Informan III Hasil temuan

101 perbedaan pendapat tersebut membuat mereka pernah hingga saling tidak bertegur sapa satu dengan lainnya. Bapak ER bersama keluarga juga jarang melakukan rekreasi serta ibadah bersama-sama. Pada saat mereka sedang bertengkar, isterinya pernah menggunakan pisau dan mengarahkan benda tersebut padanya. Kondisi tersebut bahkan terjadi dihadapan dan disaksikan oleh anak-anaknya. Masalah perbedaan pendapat yang sering terjadi pada orangtuanya dan sikap salah yang ditampilkan kedua orangtuanya membuat anak-anak yaitu IR dan IE mengalami kekerasan secara psikis seperti takut, trauma, sedih dan bingung jika berada dirumah. Berikut penuturan Bapak ER: “Iya, saya sering ribut dengan istri. Kami pernah berantam, dia tidak suka dengan pekerjaan saya yang selalu sibuk, katanya tidak pernah ada waktu dengan anak-anak. Karena selalu pulang malam dan kadang suka ke luar kota. Padahal saya selalu memberi apa yang diinginkan anak-anak. Dan kalau ke luar, saya selalu ngasih kabar kok,telepon anak-anak, kirim pesan juga. Dia juga curigaan sama saya, menuduh saya punya cewek lagi di luar sanalah, kadang saya kesal. Saya juga tidak tahu, dia kenapa bisa sampai berpikir seperti itu. Setiap kali kami berantam, selalu ada anak- anak di rumah. Isteri saya selalu menggunakan pisau ke saya setiap bertengkar, dan itudilihat anak-anak”.

5.2.2 Informan III

Nama :A L Jenis kelamin : Perempuan Umur :13 Tahun Agama : Islam Anak ke : 1 dari 2 bersaudara Pendidikan : Kelas 2 SMP Alamat : Jl. Budi luhur gg bersama No. 50 A Medan Helvetia Korban :Kekerasan seksual Incest 102 AL merupakan anak pertama dari dua bersaudara. AL saat ini berusia 13 tahun. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, AL memiliki paras yang manis, bertubuh tidak terlalu tinggi, ukuran tubuhnya hanya serata-rata anak seusianya, dengan tahi lalat di pipi sebelah kanan dekat bibirnya. AL tampak menarik dengan baju bermotif garis-garis berwarna hijau putih serta celana panjang hitam yang dikenakannya saat itu serta rambutnya ditutupi dengan hijab bercorak bunga. Saat itu AL tampak ceria berbicara dengan salah seorang staf administrasi di kantor KPAID Sumut. Awalnya peneliti tidak menyadari bahwa itu adalah AL. Karena peneliti melihat AL seperti anak yang tidak mempunyai suatu permasalahan. Saat peneliti mencoba untuk mendekati AL dengan mengajak berkenalan, awalnya AL tampak gugup, namun setelah peneliti berhasil berkenalan dengannya, ternyata dia merupakan anak yang murah tersenyum dan ramah. Berdasarkan kronologisnya, AL lahir dari pasangan Ibu W dan Bapak SR. Setelah ibunya bercerai dengan ayah kandungnya, tepat di tahun 2014 yang lalu, ibunya menikah lagi dengan seorang pria berinisial Y yang kini menjadi ayah tirinya. AL merupakan pelajar tidak aktif siswa kelas VII di salah satu sekolah berbasis agama Islam di Kota Medan. Ia mengalami kekerasan seksual incest, dimana pelakunya adalah ayah tirinya yang berumur 41 tahun. Ayah tirinya saat ini tidak bekerja, sementara ibunya hanya seorang tukang cuci buruh cuci pakaian di rumah tetangga. Pada saat peneliti ingin mengajak AL berkomunikasi untuk menanyakan kehidupan tentang ayah dan ibunya, AL tampak sedikit gelisah. Peneliti melihat wajah AL yang penuh dengan ketegangan. Peneliti kemudian meyakinkan AL dengan memberikan rasa nyaman padanya. Lalu dengan berjalannya waktu saat pembicaraan, AL sudah lebih rileks dan menurutnya tidak ada hal-hal yang 103 menekannya sehingga ia mulai terbuka untuk mau membicarakan terkait seputar hal- hal yang peneliti tanyakan. AL sangat antusias saat menceritakan mengenai aktivitasnya sehari-hari kepada peneliti, ia menyatakan bahwa ia selalu bangun tepat waktu pada pukul setengah enam setiap pagi atas kehendaknya sendiri. Sebelum ia berangkat ke sekolah, ia akan terlebih dahulu menyapu rumah. AL merupakan anak yang sopan, ia selalu berpamitan dan meminta izin pada orangtuanya ketika akan berangkat ke sekolah atau saat ingin pergi meninggalkan rumah. Dia selalu mencium pipi kanan dan pipi kiri ibunya saat akan berpamitan berangkat ke sekolah. AL akan berusaha untuk pulang kerumah tepat waktu jika ia sedang tidak mengikuti les. AL, anak yang patuh terhadap aturan yang berlaku di dalam keluarganya, seperti apabila orangtua melarangnya untuk bermain ataupun pergi dengan temannya, maka ia akan mendengar dan mengikuti kehendak orangtuanya. Adapun aktivitas yang dilakukannya dalam meringankan pekerjaan ibunya di rumah yaitu seperti menyapu lantai rumah, mengepel lantai serta mencuci piring. AL menyatakan adakalanya ia akan merasa bosan dan tidak betah dirumah yaitu saat mengingat sikap ibunya yang sering marah-marah terhadap dirinya dan juga adiknya. AL pernah melanggar aturan yang ditetapkan di rumah, saat ia lalai dan tidak melaksanakan tanggungjawbnya di rumah, maka AL mendapatkan teguran dan dimarahi oleh ibunya. Dia akan memilih untuk menonton televisi dan beristirahat di kamarnya setiap kali ia merasa bosan dengan kondisi keluarga. AL menuturkan bahwa ia sangat suka bergaul dengan teman dan juga keluarganya. Ia juga berprestasi di sekolahnya dan bahkan pernah mendapat peringkat pertama di kelasnya pada saat ia duduk di bangku kelas I SMP. AL juga rajin mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. AL tampak murung saat 104 menceritakan bahwa kini ia tidak mau untuk pergi kesekolahnya lagi, ia merasa malu untuk bertemu dengan teman-temannya di sekolah setelah peristiwa yang dialaminya. Pada saat peneliti ingin menanyakan tentang kedekatannya dengan kedua orangtuanya, mimik wajah AL terlihat cemberut. AL menyatakan hubungan interaksinya dengan ibunya dulu dinilai sangatlah dekat. Namun, kini hubungannya dengan ibunya sedang tidak baik dikarenakan dia tidak setuju dengan sikap ibunya yang ingin mencabut tuntutan pengaduan atas kasus ayah tirinya. AL juga masih kesal atas sikap ibunya. Sementara, hubungannya dengan ayah tirinya tidaklah dekat. AL jarang berbicara dengan ayah tirinya. AL menuturkan selama ini ia selalu berupaya untuk membangun hubungan yang baik dengan ayah tirinya tersebut. tetapi kini, dia menyatakan tidak merindukan sosok Y dalam kehidupannya sebagai ayah tirinya. Dia juga menambahkan bahwa saat ini dirinya sangat membenci sosok ayah tirinya. Menurut AL, dirinya masih trauma dengan sikap ayahnya. Dia bahkan enggan setiap kali ingin membicarakan hal tersebut. “Aku benci dan takut sama ayah, Aku enggak mau ketemu dia lagi. Aku juga enggak suka kalo ingat-ingat yang dulu, udahlah kak kita ngomongin yang lain aja” Berdasarkan kronologis peristiwa yang dialami oleh AL, bahwa pada tanggal 27 Januari 2015, pada saat AL di jemput oleh ayah tirinya setelah menyelesaikan les tambahan disekolah. Tanpa menaruh rasa curiga, AL mengikuti ajakan ayah tirinya untuk pergi jalan-jalan dengan mengendarai sepeda motor milik ayahnya. Tetapi, Ayah tirinya ternyata membawa AL ke Hotel Mutiara Hawai Medan yang beradadi jalan Jamin Ginting. Di hotel tersebut, ayah tirinya memaksa AL untuk melakukan hubungan layaknya suami isteri. 105 Saat ini AL ditempatkan di rumah aman milik KPAID Sumut. Sudah hampir dua bulan ia berada disana. Berdasarkan pengamatan penulis saat melakukan pendekatan dengannya, AL masih terlihat sedih jika mengingat masa lalu yang menimpanya. Ia malu jika berbagi cerita kepada orang lain tentang peristiwa yang dialaminya. Kepercayaannya kepada orang lain masih sangat rendah. Persitiwa itu masih meninggalkan trauma dalam dirinya. Peneliti kemudian menghentikan pembicaraan dengan AL. Selang beberapa waktu, Ibu W yang merupakan ibu kandung AL mendatangi KPAID Sumut. AL yang sudah mengetahui bahwa ibunya akan datang, memilih untuk bersembunyi karena ia tidak ingin bertemu dengan ibunya. Ibu W tampak sedih mengetahui bahwa putrinya tidak ingin bertemu dengannya. Peneliti kemudian mendekati Ibu W, setelah menerima balasan sikap baik dari ibunya, peneliti kemudian mengajaknya bercerita. Ibu W hanya tamatan Sekolah Menengah Pertama SMP, sehingga keahlian yang dimilikinya juga terbatas. Ibu W sehari- harinya hanya bekerja sebagai seorang tukang cuci dan tukang setrika pakaian pada dua keluarga di dekat rumahnya. Sementara suami keduanya Y yang merupakan ayah tiri dari AL tidak memiliki pekerjaan. Bapak Y hanya tamatan Sekolah Menengah Pertama SMP sama dengan isterinya. Ibu W memiliki 2 anak, anak perempuan pertama yaitu AL, sedangkan anak laki-laki kedua yaitu ADG berusia 7 tahun dan saat ini duduk dibangku kelas II Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu W, beliau mengatakan bahwa mereka merupakan keluarga yang mengalami himpitan ekonomi dan merasa pas- pasan dengan penghasilan yang di dapatnya. Penghasilan yang diterima oleh Ibu W setiap bulannya sekitar Rp 860.000. Sebelumnya, suami keduanya pernah mencoba beberapa pekerjaan, tetapi tidak ada yang ditekuninya dengan serius. Adanya 106 keterbatasan ekonomi keluarga menjadi penghambat dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga seperti membiayai sekolah anak-anaknya terutama dalam memenuhi perlengkapan sekolah anak-anak seperti pakaian seragam sekolah anak, biaya sekolah anak dan perlengkapan sekolah lainnya. Keterbatasan penghasilan juga membuat Ibu AL hanya dapat membeli obat-obatan dari warung dan memberikannya kepada anaknya apabila sedang dalam kondisi sakit. Ibu W juga menyatakan bahwa mereka tidak memiliki tabungan. Ibu W mendidik AL dan saudaranya yang lain dengan memberi kebebasan pada anak-anaknya untuk melakukan aktivitas apa saja di rumah seperti menyapu rumah, mengepel lantai serta mencuci piring. Kesibukan ibunya sebagai tulang punggung keluarga membuat AL dituntut menjadi anak yang mandiri. Menurut Ibunya, AL dianggap sudah dewasa dan mengerti apa yang menjadi tanggungjawabnya tanpa harus diberikan perintah. Ibu W sudah percaya pada AL untuk mengatur aktivitas-aktivitasnya sendiri. Sementara, suaminya juga memberi kebebasan kepada kedua anak tirinya untuk melakukan hal yang disukai anak-anak mereka. Ibu W berusaha untuk mengajrakan anak-anaknya untuk selalu bersikap jujur. Apabila AL lalai dalam melakukan tugas rumahnya, maka ibunya hanya akan memarahi dia dengan harapan agar AL dapat menjadi anak yang disiplin. Ibunya juga tidak menerapkan larangan seperti jam pulang malam pada dirinya. Adanya anggapan dari ibu W pada AL, bahwa anaknya tersebut sudah mengetahui hal-hal yang terbaik dan juga yang tidak baik bagi hidupnya. Pada saat anaknya sulit diatur biasanya ibu akan memarahi anaknya. Ketika peneliti menanyakan tentang dampak perlakuan kasar pada anak, ibu W mengaku tidak pernah mendengar tentang akibat dari kekerasan yang dilakukan pada anak. 107 Interaksi ibu W dan para tetangganya terjalin baik. Ibu W juga bersedia meluangkan waktunya mengikuti kegiatan- kegiatan pengajian yang dilakukan di dekat rumahnya. Sedangkan ayah tiri AL merupakan sosok ayah tidak memperdulikan anak. Dia tidak peduli dengan apa yang dilakukan anaknya. Dia juga jarang berinteraksi secara hangat dengan anak-anaknya juga dengan para tetangga sekitar rumah. Menurut pengakuan ibu R, hubungannya dengan suami keduanya Y memang dinilai kurang harmonis. Mereka sering terlibat dalam pertengkaran serta sering terjadi perbedaan pendapat. Adanya interaksi yang tidak terjalin dengan baik, membuat mereka pernah saling tidak bertegur sapa satu dengan lainnya. Biasanya hal tersebut dapat bertahan dalam waktu yang tidak tentu. Keterbatasan keuangan, membuat keluarga mereka jarang melakukan rekreasi serta ibadah secara bersama- sama. Kesibukan Ibu W yang sibuk mencari nafkah membuat dirinya jarang berdiam diri di rumah. Sementara, ketiadaan pekerjaan mengakibatkan Y memiliki lebih banyak waktu di rumah. Ibu W terlihat sedih dan terbata-bata saat menyatakan kekesalannya atas semua peristiwa yang terjadi dalam keluarga mereka. Seandainya dia dapat mengulang waktu kembali, ia akan berusaha lebih banyak memberi perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya di rumah sehingga peristiwa yang dialami oleh AL tidak pernah terjadi. Ibu W sangat membenci Y. Peristiwa itu telah menghancurkan masa depan Al dan hubungannya dengan AL kini juga mengalami perubahan. Nada suara Ibu W seketika meninggi saat mengingat sikap Y. Berikut penuturan Ibu W: “Kurang ajar dia itu, ibu gak suka melihat mukanya. Masa sudah dikawininya aku, anakku pun digarapnya juga. Kalau mengingatnya, ibu masih kesal. Mampus dia situ, udah di tahan Polres Medan sana dia. Mau ibu, dia itu dihukum yang berat. Ibu kira dulu dia itu baik orangnya, tapi 108 sekarang sudah hancur masa depan anakku dibuatnya. Karena dia juga, anakku tidak mau jumpa sama ku lagi. Sudah sebulan ibu tidak jumpa sama AL”.

5.2.3 Informan IV

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 22 137

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 10

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 32

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak 2.1.1 Pengertian anak - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Kekerasan Terhadap Anak Dalam Keluarga (Studi Kasus Di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara)

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Kekerasan Terhadap Anak Dalam Keluarga (Studi Kasus Di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara)

0 0 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA(Studi Kasus di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara- KPAID SUMUT) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Ilmu Sosia

0 0 13