Interpretasi Hasil Analisis DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

di awal pembelajaran, sebagian besar siswa berusaha menjawab teak-teki yang diberikan peneliti. Selain itu ada beberapa pertemuan yang dirasakan siswa waktu pembelajaran matematika sangat cepat berlalu padahal sebelumnya mereka merasakan lama waktu pembelajaran. Aspek reflektif ini mengalami peningkatan sebesar 3,50 dari siklus I. Saat siklus II sebagian besar siswa mencoba untuk menyelesaikan tugas yang diberikan peneliti dengan baik dan merangkum setiap materi pelajaran dengan rapi bahkan ada siswa yang mencoba mengerjakan soal dengan cara lain. Hal ini disebabkan setiap pertemuan pada siklus II perwakilan kelompok yang telah berani mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas diberikan penguatan berupa pujian secara verbal dan diberikan reward berupa alat tulis Satisfaction. Aspek menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam matematika dan pengalaman sehari-hari mengalami peningkatan sebesar 2,68. Saat pembelajaran siswa mulai terbiasa menggunakan materi sebelumnya untuk menyelesaikan soal matematika yang baru walaupun masih ada yang kesuliatan dalam mengingat kembali pelajaran yang telah mereka pelajari sebelum-sebelumnya Aspek mengapresiasi peran matematika dalam kultur dan nilai, matematika sebagai alat dan sebagai bahasa mengalami peningkatan sebesar 4,77. Beberapa siswa mulai memandang matematika sebagai alat bantu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran ARCS siswa di arahkan untuk mendiskusikan situasi dan soal-soal tantangan pada LKS yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari Relevance. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model motivasi ARCS dapat meningkatkan disposisi matematik siswa. 2. Aktivitas Siswa Berdasarkan hasil analisis lembar observasi siswa setiap pertemuan diperoleh informasi bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan model motivasi ARCS mengalami peningkatan dari pada siklus I. Berikut data hasil lembar observasi siswa yang dilakukan pada siklus I dan siklus II : Tabel 4.10 Persentase Aktivitas Belajar Matematika Siswa Siklus I dan Siklus II No. Aspek yang diamati Siklus I Siklus II 1. Memperhatikan penjelasan guru 81,90 87,10 2. Mengajukan pertanyaan 51,79 57,03 3. Menjawab pertanyaan 54,23 55,78 4. Berdiskusi dengan teman dalam proses pembelajaran 71,10 75,45 5. Mengerjakan tugas yang diberikan guru 76,49 84,62 6. Menyimpulkan materi yang telah dipelajari 75,86 83,38 Rata-rata 68,56 73,89 Berdasarkan hasil pengamatan secara keseluruhan pada tabel di atas, diperoleh data bahwa aktivitas siswa telah mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini menunjukan bahwa tindakan perbaikan yang dilakukan peneliti pada siklus II dapat memperbaiki dan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model motivasi ARCS. Data rata-rata aktivitas siswa disajikan juga dalam histogram pada gambar 4.16. Gambar 4.16 menunjukkan bahwa seluruh aktivitas yang diamati meningkat pada siklus II, namun peningkatannya berbeda dari tiap aktivitas. Aktivitas yang paling tinggi adalah aktivitas memperhatikan penjelasan guru dan mengerjakan tugas yang diberikan, siswa begitu fokus dengan apa yang dibicarakan peneliti dalam pembelajaran dan sebagian besar siswa mengerjakan tugas yang diberikan peneliti. Dengan tindakan perbaikan yang dilakukan pada siklus II, persentase siswa yang mengajukan pertanyaan yang masih kurang pada siklus I telah mengalami peningkatan. Pada siklus I, siswa belum terbiasa dan masih malu untuk bertanya bila ada yang belum dipahami, berbicara didepan kelas seperti menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti atau menyimpulkan materi yang dipelajari, tetapi pada siklus II ini, siswa sudah mulai terbiasa untuk berbicara di depan kelas mengemukakan pendapatnya dan mulai berani untuk bertanya kepada peneliti bila ada yang belum dipahami ataupun menjawab soal matematika walaupun jawabannya salah. Gambar 4.16 Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II 3. Respon Siswa Berdasarkan hasil analisis jurnal harian diperoleh informasi bahwa respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model motivasi ARCS mengalami peningkatan sebesar 11,00 dari 61,90 menjadi 72,90. Pada kategori netral mengalami penurunan sebesar 1,73 dari 20,24 menjadi 18,51. Siswa masih ada yang merespon negatif pada siklus II dan mengalami penurunan dari siklus I sebesar 9,26 dari 17,86 menjadi 8,60. Berikut adalah perbandingan respon siswa berdasarkan jurnal harian di siklus I dan Siklus II disajikan dalam tabel dan histogram berikut : 81.90 51.79 54.23 71.10 76.49 75.86 90.84 57.03 55.78 75.45 84.62 83.38 1 2 3 4 5 6 Aktivitas Siswa Siklus I Siklus II Tabel 4.11 Perbandingan Persentase Rata-rata Respon Siswa Siklus I dan Siklus II No. Respon Siklus I Siklus II 1 Positif 61,90 72,90 2 Netral 20,24 18,51 3 Negatif 17,86 8,60 Gambar 4.17 Perbandingan Persentase Rata-rata Respon Siswa Siklus I dan Siklus II Pada Gambar 4.17 terlihat tanggapan positif siswa terhadap pembelajaran matematika semakin meningkat. Sebagian besar siswa sangat senang dan menyukai pembelajaran matematika dengan menggunakan model motivasi ARCS. Pembelajaran dengan ditumbuhkan motivasi terlebih dahulu sehingga memunculkan rasa semangat menjadikan siswa sangat antusias dalam belajar matematika dan tidak ada rasa takut dalam belajar matematika. Suasana kelas yang ceria membuat siswa santai dan relaks dalam belajar sehingga siswa dengan mudah menangkap dan memahami materi pelajaran. Dalam aktivitas Positif Netral Negatif 61.90 20.24 17.86 72.90 18.51 8.60 Respon Siswa Siklus I Siklus II diskusi bersama temannya membuat siswa merasa nyaman dan senang karena siswa bisa lebih memahami langkah-langkah yang harus dikerjakan dan bisa bertukar pikiran pendapat dengan temannya. Siswa dapat mengekplorasikan kreasinya untuk mengingat memori apa yang sedang dipelajari sehingga siswa terbiasa dengan rumus-rumus yang dipelajari. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyukai pembelajaran matematika dengan model motivasi ARCS. 4. Hasil Tes Akhir Siswa Setelah dilakukan ujian siklus I dan siklus II, diperoleh nilai hasil tes akhir siswa sebagai berikut : Tabel 4.12 Rata-rata Nilai Hasil Tes Akhir Siklus I dan Siklus II Siklus Persentase mencapai KKM Peningkatan I 52,38 19,05 II 71,43 Gambar 4.18 Rata-rata Nilai Hasil Tes Akhir Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus 2 52.38 71.43 Nilai Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Tabel 4.14 dan gambar 4.18 diketahui bahwa nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan 19,05 dari siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan perbaikan yang dilakukan pada siklus II dapat meningkatkan nilai hasil belajar siswa. Pada siklus I ini siswa yang memperoleh nilai tidak mencapai KKM terdapat 20 siswa 47,62 dan 22 siswa 52,38 yang memperoleh nilai yang mencapai KKM. Sedangkan pada siklus II, siswa yang memperoleh nilai tidak mencapai KKM hanya 12 siswa 28,57 dan 30 siswa 71,43 telah memperoleh nilai yang mencapai KKM. Peningkatan tersebut cukup pesat. Pada siklus II ini siswa sebagian besar dapat memahami materi yang dipelajari dan terbiasa dalam soal-soal yang dipelajari sehingga siswa mendapatkan nilai yang baik.

C. Pembahasan Temuan penelitian

Pembahasan temuan penelitian ini berdasarkan skala disposisi matematik siswa, pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar siswa, respon siswa dengan menggunakan jurnal harian serta hasil tes akhir siklus. Berdasarkan data yang diperoleh dari skala disposisi matematik siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata skor skala 70,86. Hal itu terlihat dari aspek-aspek disposisi matematik siswa juga meningkat setelah diterapkan model motivasi ARCS. Pada siklus I siswa masih belajar hanya jika ada PR atau tugas saja itu pun banyak siswa yang masih menyalin punya temannya. Siswa masih belum maksimal untuk memahami materi yang dipelajari dilihat dari siswa ada yang mengandalkan temannya dalam mengerjakan soal dalam LKS. Pada saat siklus II sebagian besar siswa sudah mulai terbiasa menemukan rumus sendiri dengan dibantu oleh LKS dan sumber lain seperti buku paket dan internet. Aspek percaya diri, awalnya hanya beberapa siswa yang berani untuk berbicara di depan kelas dan saat peneliti menyuruh siswa untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil diskusi kelompok atau mencoba menyelesaikan soal, beberapa siswa langsung menunjuk dan maju ke depan kelas. Saat siklus II kepercayaan diri siswa mengalami peningkatan dikarenakan pada tahap Confidence, peneliti berkeliling untuk memberikan bimbingan dan menumbuh kembangkan rasa percaya diri siswa dengan pernyataan-pernyataan yang membangun sehingga membuat siswa nyaman dan lebih berani untuk berbicara di depan kelas, siswa juga sudah mulai berusaha untuk mengemukakan pendapatnya saat presentasi diskusi kelompok dengan lancar. Aspek fleksibel, awalnya siswa kurang menyukai kerja kelompok dikarenakan beberapa siswa tidak mau bekerja sama dan saling mengandalkan temannya menyelesaikan tugas pada LKS, tetapi saat siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus II siswa dibebaskan memilih teman kelompoknya agar siswa merasa nyaman bekerjasama Confidence. Aspek ketekunan, awalnya siswa belum terbiasa mengerjakan tugas matematika yang terdapat dalam LKS, siswa mudah frustasi menghadapi soal atau tugas matematika yang sukar dan cepat menyerah jika tidak mengerti dengan materi pelajaran, tetapi saat siklus II mengalami peningkatan. Siswa tampak pantang menyerah. Ini terbukti ketika siswa awalnya mengatakan tidak bisa, namun saat terakhir peneliti menanyakan kembali kepada siswa tersebut, ternyata siswa tersebut bisa menyelesaikan soal dengan kemampuannya sendiri. Dalam pembelajaran ARCS pada tahap confidence peneliti berkeliling untuk memberikan bimbingan dengan pernyataan-pernyataan yang membangun sehingga siswa merasa confidencenyaman ketika bertanya tentang materi yang belum mereka pahami dan timbul keinginan siswa untuk terus berusaha lebih gigih dalam belajar. Pada tahap relevance siswa di arahkan untuk mendiskusikan situasi dan soal-soal tantangan pada LKS yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari serta diberikannya penguatan berupa pujian secara verbal dan reward berupa alat tulis Satisfaction kepada perwakilan kelompok yang telah berani mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas atapun siswa yang berani menjawab atau bertanya membuat siswa lebih tekun dalam belajar matematika. Aspek keingintahuan siswa juga meningkat. Saat siklus II siswa terlihat antusias dan bersemangat dalam pembelajaran. Saat diskusi berjalan, siswa juga antusias untuk bertanya kepada anggota kelompok maupun guru. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran ARCS, siswa diajak untuk fokus dengan games teka-teki yang menantang Attention yang membuat siswa lebih nyaman, bergembira, dan bersemangat untuk memberikan yang terbaik saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, alat peraga bangun ruang yang peneliti siapkan untuk membantu siswa memahami materi Relevance juga meningkatkan keingintahuan siswa karena membuat siswa lebih antusias dalam pembelajaran, siswa pun diarahkan untuk mendiskusikan soal-soal tantangan pada LKS yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari Relevance. Pada aspek reflektif pun mengalami peningkatan. Saat siklus II sebagian besar siswa mencoba untuk menyelesaikan tugas yang diberikan peneliti dengan baik dan merangkum setiap materi pelajaran dengan rapi bahkan ada siswa yang mencoba mengerjakan soal dengan cara lain. Hal ini disebabkan setiap pertemuan pada siklus II perwakilan kelompok yang telah berani mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas diberikan penguatan berupa pujian secara verbal dan diberikan reward berupa alat tulis Satisfaction. Tahap relevance pun menyebabkan aspek refleftif siswa meningkat, karena dengan adanya alat peraga dan disajikannya soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari membuat siswa merasa tertantang dan bersemangat dalam belajar. Pada aspek menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam matematika dan pengalaman sehari-hari juga mengalami peningkatan. Sebagian besar siswa sudah percaya bahwa matematika dapat membantu memecahkan persoalan sehari- hari mereka. Saat pembelajaran siswa mulai terbiasa menggunakan materi sebelumnya untuk menyelesaikan soal matematika yang baru walaupun masih ada yang kesuliatan dalam mengingat kembali pelajaran yang telah mereka pelajari sebelum-sebelumnya. Ketika mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang baru mereka mengingat atau mengulang kembali pelajaran sebelumnya untuk membantu mereka menyelesaikan soal tersebut dengan membuka buku catatan mereka atau bertanya kepada teman atau peneliti. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran ARCS siswa di arahkan untuk mendiskusikan situasi dan soal-soal tantangan pada LKS yang berhubungan dengan kehidupan sehari- hari Relevance serta diberikannya penguatan berupa pujian secara verbal dan reward berupa alat tulis Satisfaction kepada perwakilan kelompok yang telah berani mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas atapun siswa yang berani menjawab atau bertanya. Pada aspek mengapresiasi peran pelajaran matematika dalam kultur dan nilai, matematika sebagai alat, dan bahasa mengalami peningkatan. Beberapa siswa mulai memandang matematika sebagai alat bantu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu terlihat saat pembelajaran ada siswa yang bertanya: “Bu, kalau belajar luas permukaan dan volume memang bisa bikin kita tidak galau lagi ya bu? ”, setelah mendengar pertanyaan tersebut siswa yang lain tertawa, lalu peneliti menjawab: “iya, betul betul betul, galau itu kan karna kita belum menemukan solusi dari masalahnya, nah dengan belajar matematika kita akan terlatih untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, jadi tidak galau lagi deh…”. Siswa terlihat antusias mendengarkan penjelasan peneliti. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran ARCS siswa di arahkan untuk mendiskusikan situasi dan soal-soal tantangan pada LKS yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari Relevance serta diberikannya penguatan berupa pujian secara verbal dan reward berupa alat tulis Satisfaction kepada perwakilan kelompok yang telah berani mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas atapun siswa yang berani menjawab atau bertanya. Aktivitas siswa dengan menggunakan model motivasi ARCS juga mengalami peningkatan. Aktivitas siswa pada proses pembelajaran di siklus I, sebagian besar siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru saat pembelajaran berlangsung. Siswa juga antusias dengan pelajaran matematika siswa mulai terbiasa menggunakan LKS dalam pembelajaran meskipun merasa sulit untuk mengerjakannya dan berdiskusi dengan teman, mempresentasikan kerja kelompok, mengajukan pertanyaan bila ada yang tidak mengerti dan berani memberikan saran. Tetapi dalam hal menjawab pertanyaan dan menyimpulkan materi secara lisan, siswa masih belum terbiasa dan cenderung belum berani berbicara di depan kelas. Pada siklus II aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan, siswa sudah terbiasa menggunakan LKS dan mulai berani berbicara di depan kelas dalam menjawab pertanyaan, presentasi hasil diskusi, dan menyimpulkan materi. Respon siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model motivasi ARCS mengalami peningkatan. Sebagian besar siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran dengan model motivasi ARCS. Hal ini terlihat dari pendapat sebagian siswa melalui jurnal harian. Sebagian besar siswa merespon positif dan mendukung terhadap pembelajaran dengan model motivasi ARCS, karena dalam pembelajaran matematika ini mengalami suasana belajar yang menyenangkan dan asik sehingga siswa lebih bersemangat dalam belajar dan lebih memahami materi pelajaran dengan baik yang berbeda dan membuat siswa bersemangat dalam belajar. Hasil tes akhir siklus siswa pun mengalami peningkatan. Pada saat akhir siklus I hanya terdapat 22 siswa mendapatkan nilai tes akhir siklus yang mencapai KKM dan hampir setengah dari jumlah siswa mendapatkan nilai yang rendah walaupun pada akhir siklus I ini terdapat siswa yang mendapat nilai 100, tetapi setelah akhir siklus II hampir sebagian besar dari jumlah siswa mendapatkan nilai yang memenuhi KKM sekolah. Dari hasil pengamatan, sebagian besar siswa memahami materi yang dipelajari dan terbiasa dalam soal- soal yang dipelajari sehingga siswa mendapatkan nilai yang memuaskan. Dari beberapa uraian diatas, terlihat bahwa penerapan model motivasi ARCS dapat meningkatkan disposisi matematik siswa. Hal ini terlihat pada siklus II, aktivitas siswa dan respon siswa meningkat maka disposisi matematik yang dimiliki siswa juga meningkat. Kecenderungan siswa untuk belajar matematika menjadi baik menyebabkan nilai hasil belajar kognitif siswa pun menjadi meningkat begitu pula sebaliknya. Jadi, siswa yang memiliki disposisi matematik yang baik maka aktivitas belajar dan respon siswa dalam pembelajaran juga baik dan hasil belajar kognitif siswa menjadi baik pula.

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Sscs (Search, Solve, Create And Share) Untuk Meningkatkan Disposisi Matematik Siswa

21 139 156

Penerapan pendekatan savi : somatic, auditory, visual, intellectual untuk meningkatkan disposisi matematik siswa

0 26 0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEANS ENDS ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM Penerapan Model Pembelajaran Means Ends Analysis Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika (PTK Pembelajaran Matematika pada Siswa Ke

0 1 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEANS ENDS ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM Penerapan Model Pembelajaran Means Ends Analysis Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika (PTK Pembelajaran Matematika pada Siswa Kel

0 2 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Dengan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika (PTK di

0 0 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KNISLEY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP.

8 39 53

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FORMULATE-SHARE-LISTEN-CREATE (FSLC) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIK SISWA SMP.

7 43 33

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN UNTUK MENINGKATKAN LITERASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MILLA MUSTIKAWATI SUGANDI.

9 21 58

Mengembangkan Disposisi Matematik Melalui Model Pembelajaran Kontekstual

0 0 9

Efektivitas Model Pembelajaran ARCS untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi di Kalangan Siswa yang Berasal dari Status Ekonomi Rendah

0 0 18