dan anemia. Malaria dapat menyebabkan anemia karena membuat sel darah merah lisis atau hancur Hussein dan Mohamed, 2014.
5. Status Gizi
Status gizi seorang anak dapat dilakukan melalui pengukuran berdasarkan umur, berat badan dan tinggi badan. Balita yang kerdil atau
pendek cenderung mengalami anemia lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak yang normal, tinggi, atau kelebihan berat badan. Pada masa
balita, asupan nutrisi yang tepat dibutuhkan untuk menghambat perkembangan anemia. Secara keseluruhan, kekurangan gizi anak-anak
terutama mereka yang termasuk dalam kelompok usia yang lebih rendah, beresiko terhadap anemia Gorospe dkk, 2014.
Stunting juga dapat dikaitkan dengan fraksi besar kasus anemia ringan hingga anemia berat, stunting juga dapat terjadi karena adanya
infeksi di usus pada anak-anak Foote dkk, 2013. Kemudian dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa anemia dengan tinggi rata-rata di semua
kelompok umur berhubungan secara signifikan p 0,05. Begitupun antara anemia dengan berat rata-rata di semua kelompok umur p 0,05
Alzain, 2012. Hasil penelitian di Papua New Ginea, balita yang kurus dan memiliki berat kurang berhubungan dengan anemia Shinoda dkk,
2012. Hasil penelitian lain juga menemukan hubungan yang signifikan antara anemia dengan indikator BBU Leite dkk, 2013, TBU Ayoya
dkk, 2013 BBTB Leite dkk, 2013. Risiko anemia pada balita yang kerdil dan kurus dengan kemungkinan 1,39 dan 1,23 Gorospe dkk, 2014.
Anemia dan malnutisi biasanya muncul bersamaan, satu individu dapat mengalami masalah gizi yang kompleks. Risiko balita stunting
mengalami anemia adalah 2,3 kali dibandingkan dengan balita yang normal. Kemudian balita yang memiliki kelebihan berat badan z score
2,0 cenderung tidak mengalami anemia Al-Qaoud dkk, 2014. Peningkatan obesitas merupakan hasil dari transisi status gizi dan
epidemiologi. Meskipun anemia lebih dominan ditemukan pada anak yang memiliki berat kurang, tetapi anemia juga ditemukan pada anak yang
memiliki berat lebih. Pola diet anak-anak yang memiliki berat lebih biasanya cenderung mengkonsumsi kalori berlebihan dan kekurangan
asupan vitamin dan mineral. Penelitian di Brazil menemukan bahwa anak yang menderita anemia juga memiliki tinggi badan yang pendek dan berat
kurang, meskipun hasil penelitian tidak menemukan hubungan yang signifikan Oliveira dkk, 2010. Penelitian lainnya di Brazil juga tidak
menemukan hubungan yang signifikan antara status gizi dengan anemia. Konstantinyer dkk 2012 menjelaskan studi antara anemia dan berat
lebihobesitas juga telah dilaporkan di Brazil. Tingginya konsumsi makanan yang berlebihan mengakibatkan kekurangan penyerapan dan
penyimpanan besi. Akan tetapi, pengukuran antropometri untuk indikator obesitas yang digunakan dalam studi ini juga tidak menunjukkan
hubungan yang signifikan terhadap risiko anemia.
6. Status Pemberian Vitamin A