95 “Kalau dia bisa mengajak kami semua masuk Kristen sama kayak dia,
dia nanti dapat warisan dari almarhum ibunya,mertua saya,seperti itu kata mertuaku dulu sama dia, tapi kami gak mau nak. Dia terus mengancam
kami untuk masuk ke agamanya biar sama-sama dia terutama anak-anak. Dia itu kalaubicara kasar, kata-kata kotor terus diucapkan sama kami.
Anak-anak jadi gak betah dan merasa terancam, terutama anak saya yang paling kecil jadi selalu takut sama dia bahkan si HSS inipunsudah tidak
suka lagi lihat bapaknya. Ibu tidak kuat kalau lihat anak-anak yang selalu ketakutan gitu. Itu makanyakami semua lari dari tempat kos-kosan kami.”
Kondisi tersebut membuat anak-anak menjadi takut, cemas dan tidak betah jika berada dirumah. Adanya ancaman dan sikap yang selalu mengintimidasi dari
ayahnya membuat HSS hingga mengalami kekerasan secara psikis.
5.2.1 Informan II
Nama :I R
Jenis kelamin :Laki-laki
Umur :15 Tahun
Agama :Buddha
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Pendidikan : Kelas X SMA
Alamat : Jl. Makmur Adam Malik, Villa Makmur Indah
blok D 21 Medan Korban
:Kekerasan psikis
Hampir sama dengan Informan I yang mengalami kekerasan secara psikis, pada informan II yang berinisial IR ini mengalami kekerasan secara psikis akibat
perlakuan yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri yang berusia 39 tahun. IR merupakan anak sulung dari dua bersaudara. IR berusia 15 tahun saat ini. IR berkulit
putih, bentuk wajahnya yang oval sangat proporsional dengan sebuah kacamata yang
96 membingkai mata sipitnya kala itu. Awalnya peneliti melihat IR sepertinya
merupakan anak yang pendiam saat sedang datang didampingi ayahnya. Peneliti mencoba untuk mendekati IR dengan mengajaknya berkenalan. Setelah peneliti
berhasil berkenalan dengan IR, ternyata IR anak yang terbuka dalam berkomunikasi. Berdasarkan kronologisnya, IR lahir dari pasangan Bapak ER dan Ibu E.
Orangtua IR sudah menikah hampir 16 tahun hingga kini status hubungan diantara mereka masih dalam hubungan suami dan isteri yang sah. IR adalah pelajar aktif
yang sedang duduk di bangku kelas X di salah satu sekolah SMA swasta ternama di kota Medan. Papanya IR sehari-harinya bekerja sebagai seorang karyawan,
sementara mamanya hanya seorang ibu rumah tangga. IR juga anak yang ramah, saat peneliti berbicara dengannya, dia selalu
memberikan respon yang baik. Dia juga bersedia membicarakan terkait seputar hal- hal yang ingin peneliti tanyakan tentang aktivitas dan kondisi keluarganya. IR
menyatakan bahwa setiap pagi ia selalu bangun pada pukul setengah enam pagi tanpa dipaksa oleh siapapun. Tidak ada aktivitas yang dilakukannya setiap pagi selain
hanya mempersiapkan diri untuk bersekolah. IR sangat menghormati kedua orangtuanya, ia juga selalu berpamitan dan meminta izin terlebih dahulu pada
orangtuanya ketika akan berangkat ke sekolah ataupun ketika ingin pergi meninggalkan rumah bersama dengan teman-temannya. Baginya berpamitan kepada
orangtua merupakan hal yang penting dilakukan, karena ia meyakini agar setiap langkahnya dapat terhindarkan dan terlindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan. IR
juga seorang anak yang patuh, ia akan mengikuti keinginan orangtuanya seperti halnya apabila orangtua melarangnya untuk tidak bermain dengan temannya, maka ia
akan mendengar dan mengikuti kehendak orangtuanya.
97 Aktivitas yang padat membuatnya jarang pulang kerumah tepat waktu.
Namun, saat ia akan terlambat pulang kerumah maka ia akan selalu memberi kabar kepada orangtuanya dikarenakan ia tidak ingin membuat mereka
mengkhawatikannya. Ia sangat aktif mengikuti berbagai les pelajaran tambahan di luar sekolahnya. Hari-harinya selalu diisi dengan kegiatan positif seperti mengikuti
les dan juga bermain futsal dengan teman-temannya di akhir pekan. Dia sangat senang berkumpul bersama teman-temannya dan menghabiskan waktu bersama
mereka. Tetapi hal itu bukan karena dia tidak menyayangi keluarganya. Saat peneliti menanyakan tentang hal-hal yang membuat dirinya tidak betah
dirumah, IR terlihat murung. IR menyatakan adakalanya ia merasa bosan dan tidak betah dirumah yaitu apabila saat mengingat papanya yang sering melakukan tugas di
luar kota, dan juga saat melihat kedua orangtuanya yang suka bertengkar serta saling mengancam di hadapannya dan juga adiknya. Saat kedua orangtuanya bertengkar,
mamanya dengan mudahnya memegang pisau dan mengarahkannya ke papanya. Kondisi tersebut selalu disaksikannya. Ia merasa takut, khwatir dan sedih setiap
peristiwa itu terjadi. IR pernah berusaha untuk meredam emosi kedua orangtuanya yang saling memuncak saat bertengkar, tetapi pada akhirnya ia hanya akan dibentak
oleh mamanya. Setiap hal itu terjadi lagi, IR pun hanya akan mengurung dirinya di kamar, memilih untuk bermain game online ataupun pergi bermain dengan teman-
temannya. IR tertunduk dan sedih mengungkapkan keluhannya bahwa ia terkadang bingung pada dirinya yang harus berdiri dan memihak siapa setiap kali kedua orang
tuanya bertengkar. Dia juga menuturkan bahwa ia tidak begitu menyukai aturan jam malam
yang ditetapkan oleh mamanya di rumah. Bagi IR, sikap mamanya tersebut terlalu berlebihan dikarenakan ia sudah mengetahui apa yang baik dam buruk baginya.
98 IR merupakan anak yang rajin, dalam mengerjakan tugas sekolah ia
menyatakan enggan untuk menunda-nunda tugas sekolahnya serta prestasi disekolahnya juga baik. Ia selalu menyempatkan diri untuk mempelajari dan
mendalami setiap pelajaran yang terlihat sulit baginya. IR terlihat termenung saat mengingat dan menceritakan bahwa ia pernah mengalami penurunan prestasi
disekolahnya dikarenakan tidak fokus saat mengikuti ujian akibat pertengkaran kedua orang tuanya.
Ketika peneliti ingin menanyakan tentang kebersamaannya dengan kedua orangtuanya, terlihat dari mimik wajahnya yang tanpa ekspresi. Ia menyatakan
bahwa hubungan interaksi antara dirinya dan kedua orangtuanya terjalin baik begitu juga dengan adiknya. Meskipun papanya sering meninggalkan mereka keluar kota
untuk bekerja, namun sosok ayahnya dinilai baik. Sementara itu, menurut IR bahwa ibunya merupakan sosok mama yang sebenarnya baik, cuma cenderung cerewet
bawel dan pemarah. IR menyatakan dirinya akan dimarahi oleh mamanya jika dia tidak untuk merapikan tempat tidur dan membereskan kamar tidurnya. Namun, sifat
IR yang usil serta suka mengganggu adiknya hingga adiknya menangis juga membuat dirinya sering dimarahi dan pernah dicubit oleh mamanya.
Setelah peneliti selesai berbicara dengan IR, kemudian peneliti mendekati Bapak ER yang merupakan ayah kandung dari IR. Bapak ER sehari-harinya bekerja
sebagai seorang karyawan swasta di salah satu perusahaan di Medan, sementara isterinya hanya seorang ibu rumah tangga. Bapak ER lulusan strata satu dari suatu
Perguruan Tinggi dan ibunya hanya mengecap pendidikan sampai jenjang diploma. Bapak ER memiliki dua anak laki-laki, anak pertama yaitu IR, sedangkan anak yang
kedua yaitu IE berusia 13 tahun dan saat ini duduk dibangku kelas VII SMP.
99 Berdasarkan hasil wawancara dengan ayahnya yaitu Bapak ER, mengatakan
bahwa mereka merupakan keluarga yang berkecukupan dan tidak merasa kekurangan dengan penghasilan yang di dapatnya. Penghasilan yang diterima oleh bapak ER
setiap bulannya sekitar Rp 6.200.000, sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka setiap hari. Keluarga mereka tidak memiliki hambatan dalam pemenuhan
kebutuhan rumah tangga dan memfasilitasi pendidikan anak. Disamping itu, keluarga mereka juga memiliki kebiasaan untuk menabung sebagian dari sisa penghasilannya
untuk masa depan anak-anak mereka. Bapak ER mendidik IR dan saudaranya yang lain dengan memberikan
kesempatan kepada anak-anak mereka untuk melakukan aktivitas yang anak sukai tetapi disertai adanya pengawasan baik olehnya dan juga isteri. Bapak ER tidak
memberikan hukuman apabila anaknya lalai dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Namun, bapak ER berusaha melakukan pendekatan terlebih dahulu, membicarakan
kendala yang dialami anak lalu memberikan teguran berupa nasehat. Selain itu, Bapak ER akan memberikan apa yang menjadi keinginan anak mereka jika anak
dapat berprestasi dalam pendidikannya misal dengan memberinya gadget terbaru. Sementara isterinya menegaskan tentang aturan jam pulang malam pada anaknya
yang mengharuskan setiap anak tidak boleh pulang lewat dari jam 10 malam. Bapak ER menyatakan pendidikan moral sangat penting sehingga ia dan
istri selalu berusaha menanamkan nilai-nilai moral terhadap anak-anaknya terutama nilai kesopanan seperti sikap saat berbicara dengan orang lain harus sopan. Hal
tersebut dapat penulis lihat dari sikap IR yang berkomunikasi dengan peneliti pada saat berlangsungnya wawancara ini.
Saat dihadapkan pada sikap anak yang sulit diatur, mata Bapak ER agak terpejam, kemudian dia menyatakan bahwa ia hanya akan memberikan teguran dan
100 nasehat saja. Walaupun Bapak ER mengetahui dampak dari perlakuan kasar yang
diberikan pada anak terutama dalam mendidik dan mendisiplinkan anak tetapi pada kenyataannya dia tidak dapat menahan isterinya untuk tidak memperlihatkan sikap
kasar dihadapan anak-anaknya. Berikut penuturan ER : “Jika anak diperlakukan kasar kedepannya dia dapat tumbuh menjadi
orang dewasa yang juga akan berlaku kasar kepada orang lain bahkan mungkin pada anak-anak juga akan kasar yah. Selain itu juga harga diri si
anakbiasanya jadi rendah”
Bapak ER terlihat kecewa kepada dirinya sendiri saat peneliti mencoba menyanyakan kedekatannya dengan kedua putranya. Ia menyatakan selalu berusaha
membangun hubungan yang baik dengan anak-anaknya. Dia ingin menjadi sahabat bagi anaknya, namun aktivitasnya yang sibuk membuatnya jarang memperhatikan
anak-anaknya. Dia jarang mendampingi anaknya terutama pada saat anak melakukan tugas sekolah atau pekerjaan rumahnya. Hal tersebut diserahkan kepada isterinya.
Sementara itu, Ibu E akan menegur dan memarahi jika anak mereka tidak mengikuti peraturan yang telah ditetapkan bersama dan pada saat anak berbuat suatu
kesalahan. Ibu E tidak menyukai saat anak tidak bersikap seperti yang diinginkannya. Ibu E akan mencubit anaknya apabila anak-anaknya berbuat nakal.
Hubungan Bapak ER dengan para tetangganya tidak terlalu dekat. Dikarenakan pekerjaannya yang selalu mengharuskannya pulang di malam hari, serta
kondisi tempat tinggal mereka dimana rata-rata diisi dengan orang-orang yang pada dasarnya juga sibuk bekerja, membuatnya jarang berinteraksi dengan tetangga.
Bapak ER juga mengaku jarang mengikuti kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekitar rumahnya.
Menurut penuturan Bapak ER, keluarganya dinilai tidak harmonis, diantara dirinya dan istri memang sering terjadi perbedaan pendapat. Adapun dampak dari
101 perbedaan pendapat tersebut membuat mereka pernah hingga saling tidak bertegur
sapa satu dengan lainnya. Bapak ER bersama keluarga juga jarang melakukan rekreasi serta ibadah bersama-sama.
Pada saat mereka sedang bertengkar, isterinya pernah menggunakan pisau dan mengarahkan benda tersebut padanya. Kondisi tersebut bahkan terjadi dihadapan
dan disaksikan oleh anak-anaknya. Masalah perbedaan pendapat yang sering terjadi pada orangtuanya dan sikap salah yang ditampilkan kedua orangtuanya membuat
anak-anak yaitu IR dan IE mengalami kekerasan secara psikis seperti takut, trauma, sedih dan bingung jika berada dirumah. Berikut penuturan Bapak ER:
“Iya, saya sering ribut dengan istri. Kami pernah berantam, dia tidak suka dengan pekerjaan saya yang selalu sibuk, katanya tidak pernah ada
waktu dengan anak-anak. Karena selalu pulang malam dan kadang suka ke luar kota. Padahal saya selalu memberi apa yang diinginkan anak-anak.
Dan kalau ke luar, saya selalu ngasih kabar kok,telepon anak-anak, kirim pesan juga. Dia juga curigaan sama saya, menuduh saya punya cewek lagi
di luar sanalah, kadang saya kesal. Saya juga tidak tahu, dia kenapa bisa sampai berpikir seperti itu. Setiap kali kami berantam, selalu ada anak-
anak di rumah. Isteri saya selalu menggunakan pisau ke saya setiap bertengkar, dan itudilihat anak-anak”.
5.2.2 Informan III