Sabang dengan menitikberatkan pembangunannya pada sektor tertentu, termasuk sektor pariwisata di dalamnya.
Berdasarkan uraian di atas, tergambarkan bahwa pemerintah
mengeluarkan kebijakan khusus dalam membangun Kota Sabang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kebijakan pemerintah untuk altenatif kebijakan
“PP” dalam kegiatan pariwisata di TWA Laut Pulau Weh sangat mendukung skor 3, karena kawasan tersebut merupakan andalan dan daerah tujuan wisata
utama di Kota Sabang. Sebagai perbandingan, kebijakan pemerintah untuk memberlakukan Kota Sabang sebagai Kawasan Perdangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas seperti halnya pemberlakuan Batam sebagai free trade zone dan enclave economic.
4.2.11.10. Aksesibilitas
Aksesibilitas dalam konteks penelitian ini adalah kemudahan untuk mencapai suatu lokasi atau daerah tujuan wisata. Aksesibilitas sangat
dipengaruhi oleh faktor jarak antara lokasi wisata dengan domisili wisatawan atau pengunjung. Selain itu, aksesibilitas juga tergantung dari ketersediaan sarana
dan prasarana transportasi, yang meliputi kenyamanan, keteraturan kontinuitas, murah, dan tingkat keamanannya.
Berkaitan dengan pemberian skor untuk kriteria aksesibilitas ini, maka berdasarkan gambaran konsepsional di atas, maka penentuan skor
dipertimbangkan menurut faktor kelengkapan sarana dan prasarana transportasi. Faktor jarak tidak menjadi pertimbangan dikarenakan wisatawan tidak datang
atau berasal dari satu wilayah zona yang sama, sehingga tidak dapat dijadikan indikator.
Skor tertinggi bernilai 3 akan diberikan untuk kondisi sarana dan prasarana transportasi yang sangat lengkap sebagaimana disebutkan di atas,
sehingga wisatawan akan sangat mudah mencapai atau mengakses lokasi tersebut. Selanjutnya, untuk kondisi sarana dan prasarana transportasi yang
lengkap mudah dan kurang lengkap tidak mudah, diberikan skor masing- masing 2 dan 1.
Dalam kondisi “SQ”, penentuan skor ditentukan berdasarkan data primer dari responden yang menyatakan bahwa salah satu kelemahan dalam
pengelolaan kegiatan pariwisata di TWA Laut Pulau Weh saat ini adalah sulit diakses dari tempat domisili responden. Hal ini disebabkan ketersediaan sarana
transpotasi angkutan umum yang terbatas, terutama dalam hal frekuensinya.
Berdasarkan gambaran tersebut dan sesuai dengan ketentuan skoring yang ditetapkan, dapat disimpulkan bahwa aksesibilitas ke lokasi wisata di TWA Laut
Pulau Weh saat ini adalah tidak mudah atau sulit, karena sarana trasportasi yang kurang lengkap, sehingga diberikan skor 1.
Untuk alternatif kebijakan “MPA” berdasarkan kriteria aksesibilitas, diberikan skor 2. Kriteria aksesibilitas lokasi TWA Laut Pulau Weh untuk
ditetapkan sebagai MPA mengacu kepada persyaratan penetapan kawasan MPA sebagaimana dikemukakan Salm dan Clark 2002 diacu dalam Satria et al.
2002 dan Gubbay 1995. Persyaratan tersebut menyebutkan adalah kawasan MPA harus mudah diakses, baik dari daratan maupun lautan.
Dalam kondisi “PP”, sarana dan prasarana transportasi dalam rangka mendukung kegiatan pariwisata di Kota Sabang diasumsikan akan sangat
lengkap, sehingga wisatawan akan sangat mudah untuk mengakses lokasi-lokasi wisata yang ada termasuk TWA Laut Pulau Weh. Oleh karena itu, diberikan
skor 3 untuk kriteria aksesibilitas dalam alternatif kebijakan “PP”. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Saifullah 2005 yang menyatakan
bahwa salah satu kelemahan dalam pengembangan kegiatan pariwisata di Kota Sabang adalah keterbatasan sarana dan prasarana termasuk transportasi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya mengembangkan kegiatan pariwisata di Kota Sabang
adalah memperbaiki dan melengkapi sarana dan prasarana.
4.2.11.11. Objek Daya Tarik Wisata