75
Gambar 4.1 Bagan Struktur Lembaga KPAID Sumut
Sumber : Data Primer KPAID Sumut
4.3.2 Pembagian tugas
Berikut paparan tentang stuktur organisasi sosial KPAID Sumut
1. Ketua
Adapun tugas daripada ketua KPAID Sumut yakni :
KETUA
KELOMPOK KERJA POKJA
Kemitraan dan
kelembagaan Pengaduan dan
fasilitasi pelayanan
Sekretariat
Volunteer
76 a.
Memimpin KPAID baik ke dalam maupun ke luar lembaga
b.
Memimpin seluruh anggota KPAID
c.
Memimpin keseluruhan pelaksanaan program lembaga
d.
Merencanakan dan mengkoordinasikan pelaksanaan program lembaga
e. Melakukan dan berkoordinasi dengan bagian administrasi keuangan dalam
pengelolaan keuangan secara profesional
f.
Melakukan monitoring dan evaluasi atas program yang dilakukan anggota
g. Melaporkan pelaksanaan program kepada Gubernur dan KPAI Pusat atau
lembaga lain yang mendukung pembiayaan program
h.
Menerima dan menilai laporan anggota
i. Melaksanakan hal-hal lain yang bersifat strategis untuk memajukan hal-hal
yang berkaitan dengan hak-hak anak
j.
Membuka jaringan networking
2. Kelompok Kerja Pokja
a. Bidang Pokja Penanggung jawab Bidang Pengaduan dan Fasilitas
Pelayanan KPAID Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas :
1. Membantu pimpinan menyusun rencana strategis dalam pelaksanaan
pengaduan dan fasilitas pelayanan kasus–kasus yang menimpa anak baik
sebagai korban maupun pelaku.
2. Melakukan aktivitas–aktivitas yang terkait dengan pengaduan masyarakat atau
perorangan atas anak–anak yang berkonflik dengan hukum.
3.
Memonitoring kasus yang ditemukan dan melakukan investigasi kasus.
4. Melaksanakan atau membuat forum pengaduan dan melakukan pengolahan
data.
77
b. Bidang Pokja Penanggung jawab Bidang Kemitraan dan Kelembagaan
KPAID Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas :
1. Melakukan kontak dengan beberapa lembaga yang menaruh perhatian besar
terhadap perlindungan hak-hak anak.
2. Melakukan networking dalam bentuk kemitraan untuk bekerjasama dalam
terwujudnya perlindungan hak-hak anak demi kepentingan terbaik untuk anak.
3. Sekretaris
Adapun tugas daripada sekretaris KPAID Sumut yakni :
a. Membantu tugas-tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAID
Sumatera Utara
b. Membantu kegiatan administrasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia
KPAID Sumatera Utara
c.
Membantu tugas sekretariat serta Pokja yang ada di KPAID Sumut
d.
Menyiapkan segala keperluan kegiatan yang ada di KPAID Sumut
4. Volunteer
a. Membantu kegiatan-kegiatan pokja perihal tanggap kasus yang ada di KPAID
Sumut b.
Membantu kegiatan-kegiatan KPAID-Sumut yang berkaitan tentang pengaduan masyarakat
c. Membantu staff-staff yang ada di KPAID-Sumut dalam melayani masyarakat
yang memiliki kasus.
78
4.4 Pola pendanaan
Pola pendanaan KPAID Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan pasal 19 Kepres RI No. 77 Tahun2003 yaitu segala biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang KPAID Provinsi Sumatera Utara merupakan dana hibah yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBD Provinsi Sumatera Utara. Dana yang diperoleh digunakan untuk:
1. Biaya operasional kantor
2. Biaya gaji Komisioner dan staf
3. Biaya program kerja, sosialisasi, advokasi dan fasilitas
4.5 Fasilitas di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi
Sumatera Utara KPAID Sumut
Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara KPAID Sumut awalnya terletak di Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Utara.
Tetapi sejak tahun 2006 KPAID Sumut sudah menetap di jalan Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan tepat di belakang RSU Pirngadi di Komplek
BAPEMMAS hingga saat ini. KPAID Sumut ini dirancang dengan nuansa dunia anak-anak yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan serta sesuai dengan anak
sehingga anak-anak yang datang tidak merasakan seperti berada di kantor polisi. Adapun fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh KPAID Sumut antara lain :
a. Ruang mediasi
Fasilitas ini diperuntukkan bagi para orang tua atau keluarga yang mempunyai masalah terhadap anaknya. Ketika permasalahan yang dialami tidak
mendapatkan titik terang dari suatu lembaga negara seperti pengadilan, maka dari
79 pihak KPAID Sumut memberikan jalan penengah dibalik permasalahan tersebut.
KPAID Sumut sendiri akan membuka percakapan dari pihak pelapor dan terlapor dengan segala keinginan kedua pihak untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi
anak, maka dari pihak KPAID Sumut akan menampung segala harapan dan keinginan dari masing-masing pihak lewat notulensi.
Setiap percakapan yang terjadi selama mediasi akan dituliskan kembali ke berita acara, agar jika suatu saat salah satu pihak menginginkan hasil dari
percakapan selama mediasi dapat diberikan kepada pihak terlapor maupun pelapor sebagai pertimbangan atau catatan pribadi. Apabila segala kesepakatan yang
tercatat dilanggar, maka segala keinginan dan harapan salah satu pihak akan dicabut.
b. Ruang sholat
KPAID Sumut juga menyediakan tempat ibadah bagi setiap pengaduan yang datang. Ruangan ini digunakan untuk melakukan kegiatan kerohanian bagi setiap
orang khususnya yang beragama Muslim yang datang ke KPAID Sumut untuk ibadah sholat. Adapun luas ruangan ini adalah 5 x 4,5 m dengan dilengkapi 2 buah
kitab Al-Qur’an, 2 pasang mukenah dan sebuah tempat berwudhu.
c. Ruang bimbingan konseling
Fungsi ruang ini adalah sebagai tempat konsultasi dan evaluasi perkembangan psikologis korban. Ruang ini khususnya digunakan oleh konselor
untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi korban. Sehingga korban dapat memperoleh terapi psikologi dari ahlinya. Disini juga nantinya korban akan diajak
bicara tentang apa yang dialaminya.
80 Konseling ini bertujuan untuk memberikan kebebasan bicara buat korban
dalam berinteraksi dengan konselor. Diharapkan ketika korban diberi pertanyaan soal kejadian yang dia alami, dapat memberikan informasi yang dijadikan sebagai
kronologis dari kejadian yang korban alami dengan memberikan kenyamanan agar si korban tidak takut untuk berinteraksi dengan konselor.
d. Ruang pengaduan
Ruangan ini digunakan dimana seseorang atau kelompok yang datang dengan membawa permasalahan yang berkaitan dengan anak dan mengadukan
segalanya dengan harapan pihak KPAID dapat membantu masalah tersebut sampai tuntas. Pengaduan yang datang ke KPAID Sumut akan memberikan informasi dari
apa yang dialami oleh anak mereka. Segala pengaduan yang datang akan diijinkan untuk mengutarakan apa yang dirasakan oleh anak. Sehingga dari pihak KPAID
Sumut dapat segera melakukan upaya terkait dengan kasus yang dialami anak tersebut.
e. Ruang rapat
Ruangan ini digunakan untuk melakukan pertemuan antara para staff di KPAID Sumut untuk membahas program-program apa yang akan dibuat untuk
kegiatan selanjutnya. Luas ruangan ini berukuran 9 x 6 m dan berada di belakang tepat di sebelah tempat pengambilan air wudhu. Ruangan ini bukan hanya digunakan
untuk rapat antar staff saja melainkan bisa digunakan untuk pertemuan antar instansi lain yang terkait dengan permasalahan anak seperti Perlindungan Perempuan dan
Anak PPA, Pekerja Sosial Kemensos dan lain-lain.
81
f. Gudang
Ruangan ini digunakan sebagai tempat penyimpanan segala berkas-berkas pengaduan dari tahun-tahun lalu, penyimpanan makalah-makalah tentang informasi
yang berkaitan dengan masalah anak yang diperoleh dari media cetak. Ruangan ini
mempunyai ukuran luas 4,5 x 4,5 m.
g. Rumah aman
shelter
Shelter atau rumah aman milik KPAID Sumut dinamakan RUPA Rumah Perlindungan Anak, rumah aman merupakan tempat tersembunyi yang digunakan
untuk memberikan perlindungan bagi anak–anak yang merasa ataupun mengalami suatu ancaman akan jiwa dan keselamatannya. Begitu juga halnya dengan
penindasan dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab, sehingga diharapkan dapat memberikan ketenangan dalam jiwa dan berpikir si anak. Biasanya shelter atau
rumah aman hanya dilakukan dalam kurun waktu sementara. Ini dilakukan agar anak-anak tersebut dapat merasakan ketenangan danmenghilangkan ketakutan pada
diri anak ketika melihat orang banyak.
4.6 Proses Penanganan kasus di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah
Provinsi Sumatera Utara KPAID Sumut
Ada beberapa tahapan-tahapan atau proses yang akan dilakukan ketika
menangani kasus kekerasan di KPAID Sumut yaitu : a.
Pengaduan
Proses pengaduan ini merupakan langkah awal ketika seseorang, instansi, atau kelompok yang datang mengajukan suatu kasus yang terkait dengan permasalahan
anak. Biasanya seseorang atau kelompok yang datang mengadu disebut pelapor,
82 dimana orang tersebut merupakan yang pertama kali mengetahui secara lengkap
kronologis akan persitiwa tersebut. Pelapor akan memberikan informasi yang akurat dengan apa yang menjadi masalah terhadap anak tersebut, sehingga lembaga ini akan
mencatat kronologis tersebut untuk dijadikan sebagai bukti penerimaan pengaduan. Adapun syarat yang akan dipenuhi ketika pelapor datang dan memberikan
pengaduannya kepada KPAID Sumut seperti memberikan data diri pelapor, identitas korban dan menceritakan kronologis kejadian secara benar. Jika semuanya terpenuhi
maka tahapan selanjutnya pelapor dan terlapor akan diundang untuk menghadiri proses mediasi baik secara via telepon atau melalui pos.
Tata cara pengaduan
1. Langsung, melalui menerima pelaporan atau pengaduan masyarakat yang
datang langsung ke Kantor KPAID Sumut secara langsung. 2.
Tidak langsung, menerima pengaduan atau pelaporan dari masyarakat baik melalui telepon, surat serta via e-mail.
Prinsip-prinsip pengaduan
Dalam penanganan pengaduan, harus memperhatikan beberapa prinsip: 1.
Non diskriminasi Dalam penerimaan pengaduan anak harus didudukkan sebagai subyek atau manusia
yang mempunyai martabat yang harus dihormati dan dilindungi. Penerimaan pengaduan sebaiknya menghindari perbedaan yang menyangkut SARA, kondisi fisik
dan mental anak. 2.
Mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak
83 Dalam penerimaan pengaduan harus memperhatikan kepentingan yang terbaik bagi
anak yang diperlakukan secara manusiawi, mempunyai akses informasi dan menjaga privacy anak dan pengadu.
3. Menghormati pandangan anak
Dalam penerimaan pengaduan anak, anak mempunyai kebebasan untuk menyampaikan pendapat menyampaikan pendapat dan sikapnya tanpa ada tekanan
dari pihak manapun.
Mekanisme pengaduan
1.
Penerimaan pendaftaran pengaduan
Setiap pengaduan harus didaftar terlebih dahulu sehingga kasus aduan dapat dicatat dengan jelas dan akurat sebelum memberikan saran.
2.
Analisis dan klasifikasi kasusmasalah
Setiap pengaduan diberikan analisis kemudian diklasifikasi, dan dicarikan alternatif solusi terbaik bagi anak.
3.
Tindak lanjut penyelesaian
Upaya mempertemukan pihak yang bermasalah untuk penyelesaian kasus demi kepentingan terbaik bagi anak.
4.
Rujukan pada pihak pendampingan
KPAID dapat memberikan saran rujukan untuk pendampingan bagi anak dalam penyelesaian masalah hukum,psikologis atau sosial.
84
Gambar 4.6 Mekanisme penerimaan dan penanganan pengaduan oleh KPAID Sumut
Sumber : Data Primer KPAID Sumut Pelapor
Tidak langsung: 1.
Via telepon 2.
Via surat 3.
Via E-mail Datang
sendiri Kelompok kerja
pengaduan
Berkas laporan
Analisa kasus
Hasil analisa kasus
Diproses lebih lanjut Ditolakkarena
tidak terkait isu anak
Assessment Home School
visit Koordinasi internal
KPAID Koordinasi antar
lembaga Pengawasan
terhadap tindak lanjut
rekomendasi
Follow up kasus rekomendasi
KPAID Kasus pidana
a. Komunal
b. Individual
Kasus perdata dan umum
a. Komunal
b. Individual
Pemanggilan terlapor dan para pihak
85
b. Mediasi
Proses mediasi merupakan proses dimana merespon pengaduan pelapor yang datang. Mediasi bertujuan untuk memberikan jalan penengah dibalik permasalahan
yang diperuntukkan bagi para orang tua atau keluarga yang mempunyai masalah terhadap anaknya guna untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi anak. Keinginan
pelapor akan dilakukannya mediasi karena tidak mendapatkan hasil yang maksimal dari putusan pengadilan sehingga diharapkan kepada lembaga ini untuk dapat
membantu dalam menemukan jalan tengah dari permasalahan tersebut. Dalam mediasi ini juga para pihak pelapor dan terlapor akan dipertemukan dan duduk
bersama dalam satu ruangan, ini dilakukan agar masing-masing pihak dapat saling
mendengar dan menyimak secara seksama dengan apa yang diinginkan pelapor.
Proses mediasi ini dilakukan sebanyak 3 kali pemanggilan kepada pihak terlapor, apabila dalam setiap undangan pihak terlapor tidak menghadiri proses
mediasi maka akan dinyatakan tidak berhasil dalam menempuh hasil bersama yang telah dibuat oleh pihak KPAID Sumut, maka terlapor akan dinyatakan sebagai klien
yang tidak kooperatif. Hasil yang didapat dari proses mediasi ini adalah adanya
kesepakatan tertulis terkait dengan keinginan masing-masing pihak.
c. Pemantauan atau rekam aduan
Pemantauan atau rekam aduan ini dimaksudkan untuk memantau dan memonitoring anak setelah kembali ke lingkungan keluarganya pengasuh dengan
apa yang sudah disepakati melalui proses mediasi yang pernah dilakukan. Pemantauan ini bisa dilakukan dengan cara berkomunikasi dengan pelapor atau
melakukan tindak lanjut ke tempat kediaman pengasuh ataupun terlapor. Rekam aduan dapat dijadikan sebagai bukti bahwasanya pihak pelapor dan terlapor diketahui
86 melanggar atau tidak memenuhi segala kesepakatan yang sudah diketahui oleh
lembaga. Maka jika hal ini terjadi, dipastikan salah satu pihak akan dikenakan sanksi karena melanggar surat kesepakatan yang sudah diketahui oleh beberapa pihak.
87
BAB V ANALISIS DATA
5.1 Pengantar
Berdasarkan pengumpulan data yang telah dikumpulkan melalui teknik wawancara dan observasi dengan informan, peneliti berhasil mengumpulkan data
informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tindakan kekerasan terhadap anak dalam keluarga.
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan utama yaitu: 1.
Peneliti dilakukan atau diawali dengan mengumpulkan berbagai dokumen dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah KPAID Provinsi
Sumatera Utara mengenai anak-anak korban kekerasan dalam keluarga. Pengumpulan data tersebut berupa case record yang meliputi biodata anak
korban kekerasan dalam keluarga, kronologis kasus, dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan korban kekerasan dalam keluarga yang pernah di
dampingi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah KPAID Provinsi Sumatera Utara.
2. Melakukan diskusi terbuka dengan staf Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Daerah KPAID Provinsi Sumatera Utara khususnya Kelompok Kerja Pokja bidang Pengaduan dan Fasilitas Pelayanan dalam proses penentuan
informasi dan kronologis kasus kekerasan dalam keluarga yang dialami korban.
Hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan diperoleh berbagai data- data melalui observasi dan wawancara mendalam dengan informan. Untuk melihat
gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka penulis mencoba menguraikan petikan
88 wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang data-data tersebut diteliti,
ditelaah, maka selanjutnya adalah mengadakan kategorisasi perbandingan- perbandingan sebelum akhirnya menarik kesimpulan.
Informan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 11 orang, dengan komposisi 1 orang informan tambahan pangkal, 5 orang informan kunci dan 5