Analisis Model Penawaran Uang

76 Meski berdasarkan pengujian statistik terhadap penduga parameter model persamaan permintaan uang bisa disederhanakan, akan tetapi perlu diingat besarnya koefisien determinasi dari model adalah 84,00 persen, sehingga tidak menutup kemungkinan akan adanya pengaruh dari variabel lain di luar model. Dilihat dari sifatnya, suku bunga simpanan yang memiliki tingkat likuiditas rendah selain suku bunga deposito adalah suku bunga obligasi dari Bank Indonesia dan Surat Berharga Negara yang merupakan obligasi yang diterbitkan pemerintah. Bila ditelusuri lebih lanjut, tingkat imbal hasil yang diberikan oleh Surat Berharga Negara seperti Obligasi Ritel Indonesia ORI yang mulai diterbitkan pada Agustus 2006 ternyata lebih tinggi dari suku bunga deposito dan suku bunga SBI, kecuali untuk suku bunga SBI triwulanan pada Juli, Agustus dan November 2008 Gambar 4.8. Walau sepertinya suku bunga atau imbal hasil dari obligasi pemerintah bisa digunakan untuk menggantikan variabel suku bunga deposito dalam model, akan tetapi perlu diingat bahwa, perubahan tingkat suku bunga dari obligasi pemerintah hanya setiap enam bulan sekali, sesuai dengan jadual penerbitan kupon obligasi, tidak seperti suku bunga lainnya yang cukup responsif menghadapi perubahan pasar. Untuk pemodelan, variabel suku bunga obligasi pemerintah tentunya kurang baik digunakan karena kurang responsif terhadap variabel lainnya, termasuk kurang peka terhadap gejolak pasar.

5.7. Analisis Model Penawaran Uang

Hasil regresi terhadap variabel yang mempengaruhi penawaran uang, diperoleh persamaan berikut : M s t = 106,676  10 12 + 7,938  10 9 E t – 4,610  10 12 r JIBt 77 Dari Tabel 5.7, hasil pengujian statistik dengan menggunakan koefisien determinasi yang besarnya 78,98 persen memperlihatkan bahwa model memiliki kemampuan model dalam menjelaskan keragaman penawaran uang. Dari koefisien determinasi ini dapat diketahui bahwa adanya pengaruh dari variabel lain di luar model terhadap penawaran uang sebesar 22,02 persen. Selanjutnya, hasil F-test menunjukkan bahwa dengan nilai statistik uji sebesar 17,410; berarti secara bersama-saman penduga parameter model sangat signifikan pada tingkat kesalahan 1 persen, dalam menjelaskan pengaruh hubungan dari variabel dalam model terhadap permintaan uang. Sementara untuk pengujian keberartian penduga parameter secara sendiri-sendiri atau secara parsial menunjukkan hasil yang cukup memuaskan karena nilai t-test dari seluruh koefisien dalam model minimal sudah signifikan pada tingkat kesalahan  10 persen. Tabel 5.7. Hasil Pengujian Statistik Model Penawaran Uang Variabel Koefisien t Sig t F – test dan R square r JIBt -4610181549321 -1,944 ,0655 F – test = 17,40793 E t 7938277893,2273 5,302 ,0000 Sig F = ,0000 Constant 106676105460639 3,586 ,0017 R square = ,78979 Merujuk pada hasil pengujian statistik terhadap model persamaan penawaran uang dapat dilihat bahwa penawaran uang yang mencerminkan tingkat likuiditas keuangan, sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga JIBOR, yang merupakan suku bunga dari pasar uang antar bank dan nilai tukar. Suku bunga JIBOR adalah salah satu instrumen pasar cadangan antar bank reserve market yang merupakan respon pasar atas kebijakan bank sentral dalam menetapkan suku bunga acuan BI rate, suku bunga diskonto discount rate dan besarnya 78 cadangan wajib bank reserve requirement atau lebih dikenal masyarakat dengan istilah Giro Wajib Minimum GWM. Akibat kebijakan bank sentral tersebut, bank yang mempunyai kelebihan cadangan excesses reserve memiliki tingkat likuiditas yang tinggi sehingga dapat memberi pinjaman pada bank yang memiliki kesulitan likuiditas. Proses pinjam-meminjam antar bank inilah yang kemudian menimbulkan penciptakan simpanan deposit creation yang akan mempengaruhi jumlah uang beredar M1 yang merupakan penawaran uang. Menurut model, besarnya pengaruh dari suku bunga JIBOR terhadap penawaran uang adalah – 4,610  10 12 ; artinya jika variabel lainnya dianggap tetap, kenaikan suku bunga JIBOR sebesar 1 persen akan mengurangi jumlah uang beredar M1 sebanyak 4,610 triliun rupiah. Sementara besarnya pengaruh nilai tukar terhadap jumlah uang beredar adalah 7,938  10 9 ; artinya jika variabel lainnya dianggap tetap, adanya kenaikan nilai dolar AS atau terjadi depresiasi rupiah sebesar 1 rupiah, maka jumlah uang beredar akan bertambah senilai 7,938 miliar rupiah.

5.8. Analisis Model Nilai Tukar