yang digagas gagal terwujud, mulai tahun 2003 seluruh wilayah di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam kembali ditetapkan sebagai daerah rawan keamanan
dengan status Darurat Militer. Dengan status tersebut, Aceh menjadi tertutup dan terisolir secara ekonomi
dan politik. Penduduk di Aceh diwajibkan memiliki identitas khusus KTP Merah Putih dan aksesibilitas bagi penduduk di luar Aceh pendatang untuk masuk ke
wilayah Darurat Militer diperketat. Bagi perkembangan pariwisata Kota Sabang, kondisi ini merupakan kondisi yang ironi, karena daerah wisatanya termasuk
TWA Laut Pulau Weh sepi pengunjung khususnya wisatawan asing. Saat ini, kondisi keamanan di seluruh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
terlebih lagi Kota Sabang jauh lebih kondusif dan sangat aman. Hal ini menyusul disepakatinya Memorandum of Understanding MoU perjanjian damai
antara GAM dan RI di Hensilki Finlandia pada 15 Agustus 2005. Momentum tersebut masih terjaga dan terpelihara sampai dengan saat ini, yang dibuktikan
dengan adanya political will dari kedua belah pihak untuk sama-sama melaksanakan butir-butir MoU secara konsisten dan konsekuen.
Berdasarkan gambaran di atas, maka dalam rangka pengelolaan kawasan TWA Laut Pulau Weh, faktor keamanan diasumsikan tidak akan berpengaruh
apa-apa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa saat ini kondisi Aceh telah aman dan aksesibilitas bagi pendatang wisatawan untuk berkunjung ke Kota
Sabang dan khususnya ke TWA Laut Pulau Weh sudah tidak dibatasi. Oleh karena itu, untuk seluruh alternatif kebijakan pengelolaan TWA Laut Pulau Weh
diberikan skor yang sama, yaitu 3 atau kondisinya aman karena kondisi keamanan dalam status tertib sipil.
4.2.11.9. Kebijakan Pemerintah Government Policy
Faktor kebijakan pemerintah sangat perlu dipertimbangkan dalam karena merupakan salah satu domain penting dalam rangka mencari alternatif terbaik
untuk pengelolaan TWA Laut Pulau Weh. Kebijakan pemerintah secara langsung terkait dengan regulasi yang keluarkan terhadap pengembangan suatu wilayah,
termasuk sektor ekonomi didalamnya. Secara tidak langsung, kebijakan pemerintah terhadap suatu sektor
ekonomi tertentu akan berdampak pada sektor ekonomi lainnya. Hal ini terjadi karena pada dasarnya antarsektor ekonomi dalam suatu wilayah region,
apalagi untuk cakupan wilayah yang lebih kecil, saling terkait satu dengan yang
lainnya. Dalam teori ekomomi, fenomena yang demikian lazim disebut dengan istilah economic multiplier effect.
Bentuk dari kebijakan pemerintah terhadap alternatif kebijakan yang ditawarkan dibagi menjadi tiga, yaitu i biasa saja, yaitu untuk kegiatan ekonomi
dengan dan atau tanpa kebijakan yang khusus dari pemerintah masih dapat berlangsung. Untuk kategori ini diberikan skor 1; ii mendukung, pemerintah
telah menetapkan tata ruang wilayah tertentu untuk kegiatan ekonomi tertentu skor 2; dan iii sangat mendukung, yaitu pemerintah mengeluarkan kebijakan
khusus dalam rangka pengembangan satu kawasan tertentu untuk kegiatan kegiatan yang menjadi prioritas skor 3.
Terkait dengan kondisi “SQ” dalam pengelolaan kegiatan pariwisata di TWA Laut Pulau Weh, kebijakan pemerintah dapat dikatakan pada tingkatan
mendukung. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa Pemerintah Kota Sabang sejak tahun 1998 telah mempromosikan lokasi tersebut sebagai salah satu tujuan
wisata andalan di Kota Sabang. Kebijakan tersebut dibuktikan dengan membangun sarana prasarana untuk menunjang kegiatan pariwisata di kawasan
tersebut. Pada tahun 1998, kawasan tersebut dijadikan sebagai tempat pelaksanan Jambore Iptek Nasional yang diresmikan oleh Menteri Riset dan
Teknologi, yang dimaksudkan untuk mempromosikannya kepada masyarakat luas. Berdasarkan kondisi tersebut, maka diberikan skor 2 untuk kriteria ini.
Skor yang sama 2 diberikan untuk alternatif kebijakan “MPA” karena secara sebagaimana dikemukakan bagian pendahuluan ini, kawasan TWA Laut
Pulau Weh telah ditetapkan sebagai taman wisata alam oleh Departemen Pertanian sejak tahun 1982 sampai dengan sekarang. Sebagai taman wisata
alam, kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat setempat Ditjen
PHKA 2001. Sektor pariwisata telah ditetapkan sebagai salah satu sektor unggulan
dalam rangka pelaksanaan Kawasan Perdangangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang sejak tahun 2001. Sebelumnya, Sabang juga telah ditetapkan
sebagai salah satu KAPET untuk wilayah Indonesia bagian barat dengan mengandalkan sektor pariwisata dalam pelaksanaanya. Untuk tujuan tersebut,
Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000 dan Keputusan Presiden Nomor 171 Tahun 1998. Peraturan perundang-undangan
tersebut dikeluarkan pemerintah untuk menggerakkan perekonomian Kota
Sabang dengan menitikberatkan pembangunannya pada sektor tertentu, termasuk sektor pariwisata di dalamnya.
Berdasarkan uraian di atas, tergambarkan bahwa pemerintah
mengeluarkan kebijakan khusus dalam membangun Kota Sabang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kebijakan pemerintah untuk altenatif kebijakan
“PP” dalam kegiatan pariwisata di TWA Laut Pulau Weh sangat mendukung skor 3, karena kawasan tersebut merupakan andalan dan daerah tujuan wisata
utama di Kota Sabang. Sebagai perbandingan, kebijakan pemerintah untuk memberlakukan Kota Sabang sebagai Kawasan Perdangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas seperti halnya pemberlakuan Batam sebagai free trade zone dan enclave economic.
4.2.11.10. Aksesibilitas