Informan IV Bidang Pokja Penanggung jawab Bidang Kemitraan dan Kelembagaan

108 sekarang sudah hancur masa depan anakku dibuatnya. Karena dia juga, anakku tidak mau jumpa sama ku lagi. Sudah sebulan ibu tidak jumpa sama AL”.

5.2.3 Informan IV

Nama :RHP Jenis kelamin :Laki-laki Umur :14 Tahun Agama :Islam Anak ke : 3 dari 4 bersaudara Pendidikan : Kelas VIII SMP Alamat : Jl. Letjen Jamin Ginting No. 94 Lk II, Kel. Simpang Selayang Korban :Penelantaran RHP merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. RHP saat ini berusia 14 tahun. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, RHP memiliki tubuh yang kurus dan tinggi, rambutnya lurus berwarna hitam serta berkulit gelap. Saat itu RHP datang bersama R Ibu kandungnya. Ketika peneliti mencoba untuk mendekati RHP dengan mengajak berkenalan, awalnya RHP terlihat enggan, namun setelah peneliti berhasil berkenalan dengannya, ternyata dia anak yang hangat diajak berkomunikasi. Berdasarkan kronologisnya, RHP lahir dari pasangan Ibu R dan Bapak AHT yang telah menikah selama 22 tahun. RHP merupakan pelajar aktif siswa kelas VIII di salah satu sekolah negeri di Kota Medan. Ia dan saudaranya yang lain tidak diberikan biaya pendidikan dan tidak dipenuhi segala kebutuhannya oleh ayahnya. Ia mengalami penelantaran dimana pelakunya adalah ayah kandungnya sendiri yang 109 berumur 41 tahun. Tepatnya pada bulan Juli 2014, ayahnya mulai tidak pulang ke rumah dan tidak memberikan nafkah lagi untuk memenuhi segala kebutuhan isteri dan anaknya. Saat ini RHP dan saudaranya yang lain tidak mendapatkan perhatian serta kasih sayang dari ayahnya selama hampir delapan bulan. Ayahnya RHP merupakan seorang pegawai swasta, sementara ibunya hanya mengurus rumah tangga. Pada saat peneliti ingin mengajak RHP berkomunikasi untuk menanyakan kehidupan keluarga baik ayah dan ibunya, RHP tampak sedikit sungkan. Peneliti melihat wajah RHP berubah sedikit menjadi kaku. Peneliti kemudian meyakinkan RHP dengan memberikan rasa nyaman padanya. Lalu dengan berjalannya waktu saat pembicaraan, RHP sudah lebih rileks dan menurutnya tidak ada hal-hal yang menekannya sehingga ia mulai terbuka untuk mau membicarakan terkait seputar hal- hal yang peneliti tanyakan. RHP termasuk anak yang rajin, ia menyatakan bahwa setiap pagi ia selalu bangun tepat waktu pada pukul lima pagi atas kehendaknya sendiri. Sebelum berangkat ke sekolah, ia dan saudaranya yang lain biasanya terlebih dahulu membantu ibunya menyiapkan makanan berupa cemilan kue-kue yang akan dijual oleh ibunya. Dia termasuk anak yang sopan, ia selalu berpamitan dan meminta izin pada orangtuanya ketika akan berangkat ke sekolah atau saat ingin pergi meninggalkan rumah yaitu dengan mencium punggung tangan ibunya. Begitu juga pada saat pulang sekolah, ia akan berusaha selalu pulang kerumah tepat waktu. Dia patuh pada ibunya, misalnya pada saat orangtua melarangnya untuk bermain atau pergi dengan teman-temannya, maka ia akan mendengar dan mengikuti kehendak orangtuanya. Ia juga sangat bertanggungjawab terhadap adik-adiknya dan juga rajin membantu ibunya yaitu seperti menyapu rumah, membersihkan pekarangan rumah 110 dan sebagainya. Apabila ia tidak melaksanakan tugasnya dengan baik biasanya ibunya akan memarahinya. RHP menyatakan ia pernah merasa bosan dan tidak betah dirumah terutama saat mengingat sikap ayahnya yang suka marah-marah pada semua anggota keluarga dulu. RHP menyatakan hubungan interaksinya dengan sang ibu sangat dekat. Saat peneliti ingin menanyakan tentang kebersamaannya dengan AHT ayah kandungnya, mata AHT terlihat sayu. Ia menyatakan hubungan interaksinya dengan ayah saat ini benar-benar telah terputus. Dia tidak mengetahui dimana keberadaan AHT. Dia juga menambahkan bahwa dia pernah sangat membenci sikap ayahnya yang tidak pernah hadir dan memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Meskipun AHT memiliki sifat pemarah dan suka memerintah, kini RHP merindukan sosok AHT dalam kehidupannya sebagai bapak kandungnya. Setelah peneliti selesai berbicara dengan RHP, kemudian peneliti mendekati Ibu R yang merupakan Ibu kandung dari RHP. Ibu R adalah seorang ibu rumah tangga. Namun, sejak suaminya AHT jarang pulang kerumah, Ibu R harus menggantikan posisinya sebagai tulang punggung keluarga yaitu dengan berdagang kue. Penghasilan ibu R yang didapatnya hanya sedikit sekitar Rp 520.000 perbulan. Menurut pengakuannya, penghasilan yang di dapatnya juga tidak menentu, terkadang ia bisa mendapat lebih dari jumlah itu tetapi jumlahnya juga bisa kurang dari Rp 520.000. Semua itu tergantung kondisi pasar yang tidak menentu. Ibu R hanya dapat mengecap pendidikan sampai Sekolah Menengah Atas SMA sementara suaminya merupakan lulusan sarjana. Ibu R memiliki 4 anak, anak perempuan pertama yaitu GOT sudah tamat SMA, berusia 21 tahun dan saat ini bekerja di sebuah pabrik swasta, anak kedua juga perempuan yaitu AT dan saat ini merupakan pelajar aktif kelas XI di salah satu sekolah swasta di Kota Medan, anak 111 ketiga yaitu RHP. Sedangkan anak keempatnya berjenis kelamin perempuan yaitu AA berusia 6 tahun dan merupakan siswa kelas I SD berbasis agama Islam di Simalingkar. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu R, ia menyatakan bahwa kondisi keluarga mereka saat ini memang sedang sulit. Sebelum suaminya meninggalkan rumah, Ibu R mempunyai ketergantungan ekonomi terhadap suaminya. Kini penghasilan yang diperolehnya sangat rendah menjadi penghambat dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga mereka sehari-hari. Biaya untuk menyekolahkan anak-anak semakin mahal dan terasa sulit untuk dipenuhi sendiri oleh ibu R. Penghasilan anak pertamanya yang didapat dengan bekerja sebagai buruh hanya sekitar Rp 1.300.000 setiap bulan. Hal tersebut juga belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Begitu juga saat anaknya yang keempat pernah menderita sakit deman berdarah dan harus dirawat di Rumah Sakit, Ibu R pernah meminta bantuan biaya pengobatan kepada keluarganya. Raut wajah Ibu R terlihat berubah saat menyatakan bahwa Ibu R juga memiliki ketakutan dengan keterbatasan pendapatan yang dimilikinya akan mengakibatkannya tidak sanggup untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Ia khwatir anak-anaknya akan berhenti dan tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Ibu R selalu mengajarkan RHP dan saudaranya yang lain dengan memberi kebebasan pada anak-anaknya untuk melakukan aktivitas apa saja terutama dalam hal pemilihan aktivitas di rumah. RHP diberi kebebasan oleh ibunya untuk melakukan aktivitas seperti menyapu rumah dan membersihkan pekarangan rumah. Kesibukan ibunya sebagai tulang punggung keluarga membuat RHP dituntut menjadi anak yang dewasa dan bertanggungjawab. Ibunya sudah percaya pada RHP untuk mengatur aktivitas-aktivitasnya dan juga saudaranya yang lain mengingat RHP 112 merupakan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga. RHP diajarkan oleh ibunya untuk menjadi seseorang yang baik dan selalu bersikap sopan dengan orang lain. Saat RHP tidak melakukan tugas rumahnya, Ibu R biasanya akan memarahi anaknya dengan harapan agar RHP dapat merubah perilakunya menjadi lebih baik lagi. Menurut pengakuan ibu R, sebelum AHT meninggalkan mereka, hubungan diantara dirinya dan suami baik. Tetapi sejak AHT pulang dari tugas dinas yang dilaksanakannya selama lima hari di Padang, sikap AHT mulai sedikit berubah. AHT sering tiba-tiba marah di rumah. Semua anggota keluarga dimarahi dan dibentak jika tidak melakukan sesuai kehendaknya. Sejak saat itu juga, suaminya sering pulang terlambat bahkan hingga jarang pulang. AHT beralasan bahwa di kantornya sedang banyak pekerjaan. Ibu R selalu percaya suaminya dan tidak pernah curiga dengan sikapnya. Adapun dampak dari perbedaan pendapat tersebut membuat mereka jarang berinteraksi satu sama lain. Sebelumnya, penghasilan suaminya dirasa sangat cukup oleh Ibu R untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga mereka. Meskipun, sebelumnya keadaan ekonomi mereka berkecukupan, namun keluarganya juga jarang melakukan rekreasi serta ibadah secara bersama-sama. Dampak terburuk dari semua masalah yang dihadapi oleh Ibu R yaitu AHT tidak pernah memberikan nafkah lagi kepada isteri dan tidak pernah membiayai pendidikan, kebutuhan dan masalah kesehatan anak-anak. Berikut penuturan Ibu R: “Kejadian pada bulan Juli tahun 2014. Sebelum dia pergi meninggalkan kami sampai hari ini, kami memang sudah tiga hari tidak berkomunikasi dikarenakan sebelumnya kami memang bertengkar untuk kesekian kalinya. Selama ini, saya sudah bersabar dengan sikapnya yang seperti itu bahkan saya juga selalu terima kalau dia selalu pulang kemalaman bahkan jarang pulang. Tetapi waktu kami bertengkar terakhir itu, dia menyalahkan dan memarahi saya dengan bahasa-bahasa kotor hanya karena saya menanyakan kenapa pulang hingga tengah malam lagi. Dia marah dan bentak saya. Saya tidak tahan jika selalu harus bersabar. Akhirnya saya bertekad tidak akan berbicara padanya kala itu. Namun, bukannya menyadari perubahan sikap saya. Dia malah jarang pulang ke rumah dan sampai sekarang tidak pernah ada kabar darinya. Padahal 113 anak-anak masih perlu biaya darinya untuk sekolah dan kebutuhan lainnya”

5.2.4 Informan V

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 22 137

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 10

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 32

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak 2.1.1 Pengertian anak - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Kekerasan Terhadap Anak Dalam Keluarga (Studi Kasus Di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara)

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Kekerasan Terhadap Anak Dalam Keluarga (Studi Kasus Di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara)

0 0 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA(Studi Kasus di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara- KPAID SUMUT) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Ilmu Sosia

0 0 13