80
– 1,800071; artinya jika IHSG naik sebesar 100 basis poin sementara variabel
lainnya dianggap konstan, maka nilai tukar akan terapresiasi 183,52 rupiah. Dengan kata lain, jika indeks terkoreksi naik sebesar 100 poin, maka nilai tukar
akan turun sebesar 180,01 rupiah. Masih dari pemodelan, dapat dilihat besarnya pengaruh ekspor netto
terhadap nilai tukar adalah – 0,27830 10
- 9
; artinya jika ekspor netto naik sebesar 1 miliar rupiah sementara variabel lainnya dianggap konstan, maka nilai
tukar akan turun sebesar 0,28 rupiah, sehingga terjadi apresiasi terhadap nilai tukar. Untuk kasus Indonesia dengan perekonomian negara kecil terbuka,
besarnya stabilitas ekspor netto harus dijaga mengingat pengaruhnya terhadap nilai tukar cukup besar, karena jika terjadi apresiasi nilai tukar yang demikian
besar akan mengakibatkan nilai barang-barang ekspor Indonesia di pasar internasional menjadi lebih mahal sehingga berdampak pada penurunan ekspor
dan pada akhirnya akan membuat ekspor netto menjadi negatif. Perlu diingat dalam pembahasan sebelumnya, impor tidak terpengaruh oleh nilai tukar karena
sebagian besar barang impor untuk Indonesia adalah jenis bahan baku dari sektor industri manufaktur.
5.9. Analisis Model Suku Bunga
Pembahasan mengenai tingkat suku bunga memang sedikit berbeda dengan variabel lainnya karena cenderung lebih rinci. Sangat disadari bahwa
perilaku dari suku bunga berbeda-beda sehingga untuk pemodelan makro ekonomi tidak mungkin untuk menyatakan proses mekanisme transmisi dengan hanya
menggunakan satu jenis suku bunga saja, karena setidaknya tingkat suku bunga
81
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu suku bunga pinjaman dan suku bunga pinjaman.
4.2.9.1. Model Suku Bunga JIBOR
Suku bunga JIBOR merupakan kelompok suku bunga pinjaman pada pasar uang antar bank. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, terjadinya proses
pinjam-meminjam antar bank ini merupakan akibat adanya kelebihan cadangan excesses reserve dari bank yang memiliki kelonggaran likuiditas terhadap bank
yang menghadapi kesulitan likuiditas. Dalam teori ekonomi moneter, kegiatan pinjam-meminjam antar bank ini merupakan salah satu bentuk pasar uang, yaitu
pasar cadangan reserve market. Hasil estimasi dari model persamaan regresi terhadap variabel-variabel
yang mempengaruhi suku bunga JIBOR, adalah sebagai berikut : r
JIBt
= 3,725227 + 0,886846 r
SBIt
– 19,583 10
- 15
M
s t
Tabel 5.9. Hasil Pengujian Statistik Model Suku Bunga JIBOR
Variabel Koefisien
t Sig t
F – test dan R square
M
s t
1,958271E-014 ,
944 ,
115 F – test = 45,04265
r
SBIt
,886846 8,632
,0000 Sig F = ,0000
Constant 3,725227
2,371 ,0274
R square = ,90053
Pengujian statistik terhadap model memperlihatkan bahwa besarnya koefisien determinasi adalah sebesar 90,05 persen, sementara dari penghitungan
F-test dan t-test menunjukkan hasil yang signifikan, setidaknya pada tingkat kesalahan sebesar 5 persen. Berdasarkan pengujian statistik tersebut, model yang
diperoleh sudah mampu menjelaskan keragaman dari suku bunga JIBOR sebesar 90,05 persen. Sementara dari hasil pengujian terhadap koefisien variabel dari
82
model, baik secara simultan maupun secara parsial menunjukkan pengaruh yang signifikan dari variabel suku bunga SBI dan jumlah uang beredar M1 terhadap
suku bunga JIBOR Tabel 5.9. Meski pengaruh dari kedua variabel tersebut signifikan, akan tetapi jika
melihat koefisien determinasi yang besarnya 90,05 persen; berarti ada pengaruh dari variabel lain di luar model yang mempengaruhi besarnya tingkat suku bunga
JIBOR. Sebagaimana telah dijelaskan pada uraian mengenai penawaran uang, beberapa variabel yang tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh pada suku
bunga JIBOR adalah suku bunga diskonto dan GWM. Namun perlu dicatat bahwa besarnya suku bunga diskonto hampir sama dengan tingkat suku bunga SBI
sehingga suku bunga diskonto sudah diwakili oleh tingkat suku bunga SBI, sementara GWM nilainya cenderung konstan minimal dalam setahun pada
pemodelan ekonomi tentunya tidak baik digunakan. Besarnya pengaruh dari suku bunga SBI terhadap suku bunga JIBOR
adalah 0,886846; artinya bila suku bunga SBI naik sebesar 1 persen sementara variabel lainnya dianggap tetap maka suku bunga JIBOR akan naik sebesar
0,887 persen. Sementara pengaruh dari jumlah uang beredar adalah sebesar – 19,5827
10
- 15
; yang berarti jika ada peningkatan jumlah uang beredar sebesar 10 triliun ke dalam perekonomian, sementara variabel lainnya dianggap konstan,
maka suku bunga JIBOR akan turun 0,20 persen. Berdasarkan pijakan teori, bila jumlah uang beredar money supply bertambah maka suku bunga akan turun.
Penjelasan di balik penurunan suku bunga tersebut adalah dengan tambahan jumlah uang beredar berarti terjadi kelonggaran likuiditas keuangan yang akan
83
mempengaruhi permintaan akan peminjaman cadangan bank. Pengaruh dari kelonggaran likuiditas yang menurunkan permintaan cadangan bank tentunya
akan mengakibatkan turunnya tingkat suku.
4.2.9.2. Model Suku Bunga Deposito
Berbeda dengan suku bunga JIBOR, suku bunga deposito masuk dalam kelompok suku bunga simpanan. Namun demikian perilaku dari tabungan
deposito ini berbeda dengan tabungan biasa karena untuk deposito merupakan tabungan berjangka time deposit yang tidak dapat diambil sewaktu-waktu namun
memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dari tabungan biasa yang mudah untuk dicairkan sewaktu-waktu.
Estimasi dari model regresi persamaan suku bunga deposito, diperoleh hasil berikut :
r
DPt
= –1,447375 + 1,118460 r
SBIt
– 2,793 10
- 15
M
s t
Tabel 5.10. Hasil Pengujian Statistik Model Suku Bunga Deposito
Variabel Koefisien
t Sig t
F – test dan R square
M
s t
-2,793469E-015 ,
944 ,
0655 F – test = 265,80216
r
SBIt
1,118460 22,801
,0000 Sig F = ,0000
Constant -1,447375
-1,930 ,0673
R square = ,98082
Koefisien determinasi sebesar 98,08 persen menyatakan bahwa model sudah dapat menjelaskan keragaman suku bunga deposito sebesar 98,08 persen,
sementara sisanya 1,92 persen dijelaskan oleh penyebab lain di luar model. Dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasi tersebut, kecil kemungkinan ada variabel
lain di luar model yang berpengaruh pada suku bunga deposito. Kemungkinan,
84
sisa sebesar 1,92 persen berasal dari gangguan model yang berarti faktor yang memang tidak dapat dijelaskan dalam model Tabel 5.10.
Pengujian selanjutnya adalah pengujian terhadap penduga parameter model, baik secara simultan maupun secara parsial. Hasil F-test dan t-test
menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun secara simultan, seluruh variabel dalam model berpengaruh secara signifikan terhadap suku bunga deposito pada
tingkat kesalahan sebesar 1 persen, kecuali konstanta pada tingkat kesalahan 10 persen. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
seluruh variabel dapat digunakan untuk menduga arah dan besarnya pengaruh terhadap suku bunga deposito.
Pengaruh dari suku bunga SBI terhadap suku bunga deposito adalah sebesar 1,118460; berarti dalam kondisi ceteris paribus, jika suku bunga SBI naik
1 persen maka suku bunga deposito akan naik sebesar 1,12 persen. Berdasarkan model, adanya pengaruh positif dari suku bunga SBI terhadap suku bunga
deposito bisa diduga sebelumnya, karena suku bunga SBI merupakan suku bunga acuan yang akan mempengaruhi tingkat suku bunga lainnya dalam sistem
perbankan. Selain suku bunga SBI, variabel yang juga berpengaruh terhadap suku
bunga deposito adalah jumlah uang beredar M1. Besarnya pengaruh kenaikan jumlah uang beredar dalam model adalah – 2,793
10
- 15
; artinya jika variabel lainnya dianggap tetap, sementara terjadi kenaikan jumlah uang beredar sebesar
100 triliun, maka suku bunga deposito akan turun 0,28 persen. Seperti pada penjelasan mengenai suku bunga JIBOR, adanya kenaikan jumlah uang beredar
85
akan menyebabkan suku bunga turun. Penyebab kondisi ini adalah ketika jumlah uang bertambah maka masyarakan akan memegang uang lebih banyak dari yang
dikehendakinya untuk dipegang. Akibatnya, kelebihan jumlah uang yang dipegang tersebut akan disimpan, salah satunya dalam bentuk simpanan deposito
dengan harapan mendapat imbal hasil sebesar suku bunga deposito, yang merupakan opportunity cost dari memegang uang. Dengan meningkatnya
keinginan masyarakan untuk menyimpan uang maka pasar uang akan bereaksi dengan menurunkan suku bunga deposito untuk mengurangi keinginan untuk
menyimpan uang.
4.2.9.3. Model Suku Bunga Kredit Investasi
Hasil regresi terhadap variabel yang mempengaruhi suku bunga kredit investasi, diperoleh persamaan berikut :
r
IVt
= 12,423461 + 0,424670 r
DPt
– 0,01316 Q
t
Tabel 5.11. Hasil Pengujian Statistik Model Suku Bunga Investasi
Variabel Koefisien
T Sig T
F – test dan R square
r
DPt
,424670 4,787
,0001 F – test = 30,91298
Q
t
-,001316 -5,018
,0001 Sig F = ,0000
Constant 12,423461
14,522 ,0000
R square = ,86398
Hasil pengujian statistik terhadap model memperlihatkan bahwa besarnya koefisien determinasi adalah sebesar 86,40 persen; sementara dari penghitungan
F-test dan t-test menunjukkan hasil yang signifikan, setidaknya pada tingkat kesalahan sebesar 1 persen. Berdasarkan pengujian statistik tersebut, model yang
diperoleh mampu menjelaskan keragaman dari suku bunga kredit investasi sebesar 86,40 persen, sedang sisanya dipengaruhi faktor lain di luar model. Sementara
86
dari hasil pengujian terhadap koefisien variabel dari model, baik secara simultan maupun secara parsial menunjukkan pengaruh yang signifikan dari variabel suku
bunga deposito dan jumlah uang beredar M1 terhadap suku bunga kredit investasi Tabel 5.11.
Pengaruh dari suku bunga suku bunga deposito terhadap suku bunga kredit investasi adalah sebesar 0,424670; berarti jika variabel lainnya dianggap tetap,
sementara suku bunga deposito naik 1 persen maka suku bunga kredit investasi akan naik sebesar 0,42 persen. Adanya pengaruh positif dari suku bunga deposito
terhadap suku bunga kredit investasi tidak mengherankan karena sudah pasti suku bunga kredit investasi akan dinaikkan bila terjadi kenaikan suku bunga deposito,
karena besarnya margin antara kedua jenis suku bunga ini merupakan pendapatan dari institusi perbankan.
Selain suku bunga deposito, variabel yang juga berpengaruh terhadap suku bunga kredit investasi adalah IHSG Q . Besarnya pengaruh kenaikan IHSG
dalam model adalah 0,001316; artinya jika IHSG naik sebesar 100 basis poin berarti sementara variabel lainnya dianggap tetap, maka suku bunga deposito akan
turun 0,13 persen, demikian pula sebaliknya. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya dimana IHSG mencerminkan kinerja pasar modalsaham domestik,
sehingga jika tertekan sehingga nilainya jatuh, maka akan menyebabkan kenaikan suku bunga kredit.
87
5.10. Analisis Model Mekanisme Transmisi