57
Gambar 4.5, impor untuk jenis bahan baku memperlihatkan tren kenaikan yang cukup tinggi pada tahun 2000 – 2008, sementara untuk jenis barang-barang impor
lainnya, meski terlihat adanya tren kenaikan impor namun besarnya kenaikan secara relatif maupun absolut masih lebih rendah dari kenaikan impor untuk bahan
baku. Secara tidak langsung, impor bahan baku akan mempengaruhi besarnya permintaan akhir pada pasar domestik melalui konsumsi rumah tangga dan
pengeluaran pemerintah atas produk-produk domestik berbahan baku impor, sementara impor barang modal juga ikut mempengaruhi besarnya investasi untuk
pembentukan modal tetap. Pada akhirnya kedua jenis barang impor ini akan ikut mempengaruhi penciptaan pendapatan nasional. Besarnya impor bahan baku dan
juga impor barang modal ini menunjukkan tingkat ketergantungan perekonomian domestik terhadap perekonomian negara asing. Dari Gambar 4.5 dapat dilihat
bahwa seiring berjalannya waktu, tingkat ketergantungan perekonomian domestik terhadap perekonomian asing semakin tinggi, setidaknya dapat dilihat dari tren
peningkatan impor bahan baku pada tiga tahun terakhir tahun 2005 – 2008.
4.5. Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar M1 selalu menjadi perhatian khusus dari otoritas moneter, atau dalam hal ini Bank Indonesia BI. Secara langsung, maupun tidak
langsung BI melakukan pengendalian atas jumlah uang beredar melalui paket kebijakan moneter untuk mempengaruhi beberapa besaran moneter lainnya seperti
tingkat suku bunga, nilai tukar dan inflasi, termasuk mempengaruhi jumlah uang beredar itu sendiri agar tercipta stabilitas ekonomi dan moneter.
58
Gambar 4.6. Perkembangan Jumlah Uang Beredar dalam triliun rupiah Tahun 2007 – 2008
Perkembangan jumlah uang beredar M1 pada tahun 2007 – 2008 menunjukkan tren peningkatan pada Januari – Desember 2007 dan secara terpisah
pada tahun 2008 memperlihatkan tren peningkatan sampai dengan bulan September 2008. Dilihat dari besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
uang beredar, yaitu jumlah uang kartal dan uang giral, perkembangan jumlah uang beredar sangat dipengaruhi fluktuasi jumlah uang giral, dibanding perkembangan
uang kartal. Uang giral yang merupakan simpanan yang mudah dicairkan checkable deposit secara tidak langsung mencerminkan kondisi likuiditas
moneter. Kebijakan penurunan suku bunga acuan BI rate pada tahun 2007
memperlihatkan kondisi likuiditas moneter yang tidak terlalu ketat sehingga terjadi tren peningkatan jumlah uang giral sepanjang tahun 2007. Sebaliknya
kebijakan yang menaikkan BI rate sejak Mei 2008 menunjukkan kondisi likuiditas moneter yang mulai mengetat, terbukti dengan tren peningkatan uang giral yang
100 200
300 400
500
Ja n
-0 7
F eb
-0 7
M ar
-0 7
A p
r- 7
M ei
-0 7
Ju n
-0 7
Ju l-
7 A
g u
st -0
7 S
ep -0
7 O
k t-
7 N
o p
-0 7
D es
-0 7
Ja n
-0 8
F eb
-0 8
M ar
-0 8
A p
r- 8
M ei
-0 8
Ju n
-0 8
Ju l-
8 A
g u
st -0
8 S
ep -0
8 O
k t-
8 N
o p
-0 8
D es
-0 8
Base M oney M 0 M 1C+D
Uang Kartal C Uang giral D
59
hanya sampai bulan Juni 2008, dan setelahnya turun sampai Agustus 2008. Meski pada September dan Oktober 2008 terjadi peningkatan jumlah uang giral namun
pada dua bulan terakhir tahun 2008 kembali mengalami penurunan.
4.6. Nilai Tukar
Sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998, sistem nilai tukar yang digunakan adalah sistem nilai tukar tetap fixed exchange rate. Namun
tekanan yang besar pada saat krisis mengakibatkan nilai tukar diambangkan secara bebas hingga sempat berada di atas kisaran Rp. 15.000,- per 1 US .
Pasca krisis ekonomi, nilai tukar tetap menganut sistem mengambang, namun bukan sistem mengambang bebas free floating exchange rate tetapi dengan
sistem mengambang terkendali managed floating exchange rate. Salah satu strategi untuk menjaga stabilitas nilai tukar bagi perekonomian
negara kecil terbuka seperti Indonesia adalah dengan menjaga keseimbangan ekspor netto. Besarnya ekspor netto tersebut akan mempengaruhi cadangan devisa
international reserve, yang seringkali digunakan oleh otoritas moneter untuk mempengaruhi nilai tukar melalui pasar valuta asing foreign exchange market.
Gambar 4.7 memperlihatkan kondisi stabilitas nilai tukar pada triwulan 1 tahun 2007 – triwulan 2 tahun 2008. Dapat dilihat bahwa dengan ekspor netto
yang cukup besar pada periode triwulan 1 tahun 2007 – triwulan 1 tahun 2008 membuat nilai tukar cukup stabil. Setelah periode tersebut, dimana ekspor netto
mulai menipis, terlihat bahwa pada triwulan 2 dan triwulan 3 tahun 2008 nilai tukar masih relatif stabil, tetapi pada triwulan terakhir tahun 2008 nilai tukar
60
mulai terdepresiasi dengan cukup signifikan, sehingga membuat nilai 1 US mencapai lebih dari Rp. 10.000,-.
Gambar 4.7. Perkembangan Dolar AS dan Ekspor – Impor Indonesia Tahun 2007 – 2008
Disamping ekspor netto, pergerakan IHSG juga turut mempengaruhi besarnya nilai tukar atas dolar AS Gambar 1.1. IHSG sebagai cermin dari
kinerja pasar modal yang sudah terintegrasi dengan pasar internasional ikut menyebabkan besarnya cadangan devisa melalui perhitungan neraca modal,
sementara ekspor netto melalui neraca pembayaran berjalan.
4.7. Tingkat Suku Bunga