Teknik Analisis Data Fungsi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Sumatera Utara

66 a. Observasi yaitu mengumpulkan data atau informasi yang dilakukan dengan pengamatan, mendengar serta mencatat objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. b. Wawancara yaitu mengumpulkan data atau informasi dengan melakukan tanya jawab secara bertatap muka yang dilakukan pengumpul data dengan informan sehingga informan memberikan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian Siagian, 2011: 211.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam satu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian Moleong, 2004. Setiap data atau informasi yang telah dikumpulkan dalam penelitian berupa catatan lapangan berupa data utama dari hasil wawancara maupun data penunjang lainnya dilakukan analisis data, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan suatu analisa data yang baik dan dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini. 67 BAB IV DESKRIPSI LOKASI

4.1 Profil Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara KPAID Sumut

4.1.1 Latar belakang berdirinya Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara KPAID Sumut Beberapa tahun terakhir ini, banyak masyarakat yang dihentakan oleh berita tentang permasalahan anak yang semakin memprihatinkan. Permasalahan seperti tindak kekerasan, eksploitasi, penelantaran anak, perebutan hak asuh anak hingga perdagangan anak semakin marak diperbincangkan di berbagai media. Anak-anak yang tidak mengerti apa-apa menjadi korban orang dewasa yang tidak bertanggungjawab. Berbagai tindakan tersebut dapat dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok tertentu dengan berbagai modus perilaku yang dikemas secara kriminalitas seperti tindak praktik penjualan bayibalita yang sering dilakukan dengan dalih adopsi, penculikan anak, perkosaan anak, penelantaran anak, tenaga kerja anak dan sebagainya. Kondisi diatas tentu saja membuat para orang tua dan pihak-pihak yang masih peduli akan kesejahteraan anaksangat resah. Hal tersebut dikarenakan persoalan-persoalan anak yang memilukan yang terjadi di sekeliling kita tersebut dapat mempengaruhi dan mengganggu perkembangan anak-anak lainnya. Saat ini perlindungan terhadap anak juga semakin bervariasi dan beragam bentuk dan tempatnya, mulai dari lingkungan rumah tangga, yayasanpanti asuhan, pondok pesantren, lembaga swadaya masyarakat LSM, yayasan pemerintah dan sebagainya. 68 Adanya pengalaman tidak diketahuinya kasus-kasus tersebut di tengah- tengah masyarakat, karena tidak tersedianya sarana dan informasi yang mudah diakses kemana mereka memberikan pengaduan atau rujukan atas kasus yang dialami. Hal tersebut membuat para orang tua sangat berharap kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk membentuk suatu lembaga yang berkonsentrasi terhadap perlindungan anak. Berdasarkan kegelisahan masyarakat akan nasib masa depan anak-anak mereka, maka Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumut No.3 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan Perlindungan Anak dan Surat Keputusan SK Gubernur Provinsi Sumatera Utara No. 463026.K2006 yang sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maka dibentuklah Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara KPAID Sumut yang disahkan pada tanggal 21 Februari 2006 yang pada awalnya terletak di Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Utara di jalan Diponegoro No. 30 Medan Sumatera Utara. Namun, sejak tahun 2009 hingga saat ini KPAID Sumatera Utara telah terletak di jalan Perintis Kemerdekaan No. 39 Medan Komplek Kantor BAPEMMAS. Pembentukan KPAID bukan merupakan kewajiban tetapi merupakan kebutuhan daerah masing–masing. Karena itu, KPAID merupakan refleksi dari kedudukan dan tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI seperti tercantum pada pasal 9, ayat 1 Keppres Nomor 77 tahun 2003 tentang perwakilan KPAI yang berbunyi “apabila dipandang perlu dalam menunjang pelaksanaan tugasnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia dapat membentuk perwakilan di daerah”.Kata perwakilan dalam rumusan tersebut merupakan perwakilan lembaga pusat di daerah demi kepentingan terbaik bagi anak, sesuai dengan jiwa dan 69 semangat Undang–undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. KPAID bukan merupakan perwakilan KPAI yang bersifat hierarkis, melainkan lebih bersifat koordinatif dan fungsional. Keberadaan KPAID sejalan dengan era otonomi daerah dimana pembangunan perlindungan anak menjadi kewajiban dan tanggungjawab pemerintah daerah. Dengan demikian, sifat indepedensi KPAID Sumut tetap terjamin sejalan dengan visi, misi dan strategi KPAI. KPAID Provinsi Sumatera Utara bersifat independen yang dibentuk untuk mendorong atau memfasilitasi dan mengawasi penyelenggaraan perlindungan hak– hak anak baik hak hidup, hak sipil, hak tumbuh kembang anak dan hak berpartisipasi sesuai keinginan, bakat, minat dan kebutuhannya. Pemenuhan hak– hak tersebut dilakukan dengan tujuan “demi kepentingan terbaik bagi anak” sebagai generasi penerus sekaligus pemilik dan pengelola masa depan bangsa. Ada beberapa dasar pemikiran yang melatarbelakangi dibangunnya KPAID Sumut ini yaitu: 1. Adanya keprihatinan terhadap jumlah anak yang diterlantarkan hak-haknya sehingga sangat diperlukan adanya undang-undang mengenai perlindungan anak yang mengikat agar pihak yang tidak bertanggungjawab dapat dijatuhi hukuman sesuai yang tertulis di undang-undang tersebut. 2. Keprihatinan dengan semakin banyaknya jumlah anak-anak yang terindas dari perlakuan orang dewasa seperti kekerasan, pelecehan seksual, eksploitasi dan lain-lain yang berhubungan dengan kekerasan pada anak. 3. Diperlukan upaya untuk mencegah bertambahnya korban anak-anak yang semakin marak dan mengupayakan membela hak-haknya dari mereka yang tidak memperdulikan. 70 Adapun strategi yang diciptakan KPAID Sumut yaitu a. Pengarusutamaan anak child meanstreaming dalam perumusan dan pelaksanaan pembangunan b. Pemberdayaan masyarakat community empowerment dalam upaya mendorong partisipasi masyarakat bagi pelaksanaan perlindungan anak. c. Pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak dalam upaya perlindungan anak. d. Membangun kesadaran anak akan hak–haknya. e. Pengkajian, penyempurnaan, penyerasian produk hukum dan penegakan supermasi hukum dalam rangka perlindungan anak.

4.1.2 Visi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara KPAID Sumut

Visi dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara KPAID SU adalah terjamin, terpenuhi dan terlindunginya hak–hak anak Indonesia dengan prinsip kepentingan terbaik bagi anak di Sumatera Utara.

4.1.3 Misi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera

Utara KPAID Sumut 1. Menyadarkan semua pihak akan pentingnya pemenuhan dan perlindunagn hak– hak anak; menerima pengaduan masyarakat dan memfasilitasi pelaynan dan pendampingan terhadap anak–anak yang mengalami kekerasan; 2. Melakukan kajian dan analisis atas perundang–undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak dan kebijakan penyelenggaraan perlindungan anak; 3. Menjalani kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka perlindungan anak; 71 4. Melakukan pemantauan, evaluasi, pelaporan dan dokumentasi terhadap penyelenggaraan perlindungan anak; 5. Melakukan pengawasan terhadap instansi dan lembaga penyelenggaraan perlindungan anak; 6. Mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan perlindungan anak; 7. Memberikan masukan, saran dan pertimbangan kepada pemerintah dan pihak penyelenggara perlindungan anak demi kepentingan terbaik bagi anak.

4.1.4 Tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera

Utara KPAID Sumut Tugas utama daripada KPAID Sumut adalah sebagai berikut: a. Melakukan sosialisasi dan advokasi tentang Peraturan Perundang–undangan yang berkaitan dengan anak. b. Melakukan pengkajian Peraturan Perundang–undangan, kebijakan pemerintah dan kondisi pendukung lainnya baik di bidang sosial, ekonomi dan budaya. c. Menyampaikan dan memberi masukan, saran dan pertimbangan kepada berbagai pihak terutama Gubernur, DPRD, Instansi Pemerintah terkait di tingkat Provinsi dan Kabupatenkota. d. Memberikan laporan, saran, masukan dan pertimbangan kepada Gubernur Provinsi Sumatera Utara dalam rangka penyelenggaraan Perlindungan Anak di Provinsi Sumatera Utara. e. Mengumpulkan data dan informasi tentang masalah perlindungan anak. 72

4.1.5 Dasar Hukum dan Letak Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah

Sumatera Utara KPAID Sumut Dasar Hukum Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara KPAID-Sumut telah diatur dalam UUD 1945, pasal 28 meliputi : a. UU RI No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; b. KEPRES No. 39 tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak–Hak Anak tahun 1989; c. KEPRES No. 77 tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia; d. Perda Provinsi Sumut No.3 tahun 2014 tentang penyelenggaraan Perlindungan Anak; e. SK. Gubernur Sumatera Utara No. 463026.K2006 tanggal 23 Januari 2006 tentang Pembentukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara; f. SK. Gubernur Sumatera Utara No. 4631682K tahun 2009 tanggal 19 Mei 2009 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Letak KPAID Provinsi Sumatera Utara yakni sebagai berikut : Alamat : Jl. Perintis kemerdekaan No. 39 Medan Tanggal didirikan : 21 Februari 2006 Telepon : 061 77605180 Fax : 061 4564093 Email : kpaid_sumutyahoo.co.id 73

4.2 Fungsi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Sumatera Utara

KPAID Sumut Dalam menjalankan fungsinya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara KPAID Sumut menangani hal-hal yang berkaitan dengan upaya pemenuhan hak–hak anak yang dilakukan dengan: a. Fungsi sosialisasi dan pendampingan Melakukan sosialisasi dan advokasi tentang Peraturan Perundang–undangan yang berkaitan dengan anak. b. Fungsi riset dan kajian Melakukan pengkajian Peraturan Perundang–undangan, kebijakan pemerintah dan kondisi pendukung lainnya baik di bidang sosial, ekonomi dan budaya. c. Fungsi monitoring dan evaluasi Menyampaikan dan memberi masukan, saran dan pertimbangan kepada berbagai pihak terutama Gubernur, DPRD, Instansi Pemerintah terkait di tingkat Provinsi dan KabupatenKota. d. Fungsi supervisi Memberikan laporan, saran, masukan dan pertimbangan kepada Gubernur Provinsi Sumatera Utara dalam rangka penyelenggaraan Perlindungan Anak di Provinsi Sumatera Utara. e. Fungsi penyelia data dan informasi Mengumpulkan data dan informasi tentang masalah perlindungan anak.

4.3 Struktur Organisasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 22 137

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 10

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 32

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak 2.1.1 Pengertian anak - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Kekerasan Terhadap Anak Dalam Keluarga (Studi Kasus Di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara)

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Kekerasan Terhadap Anak Dalam Keluarga (Studi Kasus Di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara)

0 0 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA(Studi Kasus di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara- KPAID SUMUT) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Ilmu Sosia

0 0 13