mengatur pola makannya sendiri. Begitupun dengan penelitian di Papua New Ginea tidak menemukan hubungan secara statistik antar jenis kelamin
balita dengan anemia Shinoda dkk, 2012.
3. Berat Badan Lahir
Berat badan lahir berhubungan dengan faktor maternal, ibu yang mengalami anemia selama kehamilan cenderung untuk melahirkan anak
dengan berat badan lahir rendah Leite dkk, 2013. Pada periode posnatal, zat besi digunakan untuk pertumbuhan, proses konsumsi dan penyerapan
besi pada periode ini sangat cepat. Semakin cepat pertumbuhan, semakin berisiko mengalami defisiensi zat besi. Anak-anak dengan berat lahir
rendah memiliki risiko lebih banyak. Pada kondisi ini mereka mulai tumbuh dengan cadangan besi yang rendah, sedangkan terjadi
pertumbuhan posnatal yang cepat. Hubungan yang diamati antara berat badan lahir rendah dan anemia pada anak usia 6-23 bulan menunjukkan
bahwa pencegahan berat bayi lahir rendah dapat mengurangi risiko kematian dan anemia Pita dkk, 2014. Namun penelitian lain tidak
menemukan hubungan antara anemia dan berat badan lahir rendah
Konstantyner dkk, 2012.
4. Riwayat Penyakit Malaria
Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan antara anemia dan riwayat penyakit malaria Green dkk, 2011; Ewusie dkk, 2014.
Malaria merupakan penyumbang utama anemia di dunia. Meskipun penyebab utama anemia dalam konteks malaria adalah hemolitik,
penelitian telah menunjukkan bahwa anemia akibat peradangan memiliki peran penting dalam menimbulkan perubahan dalam distribusi dan
penyerapan zat besi Shaw dan Frieman, 2011. Malaria memiliki hubungan yang kuat dengan peningkatan prevalensi anemia karena
mekanisme penghancuran sel darah merah oleh parasit plasmodium. Akan tetapi penelitian di Ethiopia tidak menemukan hubungan antara anemia
dan infeksi malaria. Hal ini dikarenakan rendahnya prevalensi malaria di area penelitian. Meskipun begitu, anak yang menderita malaria 4,02 lebih
berisiko mengalami anemia Gutema dkk, 2014. Infeksi Plasmodium sp. menjadi infeksi yang dominan secara
signifikan menurunkan kadar hemogoblin dan meningkatkan risiko anemia terlepas dari infeksi lain, umur dan jenis kelamin. Hasil analisis regresi
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan ketika anak-anak terinfeksi 5000 parasitmikro liter darah. Semakin berat infeksinya
semakin berdampak pada rendahnya level hemoglobin. Siklus hidup parasit plasmodium meningkatkan hemolisis sel darah merah secara
langsung atau pada proses inflamasi cytokine sehingga pada individu yang terinfeksi, proses produksi sel darah merah yang baru tidak akan
mencukupi untuk mengganti sel darah yang rusak. Hasil penelitian lainnya juga menemukan hubungan yang signifikan antara malaria dan anemia
0,001 di Lake Albert dan 0,004 di Lake Victoria.Green dkk, 2011. Pada penelitian di Sudan, sebagian besar anak-anak terinfeksi lebih
dari satu jenis malaria dalam periode satu tahun. Meskipun begitu, hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antar malaria
dan anemia. Malaria dapat menyebabkan anemia karena membuat sel darah merah lisis atau hancur Hussein dan Mohamed, 2014.
5. Status Gizi