merupakan obligasi yang
diterbitkan pemerintah. Bila ditelusuri lebih lanjut, tingkat imbal hasil yang diberikan oleh Surat Berharga Negara seperti Obligasi Ritel Indonesia ORI yang
mulai diterbitkan pada Agustus 2006 ternyata lebih tinggi dari suku bunga deposito dan suku bunga SBI, kecuali untuk suku bunga SBI triwulanan pada Juli,
Agustus dan November 2008 Gambar 4.8. Walau sepertinya suku bunga atau imbal hasil dari obligasi pemerintah bisa digunakan untuk menggantikan variabel
suku bunga deposito dalam model, akan tetapi perlu diingat bahwa, perubahan tingkat suku bunga dari obligasi pemerintah hanya setiap enam bulan sekali,
sesuai dengan jadual penerbitan kupon obligasi, tidak seperti suku bunga lainnya yang cukup responsif menghadapi perubahan pasar. Untuk pemodelan, variabel
suku bunga obligasi pemerintah tentunya kurang baik digunakan karena kurang responsif terhadap variabel lainnya, termasuk kurang peka terhadap gejolak pasar.
5.7. Analisis Model Penawaran Uang