25
Persamaan 12 dan 13 selanjutnya akan dimasukkan ke persamaan 8 dan 14 juga, namun tetap saja persamaan kurva IS dan kurva LM dinyatakan dalam
hubungan antara pendapatan nasional Y dan tingkat suku bunga r, sehingga kurva IS tetap dinyatakan sebagaimana pada persamaan 8, dan kurva LM
dinyatakan dengan persamaan 14.
Gambar 2.2. Penurunan Kurva LM
2.4. Penelitian Terdahulu
Pertama, Imamudin Yuliandi 2001 dalam penelitiannya mengenai analisis makro ekonomi Indonesia pendekatan IS-LM menyatakan bahwa
kapabilitas dari perekonomian Indonesia dapat dilihat dari hubungan dari setiap indikator-indikator makro ekonomi yang mempengaruhi pendapatan nasional.
Tingginya tingkat bunga mempengaruhi iklim investasi yang menyebabkan terjadinya crowding out. Disamping itu juga terjadi delay purchaced pada
pengeluaran konsumsi, dimana tingkat konsumsi periode berjalan dipengaruhi tingkat pendapatan nasional dan konsumsi periode sebelumnya.
26
Kedua, Nirdukita Ratnawati dan Rulli Rizki 2007 dalam penelitiannya mengenai pengaruh variabel indikator ekonomi makro terhadap perekonomian
Indonesia dalam pendekatan pasar barang dan pasar menjelaskan bahwa pendapatan nasional tidak mempengaruhi perubahan tingkat konsumsi, tetapi
mempengaruhi investasi, impor, permintaan uang dan nilai tukar. Selanjutnya suku bunga deposito mempengaruhi permintaan uang dan investasi. Sementara
untuk suku bunga deposito dipengaruhi oleh jumlah uang beredar dan tingkat bunga PUAB. Sedang untuk penawaran uang dipengaruhi oleh foriegn asset dan
penawaran uang periode sebelumnya. Ketiga, Umi Julaihah dan Insukindro dalam Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan 2004 menjelaskan bahwa dalam penelitiannya mengenai analisis dampak kebijakan moneter terhadap variabel makroekonomi di Indonesia
pertumbuhan ekonomi tidak merespon adanya kejutan dari uang primer. Penggunaan suku bunga SBI sebagai variabel kebijakan ternyata memberikan
hasil yang lebih baik daripada penggunaan uang primer. Penggunaan agregat moneter untuk kasus di Indonesia ternyata hanya berdampak pada inflasi dan tidak
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut, mereka juga menjelaskan bahwa uang primer tidak mampu memberikan kontribusi terhadap
variasi pertumbuhan ekonomi, uang primer hanya berkontribusi terhadap variabilitas inflasi, sedangkan SBI memiliki kemampuan untuk menjelaskan
variabilitas pertumbuhan ekonomi lebih baik, dan SBI terlihat lebih mampu memberi kontribusi terhadap pertumbuhan. Hal yang menarik dari nilai tukar
ternyata sangat dipengaruhi oleh variabel kebijakan, yaitu baik ketika
27
menggunakan variabel kebijakan uang primer maupun ketika menggunakan SBI, namun SBI ternyata lebih baik dalam menjelaskan variabilitas nilai tukar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa adanya kejutan kebijakan moneter ternyata direspon secara cepat oleh nilai tukar dibandingkan dengan variabel-variabel
ekonomi makro yang lain.
2.5. Kerangka Pemikiran