60
mulai terdepresiasi dengan cukup signifikan, sehingga membuat nilai 1 US mencapai lebih dari Rp. 10.000,-.
Gambar 4.7. Perkembangan Dolar AS dan Ekspor – Impor Indonesia Tahun 2007 – 2008
Disamping ekspor netto, pergerakan IHSG juga turut mempengaruhi besarnya nilai tukar atas dolar AS Gambar 1.1. IHSG sebagai cermin dari
kinerja pasar modal yang sudah terintegrasi dengan pasar internasional ikut menyebabkan besarnya cadangan devisa melalui perhitungan neraca modal,
sementara ekspor netto melalui neraca pembayaran berjalan.
4.7. Tingkat Suku Bunga
Salah satu tujuan dari kebijakan moneter adalah melakukan stabilitas tingkat suku bunga. Kebijakan ini cukup penting karena bila terjadi fluktuasi yang
besar dari tingkat suku bunga akan menciptakan kondisi ketidakpastian pada perekonomian sehingga menyebabkan kesulitan dalam perencanaan ke depan.
6.000 7.000
8.000 9.000
10.000 11.000
12.000 13.000
Ja n
-0 7
F eb
-0 7
M ar
-0 7
A p
r- 7
M ei
-0 7
Ju n
-0 7
Ju l-
7 A
g u
st -0
7 S
ep -0
7 O
k t-
7 N
o p
-0 7
D es
-0 7
Ja n
-0 8
F eb
-0 8
M ar
-0 8
A p
r- 8
M ei
-0 8
Ju n
-0 8
Ju l-
8 A
g u
st -0
8 S
ep -0
8 O
k t-
8 N
o p
-0 8
D es
-0 8
US rupiah Ekspor jutaan US
Impor jutaan US
61
Pada hakikatnya, tingkat suku bunga dibagi dua kelompok besar yaitu suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman. Suku bunga simpanan yang
relatif tinggi akan menyebabkan gairah untuk melakukan simpanan yang tinggi, tetapi akibatnya akan menyebabkan suku bunga pinjaman juga relatif tinggi dan
ini menyebabkan gairah berinvestasi menjadi rendah. Oleh karenanya, penetapan tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan kesulitan pembiayaan ekonomi
terutama pada sektor riil pasar barang.
Gambar 4.8. Perkembangan Beberapa Tingkat Suku Bunga Simpanan dalam persen Agustus 2006 – Desember 2008
Gambar 4.8 memperlihatkan beberapa tingkat suku bunga untuk beberapa jenis simpanan, yaitu simpanan dalam obligasi Sertifikat Bank Indonesia SBI,
simpanan Obligasi Ritel Indonesia ORI dan simpanan deposito berjangka. Pada periode Agustus 2006 – Desember 2008 dapat dilihat bahwa tingkat suku bunga
simpanan tertinggi adalah suku bunga ORI. ORI yang merupakan salah satu sumber pembiayaan pengeluaran pemerintah, dalam 5 kupon yang telah
diterbitkan sejak Agustus 2006, memberi imbal hasil yang lebih tinggi dari imbal
6 7
8 9
10 11
12 13
A g
u st
-0 6
S ep
-0 6
O k
t- 6
N o
p -0
6 D
es -0
6 Ja
n -0
7 F
eb -0
7 M
ar -0
7 A
p r-
7 M
ei -0
7 Ju
n -0
7 Ju
l- 7
A g
u st
-0 7
S ep
-0 7
O k
t- 7
N o
p -0
7 D
es -0
7 Ja
n -0
8 F
eb -0
8 M
ar -0
8 A
p r-
8 M
ei -0
8 Ju
n -0
8 Ju
l- 8
A g
u st
-0 8
S ep
-0 8
O k
t- 8
N o
p -0
8 D
es -0
8 SBI
DEPOSITO ORI
62
hasil yang diberikan oleh obligasi SBI, sebagai salah satu instrumen kebijakan moneter dari Bank Indonesia untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Akibat
besarnya imbal hasil dari ORI yaitu dengan menetapkan suku bunga ORI di atas suku bunga SBI dan bahkan di atas suku bunga deposito, maka banyak yang
mengalihkan simpanan dalam bentuk deposito ke simpanan ORI. Pengalihan bentuk simpanan dari deposito ke ORI yang dipicu oleh tingginya tingkat suku
bunga ORI ini menyebabkan terjadinya kesulitan pembiayaan ekonomi di sektor riil, ditandai dengan naiknya suku bunga pinjaman.
Gambar 4.9. Perkembangan Beberapa Tingkat Suku Bunga Pinjaman dalam persen Agustus 2006 – Desember 2008
Gambar 4.9 menunjukkan masih tingginya tingkat suku bunga pinjaman untuk kredit investasi, terutama pada Agustus – Desember 2006. Dampak dari
tingginya suku bunga kredit investasi pada tahun 2006 adalah terjadinya kesulitan pembiayaan di sektor riil yang berujung pada crowding out of investment,
sebagaimana diperlihatkan oleh Tabel 4.2 dengan rendahnya pertumbuhan investasi untuk pembentukan modal tetap pada tahun 2006, dan digantikan dengan
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
A g
u st
-0 6
S ep
-0 6
O k
t- 6
N o
p -0
6 D
es -0
6 Ja
n -0
7 F
eb -0
7 M
ar -0
7 A
p r-
7 M
ei -0
7 Ju
n -0
7 Ju
l- 7
A g
u st
-0 7
S ep
-0 7
O k
t- 7
N o
p -0
7 D
es -0
7 Ja
n -0
8 F
eb -0
8 M
ar -0
8 A
p r-
8 M
ei -0
8 Ju
n -0
8 Ju
l- 8
A g
u st
-0 8
S ep
-0 8
O k
t- 8
N o
p -0
8 D
es -0
8 Diskonto
JIBOR Kredit Investasi
63
pertumbuhan pengeluaran pemerintah yang tinggi pada tahun yang sama, seperti terlihat pada Tabel 4.3. Nampaknya, pertumbuhan pengeluaran pemerintah yang
tinggi tersebut didorong oleh suntikan pembiayaan yang bersumber dari lelang obligasi pemerintah, salah satunya adalah ORI.
Kebijakan Bank Indonesia yang sedianya berusaha mencegah penarikan modal ke luar negeri akibat krisis finansial global, yaitu dengan menaikkan
kembali suku bunga acuan BI rate pada Mei 2008 ternyata menambah kesulitan pembiayaan ekonomi ditandai dengan naiknya suku bunga diskonto dan diikuti
oleh suku bunga JIBOR yang merupakan suku bunga pinjaman pasar uang antar bank, sehingga berujung pada naiknya suku bunga kredit investasi. Strategi dari
Bank Indonesia yang tidak berhasil dalam mencegah penarikan modal asing, terbukti dengan nilai tukar yang tetap mengalami tekanan, banyak menuai kritik
kalangan dunia usaha, akademisi dan pengamat ekonomi. Akibat banyaknya kritik dari berbagai kalangan tersebut, akhirnya Bank Indonesia mulai menurunkan suku
bungan acuan pada Desember 2008. Namun demikian koreksi atas kebijakan tersebut baru direspon oleh suku bunga SBI dan suku bunga JIBOR, sementara
suku bunga kredit masih tetap bertengger di level 14 persen.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN