umur ibu yang lebih tua. Meskipun hasil penelitian ini tidak menemukan hubungan secara statistik, tetapi secara substansial usia ibu berkorelasi
dengan pengalaman serta kualitas pengasuhan anak. Hal ini kemungkinan disebabkan karena ibu yang lebih tua cenderung memiliki anak lebih dari
satu sehingga pengetahuan dan praktik pengasuhan anak menjadi lebih baik Konstantyner dkk, 2012. Hasil penelitian menemukan bahwa ibu
yang berusia 20 tahun memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian anemia pada balita Leal dkk, 2011. Al-Qaoud dkk 2014
menemukan bahwa umur ibu yang kurang dari 20 tahun cenderung memiliki anak yang anemia dibandingkan dengan ibu yang lebih tua.
Disisi lain, antara usia ibu dan anemia balita juga memiliki keterikatan dengan anemia maternal. Hasil penelitian menunjukkan
prevalensi anemia ibu cenderung terjadi antara usia 20 tahun dan usia 35 tahun Sugea dkk, 2001. Penelitian lainnya juga menemukan bahwa
ibu yang anemia juga berisiko memiliki balita anemia 1,8 kali lebih besar Ayoya dkk, 2013. Bayi yang lahir dari ibu yang anemia lebih besar
kemungkinannya mengalami anemia juga. Hal ini disebabkan karena kebutuhan nutrisi janin pada ibu yang anemia tidak terpenuhi sehingga
terjadi gangguan perkembangan Sougandis dkk, 2012
4. Jumlah Keluarga
Hasil analisis berdasarkan sosiodemografi ibu, tidak menemukan adanya perbedaan risiko yang signifikan antara jumlah anggota keluarga
5 dan 5 dengan kejadian anemia dan secara statistik juga tidak
ditemukan adanya hubungan antara jumlah keluarga dengan kejadian
anemia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anemia balita cenderung terjadi pada jumlah keluarga 5. Hal ini didukung oleh hasil penelitian lain
mengatakan bahwa jumlah keluarga yang besar dapat menurunkan risiko anemia pada balita. Efek proteksi ini disebabkan karena semakin banyak
anggota keluarga maka semakin banyak pendapatan yang diterima oleh keluarga tersebut Foote, 2012.
Namun, Kounnavoung 2013 memiliki pendapat yang berbeda, hasil penelitiannya menemukan bahwa balita dengan jumlah keluarga yang
besar 1,96 kali berisiko mengalami anemia. Jumlah keluarga secara bermakna dikaitkan dengan tingginya prevalensi anemia adalah ukuran
keluarga besar. Pada penelitian ini, setengah dari subjek anemia memiliki saudara kandung yang usianya tidak jauh berbeda dalam satu rumah
Kounnavong dkk, 2011. Penelitian di India juga menemukan bahwa prevalensi anemia
berhubungan signifikan dengan jumlah keluarga yang besar. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian dari anggota keluarga pada anak-
anak karena kesibukan mereka. Akibatnya anak-anak tidak mendapatkan perhatian untuk makanan dan nutrisi yang tepat Baranwal dkk, 2014.
Jumlah anggota keluarga yang besar dan banyaknya anak-anak memiliki hubungan yang positif terhadap anemia. Pada negara berkembang hal ini
dapat dihubungkan dengan buruknya akses ke perawatan antenatal dan nutisi saat kehamilan Al-Qaoud dkk, 2014. Selain itu pada jumlah
keluarga yang besar, distribusi pangan dalam rumah tangga cenderung lebih banyak untuk laki-laki dewasa dibandingkan anak-anak karena
norma dan budaya mereka. Penduduk dalam penelitian ini menganggap makanan selain nasi adalah lauk, dan mereka tidak mempertimbangkan
jumlah tertentu yang diperlukan untuk setiap anggota keluarga Kounnavong dkk, 2011.
5. Tempat Tinggal