Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan Tindakan

Gambar 4.1 Aktivitas Siswa Saat Tahap Attention Materi pembelajaran pada pertemuan kedua adalah unsur-unsur balok. Peneliti menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran. Siswa dibagi menjadi 10 kelompok yang terdiri dari 4-6 orang. Siswa diminta untuk duduk dengan kelompoknya masing-masing. Peneliti menanyakan kepada siswa tentang materi pertemuan sebelumnya yaitu unsur-unsur kubus. Sebagian besar siswa lupa tentang materi itu dan ada yang diam saja, tapi ada beberapa siswa yang masih ingat dan langsung mengucapkan unsur-unsurnya serta jumlahnya walaupun terbata-bata, ada juga yang langsung membuka buku catatannya. Setelah itu, peneliti membagikan LKS 2 kepada setiap kelompok dan memberikan petunjuk atau arahan yang harus dilakukan oleh siswa. Siswa secara berkelompok diarahkan untuk mendiskusikan soal-soal tantangan pada LKS 2 Relevance. Siswa sudah mulai terbiasa menggunakan LKS dalam pembelajaran meskipun ada beberapa siswa yang masih sering bertanya bagaimana cara melengkapi LKS. Peneliti juga menyiapkan alat peraga bangun ruang kali ini untuk membantu siswa memahami unsur-unsur balok Relevance. Gambar 4.2 Aktivitas Siswa saat Berdiskusi Menggunakan Karton Relevance Siswa terlihat lebih antusias dengan adanya karton yang berbentuk balok dan kubus tersebut. Peneliti berkeliling untuk memberikan bimbingan dan menumbuh kembangkan rasa percaya diri siswa dengan pernyataan-pernyataan yang membangun Confidence. Berikut adalah gambar yang diambil saat pembelajaran. Gambar 4.3 Peneliti Memberikan Bimbingan dengan Pernyataan yang Membangun Confidence Kelompok yang sudah selesai berdiskusi mengenai unsur-unsur balok dan menyelesaikan soal dalam LKS 2 mempresentasikan hasil diskusi yang telah didapatkannya didepan kelas, dan kelompok lain meresponnya dengan melakukan tanya jawab dan bertukar pendapat dengan bantuan peneliti sebagai fasilitator. Siswa yang awalnya malu-malu dengan sendirinya terpancing untuk berbicara dengan teman kelompoknya di depan kelas walaupun masih agak gugup dalam berbicara. Peneliti memberikan penguatan berupa pujian secara verbal kepada siswa yang telah memberanikan diri untuk presentasi di depan kelas Satisfaction dan meminta siswa lain memberikan Aplaus kepada kelompok yang telah maju. Setelah sebagian kelompok mempresentasikan diskusinya dan membahas masing- masing kelompok satu soal yang tedapat pada LKS 2, siswa bersama peneliti menyimpulkan materi pelajaran hari ini tentang unsur-unsur kubus dan balok serta karakteristiknya. Gambar 4.4 Aktivitas Siswa saat Presentasi Pada pertemuan kedua ini dalam proses pembelajaran sudah mulai membaik dari pertemuan pertama. Siswa sudah mulai terbiasa sedikit demi sedikit menggunakan LKS dalam belajar walaupun masih ada siswa yang bingung dalam mengerjakan LKS. Siswa juga mulai terbiasa berdiskusi dengan temannya dalam menyelesaikan masalah meskipun masih ada siswa yang pasif dan diam saja dengan kelompoknya. 3 Pertemuan Ketiga Selasa, 29 April 2014 Pada pertemuan ini terdapat 2 siswa tidak hadir mengikuti pembelajaran tanpa keterangan. Peneliti masuk kelas dan langsung mengkondisikan siswa untuk duduk di tempatnya masing-masing dan memulai untuk belajar matematika. Siswa membaca doa dan memberikan salam. Peneliti membuka pelajaran dengan menyapa siswa dan menanyakan kabar siswa dengan suara lantang,” bagaimana kabar kalian hari ini? ”, sebagian besar siswa menjawab, “Baik..”. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan membuat siswa fokus dengan menceritakan sebuah cerita inspiratif “There’s not perfect father” Attention. Peneliti menceritakan kisah seorang anak SMA yang memiliki seorang ayah yang cacat yang berjuang untuk anaknya, namun anak itu tidak mengerti dengan kasih saying dan pengorbanan ayahnya. Si anak ini lebih memilih bersedih dan mencoba untuk bunuh diri. Tapi saat ia mencoba untuk bunuh diri, ayahnya berusaha menyelamatkannya. Saat itu si anak akhirnya sadar bahwa walaupun ayahnya tak sempurna, namun ayahnya tetap selalu berusaha memberikan cinta dan kasih sayangnya sesempurna mungkin. Saat itu emosi siswa peneliti arahkan untuk bersemangat, memberikan yang terbaik untuk kedua orang tua mereka. Materi pembelajaran pada pertemuan ketiga adalah jaring-jaring kubus. Siswa dibagi menjadi 10 kelompok yang terdiri dari 4-6 orang. Setelah pembagian kelompok, peneliti membagikan LKS 3 kepada setiap kelompok dan memberikan petunjuk atau arahan yang harus dilakukan oleh siswa. Peneliti memberikan LKS 3 kepada setiap kelompok. Siswa secara berkelompok diarahkan untuk mendiskusikan soal-soal tantangan pada LKS 3 Relevance. Selanjutnya peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa dan sekaligus memeriksa tugas rangkuman berkaitan materi pertemuan lalu tentang unsur-unsur kubus. Sebagian siswa masih ingat dan mengerjakan tugas tersebut dan ada juga siswa yang lupa dan langsung membuka buku paket matematika. Peneliti juga melakukan tanya jawab mengenai materi yang akan dipelajari hari ini dengan menanyakan poin-poin untuk menemukan jaring-jaring kubus. Pembelajaran kali ini siswa mengerjakan LKS dengan bantuan beberapa karton persegi yang akan disusun menjadi jaring-jaring kubus Relevance. Berikut gambar yang diambil saat pembelajarn berlangsung. Gambar 4.5 Aktivitas Siswa saat Menyusun Karton Menjadi Kubus Siswa terlihat lebih antusias dengan adanya karton persegi yang dapat dibentuk menjadi kubus tersebut. Peneliti berkeliling untuk memberikan bimbingan dan menumbuh kembangkan rasa percaya diri siswa dengan pernyataan-pernyataan yang membangun Confidence. Kelompok yang sudah selesai berdiskusi mengenai unsur-unsur balok dan menyelesaikan soal dalam LKS 3 mempresentasikan hasil diskusi yang telah didapatkannya didepan kelas, dan kelompok lain meresponnya dengan melakukan tanya jawab dan bertukar pendapat dengan bantuan peneliti sebagai fasilitator. Siswa yang awalnya malu-malu dengan sendirinya terpancing untuk berbicara dengan teman kelompoknya di depan kelas walaupun masih agak gugup dalam berbicara. Peneliti memberikan penguatan berupa pujian secara verbal kepada siswa yang telah memberanikan diri untuk presentasi di depan kelas Satisfaction dan meminta siswa lain memberikan Aplaus kepada kelompok yang telah maju. Setelah sebagian kelompok mempresentasikan diskusinya dan membahas masing-masing kelompok satu soal yang tedapat pada LKS 3, siswa bersama peneliti menyimpulkan materi pelajaran hari ini. Selanjutnya peneliti menutup pertemuan ketiga dengan menyerukan siswa, “Semangaat..” dan memberitahu materi selanjutnya pada pertemuan akan datang. 4 Pertemuan Keempat Jumat, 2 Mei 2014 Peneliti membuka pelajaran dengan memberi salam dan memeriksa kehadiran siswa. Kali ini semua siswa hadir semua. Peneliti menanyakan kabar siswa dan seperti biasa siswa ada yang menjawab dengan semangat dan ada siswa yang menjawab dengan tidak bergairah. Selanjutnya siswa dikondisikan untuk duduk sesuai kelompok yang lalu pada pertemuan ketiga. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan membuat siswa fokus dengan memberikan sebuah teka-teki Attention. Peneliti berkata “ada dua ekor keledai yang membawa beberapa karung gandum dipunggungnya, keledai A membawa lebih banyak karung gandum dipunggungnya daripada keledai B, jika satu karung dari keledai B dipindahkan ke keledai A maka keledai A membawa gandum 2 kali banyaknya dari keledai B, namun jika satu karung dari keledai A dipindahkan ke keledai B maka kedua keledai tersebut membawa beban yang sama, berapa jumlah karung gandung yang dibawa masing-masing keledai tersebut?”. Banyak siswa yang tampak antusias untuk menjawab teka-teki tersebut. Semua siswa tampak berusaha untuk menyelesaikan teka-taki tersebut. Setelah dua menit berjalan tanpa ada siswa yang bisa menjawab dengan benar kemudian peneliti memberikan jawaban atas teka-teki tersebut “keledai A membawa 7 karung gandum dan keledai B membawa 5 karung gandum”. Gambar 4.6 Aktivitas Siswa saat Tahap Attention Materi pembelajaran pada pertemuan keempat adalah jaring-jaring balok. Peneliti memberikan LKS 4 kepada setiap kelompok. Siswa secara berkelompok diarahkan untuk mendiskusikan soal-soal tantangan pada LKS 4 Relevance. Selanjutnya peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa berkaitan materi pertemuan lalu tentang jaring-jaring kubus. Sebagian siswa masih ingat dan ada juga siswa yang lupa dan langsung membuka buku paket matematika. Peneliti juga melakukan tanya jawab mengenai materi yang akan dipelajari hari ini dengan menanyakan poin-poin untuk menemukan jaring-jaring balok. Sama dengan pembelajaran sebelumnya siswa mengerjakan LKS dengan bantuan beberapa karton persegi panjang yang akan disusun menjadi jaring-jaring balok Relevance. Berikut gambar yang diambil saat pembelajarn berlangsung. Gambar 4.7 Aktivitas Siswa saat Menyusun Karton Menjadi Balok Siswa terlihat lebih antusias dengan adanya karton persegi panjang yang dapat dibentuk menjadi balok tersebut. Siswa berkata “kita mau main ya bu?”. Ada juga yang berkata “nah, gini donk bu, kan seru dan cepet ngerti..”. Peneliti berkeliling untuk memberikan bimbingan dan menumbuh kembangkan rasa percaya diri siswa dengan pernyataan-pernyataan yang membangun Confidence. Kelompok yang sudah selesai berdiskusi mengenai jaring-jaring balok dan menyelesaikan soal dalam LKS 4 mempresentasikan hasil diskusi yang telah didapatkannya didepan kelas, dan kelompok lain meresponnya dengan melakukan tanya jawab dan bertukar pendapat dengan bantuan peneliti sebagai fasilitator. Siswa yang awalnya malu-malu dengan sendirinya terpancing untuk berbicara dengan teman kelompoknya di depan kelas walaupun masih agak gugup dalam berbicara. Peneliti memberikan penguatan berupa pujian secara verbal kepada siswa yang telah memberanikan diri untuk presentasi di depan kelas Satisfaction dan meminta siswa lain memberikan Aplaus kepada kelompok yang telah maju. Setelah sebagian kelompok mempresentasikan diskusinya dan membahas masing-masing kelompok satu soal yang tedapat pada LKS 4, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran hari ini dengan menanyakan poin-poin penting yang telah dipelajari siswa. Sebelum peneliti menutup pembelajaran pertemuan keempat, peneliti memberikan jurnal harian siswa dan menugaskan siswa untuk melengkapinya. Tujuan diberikan jurnal harian siswa agar peneliti mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran hari ini. Selanjutnya peneliti menutup pertemuan keempat dengan menyerukan siswa, “Semangaat..” dan memberitahu siswa bahwa akan ada tes pada pertemuan selanjutnya. 5 Pertemuan Kelima Jumat, 9 Mei 2014 Pada pertemuan kelima dilakukan tes hasil belajar siswa pada siklus I yang berlangsung selama 2 x 40 menit. Kegiatan tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model motivasi ARCS. Sebelum tes dilaksanakan, ketua kelas memimpin teman-temannya untuk berdoa. Peneliti menghimbau kepada siswa untuk mengumpulkan buku paket, buku catatan, LKS dan sumber bahan belajar yang lain di depan meja temannya agar siswa tidak menyontek dan melihatnya. Sebagian siswa tampak siap untuk memulai tes dan ada siswa yang tampak tegang untuk memulai tes. Kemudian peneliti terlebih dahulu membagikan skala disposisi matematik siklus I dengan memberikan waktu 10 menit kepada siswa untuk melengkapinya. Selanjutnya peneliti membagikan soal tes pada setiap siswa. Instrumen tes berisi tentang soal-soal mengenai materi pembelajaran dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan keempat yaitu unsur-unsur serta jaring-jaring kubus dan balok. Soal tes siklus I ini terdiri dari 5 butir soal yang sudah divalidasi. Selama tes berlangsung, terdapat beberapa siswa yang masih bertanya dan melirik-lirik dengan temannya. Dokumentasi siswa pada saat mengerjakan tes akhir dapat dilihat pada gambar 4.8. Gambar 4.8 Aktivitas Siswa Saat Mengerjakan Tes Akhir Siklus I

c. Tahap Pengamatan dan Analisis Data

Tahap pengamatan ini berlangsung bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Peneliti dan kolaborator mengamati hasil tindakan penerapan ARCS dalam proses pembelajaran di kelas. Selanjutnya peneliti menganalisis data-data yang diperoleh dari tahap pelaksanaan yaitu analisis data skala disposisi matematik siswa, akitivitas siswa dalam proses pembelajaran, respon siswa terhadap pembelajaran dan hasil tes akhir siklus. Berikut ini adalah paparan hasil analisis data siklus I : 1 Disposisi Matematik Siswa Skala disposisi matematik terdiri dari 27 butir pernyataan yang terdiri dari 13 pernyataan positif dan 14 pernyataan negatif dengan indikator: 1 Rasa percaya diri terdiri dari 7 item; 2 Fleksibilitas terdiri dari 2 item; 3 Ketekunan terdiri dari 7 item; 4 Keingintahuan terdiri dari 3 item; 5 Reflektif terdiri dari 3 item; 6 Menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam matematika dan pengalaman sehari-hari terdiri dari 3 item; 7 Mengapresiasi peran matematika dalam kultur dan nilai, matematika sebagai alat dan sebagai bahasa terdiri dari 2 item. Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh skor rata-rata dalam persen disposisi matematik siswa sebesar 67,72. Dari hasil data yang diperoleh ternyata belum mencapai indikator yang diharapkan yaitu hasil skala disposisi matematik siswa dalam pembelajaran matematika mencapai nilai rata-rata 70. Peneliti juga mengolah data skor dari setiap indikator disposisi matematik. Dari Gambar 4.9 menunjukkan bahwa skor rata-rata disposisi matematik yang paling rendah adalah pada aspek keingintahuan. Melalui hasil pengamatan peneliti, secara umum siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran. Siswa belum terbiasa bertanya tentang apa yang mereka belum pahami atau pekerjaan soal mereka. Hasil skor skala disposisi matematik siswa pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 9. Berikut ini akan ditampilkan secara visual aspek disposisi matematik siswa di kelas VIII-3 pada siklus I. Gambar 4.9 Disposisi Matematik Siswa Siklus I Pada aspek percaya diri, rata-rata skor kepercayaan diri siswa sebesar 66,26. Rata-rata skor percaya diri lebih besar 1,82 dari aspek keingintahuan. Sebagian siswa masih belum percaya diri dengan kemampuannya dilihat dari siswa masih melihat pekerjaan temannya saat menyelesaikan soal dalam LKS dan 66.26 67.86 68.44 64.44 69.52 71.43 66.90 Disposisi Matematik Siswa Siklus I saat ujian akhir siklus I. Siswa masih belum berani untuk berargumentasi di depan kelas, siswa masih malu-malu dan saling tunjuk saat mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Siswa masih mengandalkan temannya tanpa mencari tahu sendiri lebih dalam tentang materi yang dipelajari dalam pembelajaran di kelas. Namun, beberapa siswa sudah mulai berani untuk berbicara di depan kelas dan saat peneliti menyuruh siswa untuk maju ke depan kelas menuliskan hasil presentasi dari kelompok mereka atau mencoba menyelesaikan soal yang terdapat di LKS, beberapa siswa langsung menunjuk dan maju ke depan kelas. Mereka juga berusaha untuk mengemukakan pendapatnya saat presentasi diskusi kelompok walaupun pengucapannya terbata-bata. Pada aspek fleksibel, rata-rata skor siswa sebesar 67,86, rata-rata skor siswa lebih besar dibandingkan dengan aspek percaya diri dan keingintahuan. Sebagian besar siswa saling memahami pendapat teman dan menghargai perbedaan pendapat temannya. Siswa saling mengajarkan temannya yang belum mengerti dan melengkapi apa yang belum diketahuinya. Siswa percaya bahwa ada cara lain yang lebih mudah dalam mengerjakan soal matematika, namun ada beberapa siswa tidak menyukai kerja kelompok dikarenakan beberapa siswa dalam kelompoknya tidak mau bekerjasama dan mengandalkan temannya menyelesaikan pekerjaan LKS. Pada aspek ketekunan, rata-rata skor siswa sebesar 64,44 . Siswa masih mengandalkan siswa yang pintar dalam kelompoknya dalam menegerjakan soal pada LKS. Siswa juga belum berusaha semaksimal mungkin dalam memahami materi yang dipelajari. Hal itu mungkin dikarenakan persepsi mereka terhadap matematika itu sulit sehingga mereka mudah menyerah saat baru menemukan kesulitan yang kecil dalam mengerjakan soal, namun beberapa siswa juga sudah mulai berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan soal pada LKS. Mereka tampak berusaha mencoba mencari alternatif jawaban yang sesuai dengan membuka buku paket, berdiskusi dengan teman kelompoknya, atau bertanya kepada peneliti. Pada aspek keingintahuan, rata-rata skor keingintahuan siswa sebesar 64,44, paling rendah dari aspek disposisi yang lainnya. Pada aspek ini sebagian besar siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran, masih ada yang belum bersemangat untuk belajar matematika. Terlihat dari siswa kurang berusaha untuk melengkapi jawabannya jika ada kesalahan. Beberapa siswa malas mencari informasi dari sumber lain yaitu dari buku catatan yang lalu, dari buku paket lain ataupun internet. Jika peneliti bertanya: “apakah ada yang ingin ditanyakan?”, namun semua siswa diam, entah memang sudah mengerti atau masih bingung. Pada aspek reflektif, rata-rata skor siswa sebesar 69,52. Pada aspek ini siswa masih menganggap bahwa matematika itu pelajaran yang membosankan. Hal itu terlihat siswa tidak fokus dengan pelajaran matematika menyebabkan siswa menjadi tertidur di kelas, sering bercanda dengan temannya dan melakukan kegiatan lain saat pembelajaran berlangsung di kelas. Beberapa siswa masih malas untuk menyisihkan waktunya belajar di rumah atau di luar pelajaran matematika terlihat dari siswa yang belum menyelesaikan tugasnya dan belum merangkum materi pelajaran. Tapi beberapa siswa sudah mencoba untuk menyelesaikan tugas yang diberikan peneliti dengan baik dan merangkum setiap materi pelajaran dengan rapi. Pada aspek menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam matematika dan pengalaman sehari-hari, rata-rata skor siswa paling besar dari pada aspek yang lainnya yaitu sebesar 71,43. Sebagian besar siswa sudah percaya bahwa matematika dapat membantu memecahkan persoalan sehari-hari mereka, namun saat pembelajaran siswa malas menggunakan materi sebelumnya untuk menyelesaikan soal matematika yang baru. Ketika mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang baru mereka tidak berusaha mengingat atau mengulang kembali pelajaran sebelumnya untuk membantu mereka menyelesaikan soal tersebut. Pada aspek mengapresiasi peran pelajaran matematika dalam bidang lain dan kehidupan sehari-hari, rata-rata skor siswa sebesar 66,90 dan masuk kategori baik. Beberapa siswa masih memandang matematika sebagai bahasa symbol yang rumit mungkin dikarenakan persepsi mereka dari awal terhadap matematika itu sulit sehingga mereka kurang mengapresiasikan peran pelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari mereka. Secara umum dapat disimpulkan bahwa disposisi matematik siswa kelas VIII-3 lebih besar pada aspek menilai aplikasi matematika ke situasi lain dan pengalaman sehari-hari. Siswa menilai aplikasi matematika sangat berperan atau berguna dalam kehidupan sehari-hari, namun saat pembelajaran beberapa siswa masih malas menggunakan atau megulas kembali materi yang telah mereka pelajari untuk membantu mereka memahami pelajaran ataupun mengerjakan soal matematika yang baru. 2 Aktivitas Siswa Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan model motivasi ARCS, peneliti dibantu observer mengamati proses belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi siswa. Data hasil observasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Perhitungan Lembar Observasi Siswa siklus I No. Aspek yang diamati Jumlah siswa pertemuan ke- Persentase siswa pertemuan ke- Rata-rata persentas e siswa 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Memperhatikan penjelasan guru 33 34 32 37 78,57 80,95 80,00 88,10 81,90 2. Mengajukan pertanyaan 20 23 20 23 47,62 54,76 50,00 54,76 51,79 3. Menjawab pertanyaan 20 23 22 25 47,62 54,76 55,00 59,52 54,23 4. Berdiskusi dengan teman dalam proses pembelajaran 28 30 29 31 66,67 71,43 72,50 73,81 71,10 5. Mengerjakan tugas yang diberikan guru 31 32 30 34 73,81 76,19 75,00 80,95 76,49 6. Menyimpulkan materi yang telah dipelajari 30 32 29 35 71,43 76,19 72,50 83,33 75,86 Rata-rata keseluruhan 68,56 Keterangan : Pada pertemuan 3 terdapat 2 siswa tidak hadir tanpa keterangan

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Sscs (Search, Solve, Create And Share) Untuk Meningkatkan Disposisi Matematik Siswa

21 139 156

Penerapan pendekatan savi : somatic, auditory, visual, intellectual untuk meningkatkan disposisi matematik siswa

0 26 0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEANS ENDS ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM Penerapan Model Pembelajaran Means Ends Analysis Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika (PTK Pembelajaran Matematika pada Siswa Ke

0 1 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEANS ENDS ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM Penerapan Model Pembelajaran Means Ends Analysis Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika (PTK Pembelajaran Matematika pada Siswa Kel

0 2 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Dengan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika (PTK di

0 0 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KNISLEY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP.

8 39 53

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FORMULATE-SHARE-LISTEN-CREATE (FSLC) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIK SISWA SMP.

7 43 33

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN UNTUK MENINGKATKAN LITERASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MILLA MUSTIKAWATI SUGANDI.

9 21 58

Mengembangkan Disposisi Matematik Melalui Model Pembelajaran Kontekstual

0 0 9

Efektivitas Model Pembelajaran ARCS untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi di Kalangan Siswa yang Berasal dari Status Ekonomi Rendah

0 0 18