Hubungan Kejadian Anemia dengan Karakteristik Balita di Indonesia

Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa hanya 4 balita anemia yang memiiki ibu dengan pendidikan tamat perguruan tinggi. Meskipun begitu, proporsi balita yang anemia hampir terdistribusi sama besar pada tiap jenjang pendidikan yang ditamatkan ibu. Selain itu, 37,64 ibu yang bekerja memiliki balita yang mengalami anemia dan sebagain besar bekerja sebagai petaninelayanburuh 54,2. Kemudian anemia balita lebih banyak terjadi pada ibu dengan kelompok umur 25-34 tahun 84,7 dan pada jumlah anggota keluarga 5 79,5. Begitupun berdasarkan tempat tinggal, sebanyak 50,18 balita anemia tinggal di kota.

D. Hubungan Kejadian Anemia dengan Karakteristik Balita di Indonesia

Tahun 2013 Tabel 5.4 menunjukkan hubungan antara kejadian anemia dengan karakteristik balita. Pada variabel riwayat penyakit malaria tidak dilakukan analisis bivariat karena hampir seluruh balita tidak memiliki riwayat malaria homogen. Kemudian pada variabel status gizi BBU dikelompokan menjadi normal dan berat kurang, dan pada variabel status gizi TBU juga dikelompokan menjadi normal dan stunting. Begitu juga pada variabel status gizi BBTB dikolpokan menjadi normal dan kurus. Tabel 5. 4 Hubungan Kejadian Anemia dengan Karakteristik Balita di Indonesia Tahun 2013 Variabel Status Anemia OR 95 CI Anemia n Tidak Anemia n Jenis Kelamin 1. Perempuan 132 47,31 312 51,57 1,00 Reference 2. Laki-laki 147 52,69 293 48,43 1,18 0,89 - 1,57 Jumlah 279 100,00 605 100,00 Variabel Status Anemia OR 95 CI Anemia n Tidak Anemia n Umur Balita 1. 36-59 Bulan 119 42,63 400 66,10 1,00 Reference 2. 12-35 Bulan 160 57,37 205 33,90 2,62 1,96-3,50 Jumlah 279 100,00 605 100,00 Status Berat Badan Lahir 1. Tidak BBLR 211 79,62 545 94,45 1,00 Reference 2. BBLR 54 20,38 32 5,55 4,36 2,74 -6,94 Jumlah 265 100,00 577 100,00 Status Gizi Balita BBU 1. Normal 222 80,47 454 76,76 1,00 Reference 2. Berat kurang 54 19,53 138 23,24 0,80 0,56- 1,14 Jumlah 276 100,00 592 100,00 Status Gizi Balita TBU 1. Normal 164 61,38 389 68,50 1,00 Reference 2. Stunting 103 38,72 183 31,50 1,36 1, 01-1,85 Jumlah 267100,00 581 100,00 Status Gizi Balita BBTB 1. Normal 243 91,66 523 90,79 1,00 Reference 2. Kurus 22 8,34 53 9,21 0,89 0,53-1,50 Jumlah 265 100,00 576 100,00 Status Pemberian Vitamin A 1. Ya 199 73,70 438 75,26 1,00 Reference 2. Tidak pernah 71 26,30 144 24,74 0,92 0,66-1,28 Jumlah 270 100,00 582 100,00 Status Imunisasi DPT 1. Lengkap 198 73,06 449 79,47 1,00 Reference 2. Tidak lengkap 34 12,55 67 11,86 1,15 0,74-1,79 3. Tidak Diberikan 39 14,39 49 8,67 1,80 1,15-2,84 Jumlah 271 100,00 565 100,00 Hubungan antara kejadian anemia dengan karakteristik balita dilihat berdasarkan odds rasio dan 95 CI yang diperoleh dari uji chi square. Hasil analisis menemukan bahwa risiko anemia pada anak laki-laki ditemukan sedikit lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan namun secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan kejadian anemia OR 1,18 95CI 0,89 - 1,57. Kemudian berdasarkan umur balita, terjadi peningkatan risiko pada kelompok umur balita yang lebih muda 12-35 bulan sebesar 2,62 kali dibandingkan kelompok umur 36-59 bulan dan secara statistik ditemukan hubungan yang signifikan antara kejadian anemia dengan umur balita 95 CI 1,96-3,50. Begitupun dengan balita yang BBLR berisiko 4,36 lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan dengan balita yang tidak BBLR 95CI 2,74-6,94. Berdasarkan status gizi balita, hanya status gizi berdasarkan indikator TBU yang secara statistik ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian anemia OR 1,36 95 CI 1, 01-1,85, sedangkan berdasarkan BBU 95 CI 0,56- 1,14 dan BBTB 95 CI 0,53-1,50 tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan kejadian anemia. Begitupun antara kejadian anemia dan status pemberian vitamin A secara statistik juga tidak ditemukan hubungan yang signifikan 5 CI 0,66-1,28. Namun berdasarkan status imunisasi DPT, terjadi peningkatan risiko anemia pada balita yang memiliki status imunisasi DPT tidak lengkap OR 1,15 dan semakin meningkat pada balita yang tidak diberikan imunisasi DPT OR 1,80 meskipun hanya pada kategori tidak diberikan imunisasi DPT yang ditemukan berhubungan dengan anemia secara statistik 95 CI 1,15-2,84.

E. Hubungan Kejadian Anemia dengan Faktor Maternal dan Faktor

Dokumen yang terkait

Faktor Maternal pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2013)

1 8 138

Gambaran Faktor-Faktor Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010)

19 95 155

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 16

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 2

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 1 6

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 34

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

1 2 10

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 1 52

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Indonesia (Analisis Lanjut Riskesdas 2013)

0 0 12

Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Penduduk Indonesia yang Menderita Diabetes Melitus (Data Riskesdas 2013)

1 3 12