berdampak pada rendahnya level hemoglobin. Siklus hidup parasit plasmodium meningkatkan hemolisis sel darah merah secara langsung atau
pada proses inflamasi cytokine sehingga pada individu yang terinfeksi, proses produksi sel darah merah yang baru tidak akan mencukupi untuk
mengganti sel darah yang rusak Green dkk, 2011.
5. Status Gizi Balita
Status gizi balita dihitung berdasarkan indikator usia, berat badan dan tinggi badan menggunakan alat timbangan digital dan alat pengukur
tinggi badan. Kemudian angka berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam nilai terstandar Zscore menggunakan baku
antropometri anak balita WHO 2005 sehingga terdapat 4 kategori pada masing-masing indikator. Berdasarkan hasil analisis status gizi BBU,
anemia lebih banyak terjadi pada balita dengan gizi baik hanya 3,6 yang memiliki status gizi buruk. Begitupun dengan status gizi berdasrkan TBU
dan BBTB, anemia lebih banyak terjadi pada balita dengan tinggi normal dan berat normal.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di Maroko yang menemukan distribusi balita anemia lebih
banyak memiliki status gizi yang baik Houi, 2008. Begitupun dengan hasil penelitian sebelumnya di wilayah Indonesia juga menemukan hal
yang serupa, hanya sebagian kecil balita anemia yang memiliki status gizi buruk, sangat pendek dan sangat kurus Howard dkk, 2007; Semba dkk,
2008. Namun hasil penelitian lainnya menemukan bahwa distribusi
anemia lebih banyak pada balita yang stunting dan kurus Foote dkk, 2013; Shinoda dkk, 2012.
6. Status Pemberian Vitamin A
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi anemia lebih banyak terjadi pada balita yang diberikan vitamin A setiap 6 bulan sekali. Hasil ini
serupa dengan penelitian sebelumnya di Indonesia yang menemukan bahwa 55,9 anemia ditemukan pada balita yang mendapat suplementasi
vitamin A Sougandis dkk, 2012. Berbeda dengan hasil penelitian di Kenya menemukan bahwa 75,9 anemia terjadi pada balita yang
defisiensi vitamin A Foote dkk, 2013. Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan karena perbedaan
pengukuran, penelitian di Kenya mengukur defisiensi vitamin A berdasarkan kadar retinol di plasma darah sedangkan penelitian ini hanya
mengukur status pemberian vitamin A setiap 6 bulan sekali. Secara teori, defisiensi vitamin A berpotensi menyebabkan anemia yang disebabkan
infalamasi kronis karena vitamin A berperan dalam imunitas Semba, 2008. Selain itu vitamin A juga berperan penting dalam eritropoesis yang
menghasilkan hemoglobin Balarajan dkk, 2011.
7. Status Imunisasi DPT