87
5.10. Analisis Model Mekanisme Transmisi
Berdasarkan hasil estimasi dari model persamaan struktural yang telah dibahas sebelumnya diperoleh hubungan searah ataupun hubungan dua arah antar
variabel makro ekonomi dalam perekonomian Indonesia untuk pasar barang atau sektor riil dan pasar uang atau sektor moneter pada periode tahun 2003 – 2008.
Bentuk hubungan antar variabel makro tersebut tidak lain merupakan proses transmisi dari pasar uang ke pasar barang atau bisa sebaliknya. Lebih lanjut, dapat
dilihat juga terjadinya proses mekanisme transmisi dari pasar internasional ke pasar domestik. Secara ringkas, Gambar 4.10 memperlihatkan jalur mekanisme
transmisi berdasarkan hasil estimasi model persamaan struktural untuk pasar barang dan pasar uang. Sebagai catatan, hubungan antar variabel yang
diperlihatkan oleh Gambar 4.10 hanyalah hubungan pada pengujian model secara parsial menunjukkan pengaruh yang berarti pada taraf nyata 10 persen.
Dari Gambar 4.10 dapat dilihat bahwa proses penyesuaian di pasar uang berlangsung cukup cepat, artinya dalam kurun waktu tiga bulan telah terjadi
kegiatan saling mempengaruhi antar besaran moneter, sementara kondisi di pasar barang terjadi delayed process untuk menyesuaikan beberapa indikator makro.
Berdasarkan jalur mekanisme transmisi tersebut, kebijakan moneter akan lebih responsif dibandingkan dengan kebijakan fiskal dalam upaya mempengaruhi
besaran moneter. Meski demikian tingkat efektivitas dari kebijakan moneter belum tentu lebih baik dari kebijakan fiskal karena untuk itu harus dilihat dulu
seberapa besar perubahan dari pendapatan nasional akibat adanya suatu paket kebijakan.
88
Gambar 4.10. Jalur Mekanisme Transmisi Perekonomian Indonesia Masih dari Gambar 4.10, dapat dilihat pula bahwa jalur mekanisme
trasmisi dari pasar internasional ke pasar domestik adalah melalui jalur perdagangan dan jalur finansialkeuangan. Melalui jalur perdagangan, turunnya
ekspor netto akibat menurunnya permintaan atas ekspor barang-barang domestik akan menyebabkan nilai tukar mata uang domestik`mengalami tekanan atau
terdepresiasi. Di sisi lain, impor yang sebagian besar merupakan bahan baku dari sektor industri manufaktur tidak terpengaruh oleh nilai tukar. Hal ini
menyebabkan impor akan terus naik karena harga barang-barang impor menjadi lebih mahal akibat terjadinya depresiasi nilai tukar.
Melalui jalur finansial, salah satunya adalah terjadinya penarikan modal ke luar negeri capital outflow. Proses penarikan modal ke luar negeri dapat dilihat
89
dari pergerakan indikator IHSG, yang mencerminkan kinerja dari pasar modal stock exchange market. Akibat adanya penarikan modal ke luar negeri tersebut,
indeks mengalami tekanan hebat dan sempat anjlok. Secara bersamaan, nilai tukar juga mengalami tekanan sehingga membuat nilainya merupakan yang tertinggi
terhitung sejak Januari 2002. Akibat lain dari terjadinya penarikan modal ke luar negeri adalah tekanan
terhadap suku bunga kredit yang akan naik, sebagaimana diperlihatkan dari hubungan langsung IHSG dalam mempengaruhi besarnya tingkat suku bunga
kredit investasi. Sementara, adanya untuk tekanan terhadap nilai tukar tersebut, secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tingkat suku bunga domestik,
yaitu suku bunga deposito melalui hubungan kondisi paritas suku bunga interest parity condition, dimana pada saat terjadi depresiasi nilai tukar
domestik, imbal hasil yang diberikan suku bunga simpanan akan lebih kecil dibanding di luar negeri. Konsekuensinya, suku bunga dalam negeri akan naik
agar imbal hasil yang diberikan sama dengan yang diberikan di luar negeri. Oleh karenanya, suku bunga simpanan akan naik. Dengan naiknya suku bunga
simpanan, yang dalam model diwakili oleh suku bunga deposito, maka suku bunga kredit atau pinjaman akan naik juga dan tentunya akan berakibat pada
kesulitan pada pembiayaan ekonomi.
5.11. Simulasi Model IS – LM