d. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Dalam pendektan kontekstual yang diterapkan guru, proses adalah peran utama untuk mendapatkan hasil pembelajaran, pengajaran
berpusat pada “bagaimana cara” siswa menggunakan pengetahuan baru, siswa dituntut untuk berperan aktif, bekerja sama dengan teman
menemukan pengetahuan dan memecahkannya dari berbagai sumber tidak hanya berpusat dari guru, dengan kata lain siswa bekerja dan
berkarya sedangkan guru mengarahkannya. Hal di atas di sebutkan dalam karakteristik pembelajaran
kontekstual, meliputi: 1 Kerjasama
2 Saling menunjang 3 menyenangkan, tidak membosankan
4 Belajar dengan penuh gairah 5 Pembelajaran terintegrasi
6 Menggunakan berbagai sumber 7 Siswa aktif
8
Sharing dengan teman 9 Siswa kritis guru kreatif.
10 Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta gambar, artikel, humor dan lain-lain.
11 Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan
lain-lain.
29
Ini berlaku oleh sebab cara mereka memproses pengetahuan dan perasaan motivasi untuk pelajar tidak tersentuh melalui kaedah
pengajaran yang lazim digunakan yaitu kaedah pendidikan yang abstrak, namun mereka amat perlu memahami konsep itu untuk
memudahkan mereka mengatikannya dengan suasana dan juga dalam menempuh kehidupan masyarakat dimana tempat mereka menjalani
kehidupan dan bekerja.
29
Depdiknas, Op.Cit., h.5
e. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual
Setiap metode pembelajaran memiliki karakteristik tersendiri, hal tersebut menjadikan suatu metode pembelajaran memiliki
kelebihan-kelebihan maupun kekurangan-kekurangannya. Berikut adalah kelebihan dari pendekatan metode kontekstual, antara lain
yaitu
30
: 1 Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai
dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
2 Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat
lebih kreatif 3 Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
4 Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
5 Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan. 6 Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
7 Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
Kemudian kelemahan
atau kekurangan
dari model
pembelajaran kontekstual
31
: 1
Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode kontekstual. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi.
Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan
yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman
30
Supinah, Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP, Yogyakarta: P4TK, 2008, h.28
31
Nadhirin, Model Pembelajaran Contextual Teaching, Internet: diakses pada Maret 2010 nadhirin.blogspot.com201003model-pembelajaran-contextual-teaching.html
yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan
guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan sendiri ide –ide dan mengajak siswa agar dengan
menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi –strategi
mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap
siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
3. Hakikat Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
a Pengertian Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
Penertian istilah Pendidikan Agama seperti yang dijelaskan pada undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 30
BAB IV menjelaskan bahwa pendidikan keagamaan; “pendidikan
keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menajdi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai
ajaran agamanya dan menjadi ahli ilmu agama”.
32
Sedangkan menurut Zakiyah Darajat dan kawan-kawan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama
Islam adalah: Suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik
agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara
keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta
menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya
32
Undang-undang Sitem Pendidikan Nasional pasal 30 BAB IV Nomor 2 tahun 2003, Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004