terjadi peningkatan risiko pada kelompok umur balita yang lebih muda 12-35 bulan sebesar 2,62 kali dibandingkan kelompok umur 36-59 bulan dan secara
statistik ditemukan hubungan yang signifikan antara kejadian anemia dengan umur balita 95 CI 1,96-3,50. Begitupun dengan balita yang BBLR berisiko
4,36 lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan dengan balita yang tidak BBLR 95CI 2,74-6,94.
Berdasarkan status gizi balita, hanya status gizi berdasarkan indikator TBU yang secara statistik ditemukan adanya hubungan yang signifikan
dengan kejadian anemia OR 1,36 95 CI 1, 01-1,85, sedangkan berdasarkan BBU 95 CI 0,56- 1,14 dan BBTB 95 CI 0,53-1,50 tidak ditemukan
hubungan yang signifikan dengan kejadian anemia. Begitupun antara kejadian anemia dan status pemberian vitamin A secara statistik juga tidak ditemukan
hubungan yang signifikan 5 CI 0,66-1,28. Namun berdasarkan status imunisasi DPT, terjadi peningkatan risiko anemia pada balita yang memiliki
status imunisasi DPT tidak lengkap OR 1,15 dan semakin meningkat pada balita yang tidak diberikan imunisasi DPT OR 1,80 meskipun hanya pada
kategori tidak diberikan imunisasi DPT yang ditemukan berhubungan dengan anemia secara statistik 95 CI 1,15-2,84.
E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor
Sosiodemografi pada Balita di Indonesia Tahun 2013
Tabel 5.5 menunjukkan hasil analisis bivariat antara kedanian anemia dengan faktor maternal dan sosiodemografi. Pada variabel pekerjaan ibu,
hanya menganalisis status pekerjaan saja sedangkan jenis pekerjaan hanya dilakukan analisis univariat.
Tabel 5. 5 Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor
Sosiodemografi Ibu pada Balita di Indonesia Tahun 2013
Variabel Status Anemia
OR 95 CI Anemia
n Tidak Anemia
n Pendidikan Ibu
1. Tamat perguruan tinggi 11 3,94
36 5,95 1,00 Reference
2. Tamat SMASederajat 72 25,81
178 29,42 1,32 0,64-2,74
3. Tamat SMP 72 25,81
136 22,48 1,73 0,83-3,60
4. Tamat SD 87 31,18
177 29,26 1,69 0,78-3,31
5. Tidak memiliki ijazah 37 13,26
79 12,89 1,55 0,71-3,89
Jumlah 279 100,00
605 100,00
Pekerjaan Ibu 1. Bekerja
106 37,64 209 34,55
1,00 Reference 2. Tidak bekerja
174 62,36 396 65,45
0,87 0,65-1,17
Jumlah 279 100,00
605 100,00
Umur Ibu 1. 45-54 tahun
7 2,51 19 3,14
1,00 Reference 2. 35-44 tahun
85 30,46 189 31,24
1,22 0,295-3,01 3. 25-34 tahun
136 84,75 325 53,71
1,14 0,47-2,76 4. 15-24 tahun
51 18,27 72 11,91
1,92 0,75-4,91
Jumlah 279 100,00
605 100,00
Jumlah Keluarga 1. 5 anggota keluarga
222 79,57 472 78,02
1,00 Reference 2.
5 anggota keluarga 57 20,43
133 21,98 0,91 0,64-1,29
Jumlah 279 100,00
605 100,00
Tempat Tinggal
1.
Kota 139 49,82
262 43,30 1,00 Reference
2.
Desa 140 50,18
343 56,70 1,30 0,98-1,72
Jumlah 279 100,00
605 100,00
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa balita dengan ibu yang hanya
menamatkan pendidikan SMP memiliki risiko paling besar OR 1,73 menderita anemia dibandingkan jenjang pendidikan lainnya dan risikonya semakin menurun
apabila semakin tinggi tingkat pendidikan ibu. Meskipun demikian, secara
statistik tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kejadian anemia dengan pendidikan ibu. Begitupun dengan status pekerjaan ibu tidak ditemukan
adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian anemia 95 CI 0,65-1,17. Kemudian terjadi peningkatan risiko yang signifikan antara anemia balita dengan
umur ibu, kelompok umur ibu 15-24 tahun memiliki risiko paling besar OR 1,92 dibandingkan dengan kelompok umur ibu yang lebih tua. Namun kejadian anemia
secara statistik tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan umur ibu pada setiap kelompok umur.
Kemudian berdasarkan sosiodemografi ibu, tidak ada perbedaan risiko yang signifikan antara jumlah anggota keluarga 5 dan
5 dengan kejadian anemia OR 0,91. Berdasarkan tempat tinggal juga tidak ditemukan adanya
perbedaan risiko yang signifikan antara desa dan kota dengan kejadian anemia balita OR 1,3 dan tidak ditemukan adanya hubungan antara tempat tinggal
dengan kejadian anemia 95 CI
0,98-1,72
.
55
BAB VI PEMBAHASAN